melakukan tindakan, 12 melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan.
e. Standar V: Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk
menilai perkembangan pasien. Kriteria: 1 setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi, 2 evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan, 3
hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, 4 evaluasi melibatkan pasien,keluarga dan tim kesehatan, 5 evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
f. Standar VI: catatan asuhan keperawatan Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria : 1 dilakukan
selama pasien dirawat nginap dan rawat jalan, 2 dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan, 3 dilakukan segera setelah tindakan
dilaksanakan, 4 menulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku, 5 sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan, 6 setiap pencatatan
harus mencantumkan initialparafnama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya, 7 menggunakan formulir yang baku, 8 disimpan sesuai dengan
pengaturan yang berlaku.
4. Model Asuhan Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan yang yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan,
keperawatan primer dan sistem manajemen kasus Kozier Erb, 1990 dikutip dari Priharjo R, 1995.
Universitas Sumatera Utara
1. Metode kasus Disebut juga sebagai perawatan total total care yang merupakan metode paling
awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab umtuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam setiap shift. Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan keluarnya adalah dengan
merekrut tenaga perawat yang baru. 2. Metode fungsional
Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan pendidikan
kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan dengan perawatan profesional. Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas job description,
prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini
adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan.
Skema 1 : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional
Kepala Ruangan
Perawat: Merawat luka
Perawat: Injeksi
Perawat: Merawat luka
Perawat: Pengobatan
Pasien
Universitas Sumatera Utara
3. Metode tim Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang digunakan
untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul karena kemajuan
teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional registered nursing, perawat praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat.
Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan
para perawat anggota dimotivasi untuk belajar. Hal pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim,
rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien.
Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim.
Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada
pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan.
Kepala Ruangan
Ketua Tim Ketua Tim
Ketua Tim Staf
Staf Staf
Pasien Pasien
Pasien
Universitas Sumatera Utara
Skema 2 : Sistem pemberian Asuhan Keperawatan Tim
4. Keperawatan Primer Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab selama 24 jam
sehari, 7 hari minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan manajemen. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektivan keperawatan. Sementara perawat lain memberikan tindakan keperawatan, perawat
primer mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Keperawatan primer melibatkan
semua aspek peran profesional termasuk pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan manejer garis
terdepan bagi perawatan pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.
Skema 3 : Sistem Pemberian Keperawatan ”Primary Nursing”
Dokter Sarana
Kepala
Perawat
PP PP
PP pagi
Universitas Sumatera Utara
5. Sistem manejemen kasus Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para
manajer kasus case manager bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam
beberapa cara seperti : 1 Dengan dokter dan pasien tertentu.
2 Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit 3 Dengan mengadakan diagnosa.
Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan
tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi.
Skema 4 : Sistem Pemberian Keperawatan Manajemen Kasus
Kepala Ruangan
Staf Perawat Staf Perawat
Staf Perawat PasienKlie
PasienKlie PasienKlie
Universitas Sumatera Utara
6. Model Praktek Keperawatan Profesional MPKP Yaitu suatu sistem struktur proses dan nilai-nilai profesional yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan
Hoffart dan Woods, 1996. Lima Komponen dalam Model Praktek Keperawatan Profesional menurut Hoffart dan Woods 1996: a nilai-nilai profesional yang
merupakan inti dari model praktek keperawatan profesional MPKP, b hubungan antar profesional, c metode pemberian asuhan keperawatan, d
pendekatan manejemen dalam perubahan pengambilan keputusan, e sistem kompetensi dan penghargaan.
B. ANALISIS RUANG RAWAT 1. Pengkajian Ruang Rawat Kenanga 1 RSUD dr. Pirngadi Medan