Klasifikasi Pemeriksaan Diagnostik Tindakan Pembedahan

4. Manifestasi Klinis

1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus. 2. Preputium kulup tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis. 3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar. 4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis. 5. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada. 6. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis. 7. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok. 8. Sering disertai undescended testis testis tidak turun ke kantung skrotum. 9. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.

5. Klasifikasi

Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum meatus : 1. Tipe sederhana Tipe anterior Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi. Universitas Sumatera Utara 2. Tipe penil Tipe Middle Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene- escrotal.Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya. 3. Tipe Posterior Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal.Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun. Universitas Sumatera Utara

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal.

7. Tindakan Pembedahan

Tujuan pembedahan : 1. Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial 2. Perbaikan untuk kosmetik pada penis. Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan Devine. 1. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap: a. Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan terowongan yang berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 ½ -2 tahun. Penis diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat yang Universitas Sumatera Utara abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan preputium bagian dorsal dan kulit penis b. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudah lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra saluran kemih sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka operasi pertama telah matang. 2. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal yang letaknya lebih ke ujung penis. Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit bagian punggung dan ujung penis dengan pedikel kaki kemudian dipindah ke bawah.Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan hipospadia, maka sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan operasi hipospadi.

8. Komplikasi

Dokumen yang terkait

Analisis Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Preoperatif dan Pascaoperatif di RSUD Dr.Pirngadi Medan

0 38 106

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen : Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan

8 132 220

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal :Konstipasi di Ruang Rindu B3 Bedah Orthopaedi RSUP HAM Medan

8 92 131

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Post Persalinan Normal di Ruang Anyelir Rumah Sakit G.L. Tobing Tanjung Morawa

7 128 195

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Pre dan Post Chordextomi a/i di Ruang Kenanga 1 Bedah Anak RSUD Dr.Pirngadi Medan

4 72 176

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit Hernia Inguinal Lateralis di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 Dr. Pingadi Medan

0 91 155

b. Directing - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal :Konstipasi di Ruang Rindu B3 Bedah Orthopaedi RSUP HAM Medan

0 0 28

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1. Manajemen Keperawatan - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal :Konstipasi di Ruang Rindu B3 Bedah Orthopaedi RSUP HAM Medan

0 1 51

1. Identitas pasien - Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Post Persalinan Normal di Ruang Anyelir Rumah Sakit G.L. Tobing Tanjung Morawa

1 2 100

2. Fungsi Manajemen Keperawatan - Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Post Persalinan Normal di Ruang Anyelir Rumah Sakit G.L. Tobing Tanjung Morawa

1 4 39