Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit Hernia Inguinal Lateralis di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 Dr. Pingadi Medan
Penge Penya M PR elolaan Pel akit Hernia D Mata Ajara ROGRAM U L A ayanan dan a Inguinal L
RSUD
Disusun da an Pengala
Elya
M STUDI PE FAKUL UNIVERSI
A P O R A N
n Asuhan K Lateralis d D Dr. Pirng
alam Rangk aman Belaj Oleh ani Sembir 0711010 ENDIDIKA LTAS KEP ITAS SUM MEDAN,
N P B L K
Keperawat di Ruang Be
gadi Medan ka Menyele ar Lapanga h ing, S.Kep 024
AN NERS T ERAWAT MATERA U
2012
an Pada An edah Anak n esaikan an Kompre TAHAP PR AN UTARA Anak dengan k Kenanga ehensif ROFESI n 1
(2)
(3)
Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit Hernia Inguinal Lateralis di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan
Elyani sembiring, S.Kep
Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU ABSTRAK:
Pengelolaan pelayanan dan asuhan keperawatan profesional pada klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama. Tujuannya adalah perawat mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis sesuai dengan kebutuhan klien. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis mahasiswa juga mengutamakan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) dalam setiap tindakan yang diberikan. Untuk KIE mahasiswa melakukan pembuatan media berupa leaflet. Pemberian KIE pada keluarga klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis bertujuan agar keluarga klien mengetahui masalah kesehatannya dan mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialami serta meningkatkan status kesehatan klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis. Diharapkan perawat di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan dapat memberikan KIE secara optimal.
Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Hernia Inguinal Lateralis, Pendidikan Kesehatan.
(4)
Management of Service and Nursing Care of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases in Kenanga 1 Room Dr. Pirngadi General Hospital Medan
Elyani sembiring, S.Kep
Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU ABSTRACT:
Management of service and professional nursing care of children with Hernia Inguinal Lateralis diseases having the character of the humanistic, using approach holistik, based on science and nursing care strategy, oriented on objective
requirement client, related to professional standard of nursing care and use the ethics of nursing care as especial guidance. The purpose of nursing care, the nurse is able to give the comprehensive nursing care of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases. Giving the nursing care of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases, student is also using the Communication, Information and Education. Student made the media such as leaflet for giving health education to client based on nursing diagnosis of client so that health education could given optimally. The purpose of the health education of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases is to know his health problem, to overcome the health problem and to improve the quality of health client with Hernia Inguinal Lateralis
Diseases. The student hope the nurse in Kenanga 1 Room RSUD dr. Pirngadi will give the health education of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases optimally.
(5)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur, hormat, dan kemuliaan penulis panjatkan hanya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan laporan praktek belajar lapangan komprehensif (PBLK) yang berjudul “Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit Hernia Inguinal Lateralis di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 Dr. Pingadi Medan”. Penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar Ners di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen pembimbing laporan praktek belajar lapangan komprehensif yang selalu sabar untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini. Terima kasih banyak untuk bimbingan ibu selama ini.
2. dr.Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Efri Suriati Pakpahan, S.Kep, Ns, selaku kepala ruangan di ruang Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan izin praktek, arahan dan bimbingan kepada penulis selama praktek lapangan.
(6)
4. Kepada seluruh staf pegawai ruangan di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah banyak membantu pelaksanaan praktek lapangan ini.
5. Teristimewa kepada keluargaku tercinta, Bapakku CD. Sembiring, SKM dan Mamaku K.Sitinjak, S.Pd dengan kasih sayangnya yang tiada berkesudahan selalu mendoakan, membimbing, menghibur, memberi motivasi dan semangat kepada penulis. Terima kasih untuk seluruh keringat dan doa yang telah diberikan demi keberhasilan penulis. Begitu juga dengan Abangku dr. Jhony Pehulisa Sembiring, Kakakku Esra Lina Sembiring, S.Pd, Adikku Erina Sembiring dan Adik Sepupuku Friska Barus yang dengan sabar selalu membantu, memberikan doa dan semangat bagi penulis. Buat keluarga besar yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih buat doa dan dukungan selama ini.
6. Sahabat-sahabatku tercinta Wasli Waslifour Glorya Daeli, Ruth Damayanti Juliana Pakpahan, Elisabeth Stefani Siahaan, Wahyu Ningsih Lase, Tirolyn Panjaitan yang saling memberikan semangat dan penguatan satu sama lain selama di bangku perkuliahan.
7. Teman seperjuangan saya selama menjalani praktik belajar lapangan komprehensif ini Novriani Harahap, serta teman-teman mahasiswa/i S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Stambuk 2007 yang telah mendukung, memberi motivasi, dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini.
Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat
(7)
dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga laporan PBLK ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.
Medan, Juli 2012
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... ix
Daftar Skema ... x
Daftar Lampiran ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 5
C. Manfaat ... 6
BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar ... 7
B. Analisis Ruang Rawat ... 41
1. Pengkajian ... 41
2. Analisa Situasi ... 58
3. Rumusan Masalah ... 65
4. Rencana Penyelesaian Masalah ... 66
5. Implementasi ... 67
6. Evaluasi ... 68
7. Pembahasan ... 69
BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori ... 71
B. Tinjauan Kasus ... 91
1. Pengkajian ... 91
2. Diagnosa Keperawatan ... 101
3. Intervensi Keperawatan ... 101
4. Implementasi dan Evaluasi ... 103
(9)
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ... 109 B. Saran ... 110 Daftar Pustaka ... 111 Lampiran
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Tenaga Perawat yang Dibutuhkan di Ruang Kenanga 1 ... 48 Tabel 2. Obat – obat Emergency di Ruang Kenanga 1 ... 55 Tabel 3. Alat Medis di Ruang Kenanga 1 ... 57
(11)
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional ... 34
Skema 2. Sistem Pemberian Keperawatan “Primary Nursing” ... 36
Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Tim ... 38
Skema 4. Sistem Pemberian Keperawatan Manajemen Kasus ... 39
Skema 5. Struktur Organisasi Ruang Kenanga 1 RSUD dr. Pirngadi Medan ... 43
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Planning Of Action (POA) di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan.
2. Instrumen Pengkajian di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan.
3. Pre Planning dan Evaluasi Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Hernia 4. Laporan Hasil Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Hernia
5. Leaflet Penyakit Hernia
6. Pre Planning Pelatihan Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Perawatan Luka
7. Laporan Hasil Pelatihan Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Perawatan Luka
8. Booklet Pelatihan Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Perawatan Luka
(13)
Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit Hernia Inguinal Lateralis di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan
Elyani sembiring, S.Kep
Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU ABSTRAK:
Pengelolaan pelayanan dan asuhan keperawatan profesional pada klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama. Tujuannya adalah perawat mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis sesuai dengan kebutuhan klien. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis mahasiswa juga mengutamakan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) dalam setiap tindakan yang diberikan. Untuk KIE mahasiswa melakukan pembuatan media berupa leaflet. Pemberian KIE pada keluarga klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis bertujuan agar keluarga klien mengetahui masalah kesehatannya dan mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialami serta meningkatkan status kesehatan klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis. Diharapkan perawat di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan dapat memberikan KIE secara optimal.
Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Hernia Inguinal Lateralis, Pendidikan Kesehatan.
(14)
Management of Service and Nursing Care of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases in Kenanga 1 Room Dr. Pirngadi General Hospital Medan
Elyani sembiring, S.Kep
Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU ABSTRACT:
Management of service and professional nursing care of children with Hernia Inguinal Lateralis diseases having the character of the humanistic, using approach holistik, based on science and nursing care strategy, oriented on objective
requirement client, related to professional standard of nursing care and use the ethics of nursing care as especial guidance. The purpose of nursing care, the nurse is able to give the comprehensive nursing care of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases. Giving the nursing care of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases, student is also using the Communication, Information and Education. Student made the media such as leaflet for giving health education to client based on nursing diagnosis of client so that health education could given optimally. The purpose of the health education of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases is to know his health problem, to overcome the health problem and to improve the quality of health client with Hernia Inguinal Lateralis
Diseases. The student hope the nurse in Kenanga 1 Room RSUD dr. Pirngadi will give the health education of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases optimally.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan yang berperan penting dalam menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi secara berkesinambungan yang melibatkan individu dalam program pengendalian pelayanan rumah sakit. Keperawatan sebagai pelayanan asuhan profesional bersifat humanistik menggunakan pendekatan holistik yang dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang berorientasi kepada kebutuhan klien dengan mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama (Nursalam, 2002).
Pelayanan komprehensif merupakan pelayanan klien secara total dan pelayanan kesehatan holistik. Kesehatan holistik melibatkan individu secara total baik keseluruhan status kehidupannya dan kualitas hidupnya dalam berespon terhadap perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungannya sehingga perawat dapat memberikan pelayanan secara tepat dan efektif untuk membantu klien dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya (Gillies, 1998).
Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk melakukan perawatan pasien secara profesional dan komprehensif, mengaplikasikan komunikasi efektif selama melakukan asuhan keperawatan kepada pasien, mengaplikasikan penelitian untuk mengatasi masalah yang dialami pasien, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain selama melakukan asuhan keperawatan komprehensif, dan mendokumentasikan asuhan
(16)
keperawatan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktik.
PBLK dilaksanakan selama empat minggu di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 mulai tanggal 11 Juni 2012 sampai 07 Juli 2012 dengan enam hari praktik dari hari Senin hingga Sabtu di tempat kegiatan PBLK berdasarkan bidang kepeminatan dengan dibimbing oleh seorang dosen pembimbing. Berdasarkan hal ini praktikan memilih mata ajar Keperawatan Anak dan melakukan PBLK di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan kegiatan pertama yaitu penerapan asuhan keperawatan secara komprehensif dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi sesuai dengan penemuan fenomena kasus di ruangan. Kegiatan kedua yaitu melakukan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan sesuai dengan kasus kelolaan.
Sebagai pelaksana, perawat berperan dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan komprehensif yang dalam hal ini kasus yang diangkat penyakit Hernia Inguinal Lateralis.
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui suatu defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (karnadihardja, 2005). Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis pada anak tetap merupakan problem kesehatan yang tidak bisa lepas dari problem sosial. Banyak orang tua membawa anaknya dengan tonjolan dilipat paha kemudian dibawa ke dukun sebelum dibawa
(17)
ke rumah sakit atau dokter. Ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu bila anak mereka diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang kadang kala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Problem kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi timbulnya Hernia Inguinalis Lateralis. (Daninilege, 2008 dalam Hidayati, 2009).
Hernia Inguinalis Lateralis terlihat sebagai suatu tonjolan yang hilang timbul lateral terhadap suatu tuberkulum pubikum, tonjolan dapat timbul apabila pasien menangis, megejan, atau berdiri dan biasanya menghilang secara spontan bila pasien dalam keadaan istirahat dan terlentang. Hernia biasanya berisi usus atau mesenterum. Pada perempuan, ovarium dapat mengalami herniasi.
Hernia Inguinalis Lateralis dapat terjadi karena anomali congenital atau karena sebab di dapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong isi hernia. Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis, pada neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka. Umumnya disimpulkan prosesus vaginalis yang patent bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain (karnadihardja, 2005).
Hernia Inguinalis Lateralis merupakan keadaan yang lazim dan membutuhkan pembedahan pada kelompok umur anak insiden hernia pada anak belum ditegakkan tetapi antara 10-20: 1000 kelahiran hidup. Rasio antara anak laki-laki dan wanita 4:1. sekitar 50% akan muncul sebelum umur 1 tahun, kebanyakan muncul pada umur 6 bulan. Hernia inguinalis yang paling sering pada anak adalah Hernia Inguinalis Lateralis (indirect). Hernia inguinalis medialis (direct) jarang dan terjadi pada sekitar 1% dari seluruh hernia inguinalis. 60% dari
(18)
kasus hernia inguinalis biasanya biasanya ada pada sisi kanan, 30% pada sisi kiri dan 10% bilateral (shochat, 2000).
Bayi prematur mempunyai insiden Hernia Inguinalis Lateralis lebih tinggi. Sampai dengan 7% anak laki-laki yang dilahirkan kurang dari 30 minggu usia kehamilan menderita Hernia Inguinalis Lateralis dibanding 0,6% bayi laki-laki yang lahir lebih dari 36 minggu usia kehamilan. Lagi pula, sekitar 20 kali lebih besar insiden hernia pada bayi prematur dengan berat badan kurang dari 1.500 gr dibanding bayi-bayi yang lebih besar, karena inkarserata mendekati 30% pada populasi ini, perbaikan hernia secara elektif harus dipertimbangkan sebelum dipulangkan dari perwatan intensif neonatus (shochat, 2000).
Menurut Ilham (2008) dalam Nurlaili Hidayati (2009), di Indonesia diperkirakan 102 ribu anak menderita penyakit hernia. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas usia penderita selama Januari-Desember 2007 berkisar antara 2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-211 penderita, dan umur 5 tahun berkisar antara 150.214 penderita. Oleh karena itu dalam mengatasi masalah tersebut, disinilah konsep asuhan keperawatan kita terapkan untuk meningkatkan kesehatan anak, sebagai salah satu masalah yang ditemukan pada anak adalah masalah bedah dari berbagai jenis tersebut salah satunya adalah kasus hernia yang memerlukan tindakan pembedahan, dimana menurut data RSCM pada 3 bulan terakhir dari 108 pasien dengan persentase (8%) dibandingkan dengan persentase penyakit bedah lainnya.
Menurut penelitian Made Kusala Girl dan Farid Nur Mantu (1992), secara keseluruhan dari 95 kasus Hernia Inguinalis Lateralis yang diteliti di RSU Dadi, Ujung Pandang dari bulan Januari 1988 sampai bulan Desember 1991 pada
(19)
penderita yang berumur sampai 14 tahun, terdapat 75 laki-laki dan 20 perempuan. Dan jumlah ini didapatkan 78,9% kasus laki-laki, 42,1% kelompok umur 0-1 tahun; 52,6% Hernia Inguinalis Lateralis dekstra; 31,6% hernia inguinalis inkarserata, terbanyak pada kelompok umur 0-1 tahun (50%).
Hernia Inguinalis Lateralis merupakan masalah bedah di beberapa Rumah Sakit di kota Medan, tidak terkecuali di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Pada saat pengkajian PBLK praktikan menemukan kasus Hernia Inguinalis Lateralis. Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk mengangkat kasus Hernia Inguinalis Lateralis sebagai kasus kelolaan dalam 1 bulan selama menjalani praktek belajar lapangan komprehensif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Selama mengikuti PBLK mahasiswa mampu meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan.
2. Tujuan Khusus
Selama mengikuti PBLK di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan mahasiswa akan mampu:
a. Mengelola manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efesien dalam pelayanan keperawatan.
(20)
b. Memberikan pelayanan yang komprehensif terhadap anak sakit dengan komunikasi yang efektif, memperhatikan aspek legal, memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada pasien, memperhatikan kebijakan rumah sakit terhadap pasien, menjalin hubungan interpersonal baik dengan pasien maupun tim medis lainnya serta pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan pasien sampai akhir hidupnya.
C. Manfaat
1. Mahasiswa Keperawatan
Sebagai latihan dan gambaran menjadi perawat profesional yang dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien. Selain itu juga melatih mahasiswa mengelola manajemen keperawatan secara efektif dan efisien.
2. Institusi Pendidikan
Untuk meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya tulis ilmiah.
3. Lahan Praktik
Sebagai sumber pengembangan ilmiah dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan penerapan intervensi kasus sesuai dengan kasus kelolaan mahasiswa dan menambah intervensi bagi perawat ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif.
(21)
BAB II
PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN
A. Konsep Dasar
1. Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah proses penggunaan waktu yang efektif melalui perencanaan dan pengaturan kinerja perawat klinis dengan sistem manajerial untuk mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis bagi pelayanan keperawatan, sesuai dengan teori, sistematik, prinsip dan metode yang saling berkaitan dan berada pada tataran institusi yang besar dengan organisasi keperawatan yang ada di dalamnya sampai ke level unit. Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi masih membutuhkan pengembangan atau perbaikan keterampilan manajerial hingga ke tingkat divisi keperawatan. Keterampilan manajemen ini diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan yaitu: 1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori dan keterampilan berfikir. 2) Keterampilan teknikal meliputi penguasaan metode, prosedur atau teknik. 3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok (Swanburg, 2000).
Longest (1978) menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang melibatkan hubungan interpersonal dan teknologi, yang akan digunakan untuk mencapai seluruh atau setidaknya sebagian tujuan organisasi dengan menggunakan tenaga manusia yang ada serta sumber daya lain dan teknologi yang
(22)
Administration (1975) (dikutip dari Massie, 1987) menyatakan bahwa manajemen adalah seni dan ilmu, atau suatu seni yang punya landasan ilmu pengetahuan. Menurut Grant dan Massey (1999) manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating,
Controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi.
Menurut Gillies (1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya Sukmana (1996), manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan Keperawatan agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri atas pengumpulan data, identifkasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil.
(23)
2. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen keperawatan meliputi beberapa elemen utama yaitu
Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian),
Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).
2.1 Planning (Perencanaan)
Perencanaan merupakan suatu proses berkelanjutan yang diawali dengan merumuskan tujuan, dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada perencanaan yang sebelumnya dan memodifikasi rencana yang diperlukan (Swanburg, 1999). Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Di dalam proses keperawatan, perencanaan dapat membantu menjamin klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan. Pelayanan ini diberikan oleh tenaga keperawatan agar mendapat hasil yang memuaskan sesuai tujuan yang diharapkan (Swanburg, 1999).
(24)
a. Tujuan Perencanaan
Adapun tujuan dari perencanaan adalah :
Meningkatkan keberhasilan untuk mencapai sasaran dan tujuan
Mengefektifkan penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia Membantu koping dengan situasi kritis
Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan yang akan datang.
Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif b. Tahap dalam perencanaan :
Menetapkan tujuan dalam mengumpulkan data dan fakta
Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program.
Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
c. Prasyarat perencanaan
Prasyarat perencanaan yang dibutuhkan adalah sederhana, tujuan dan hasil yang akan dicapai jelas, berdasarkan kebijakan dan prosedur yang berlaku, sesuai prioritas, pelibatan aktif, praktis, fleksibel, berkesinambungan, dan mempunyau kejelasan metode evaluasi.
d. Dasar pertimbangan
(25)
e. Langkah-langkah dalam perencanaan
Pengumpulan data
Analisa lingkungan (SWOT: strength, weakness, opportunities,
threatened)
Pengorganisasian data: pilih data yang mendukung dan yang
menghambat
Pembuatan rencana: tentukan obyektivitas, uraian kegiatan, prosedur, target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, metode yang digunakan.
f. Jenis Perencanaan Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan,
proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.
Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap
(26)
aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien. Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.
g. Manfaat Perencanaan
Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
Memudahkan kordinasi
Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas
Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
Menghemat waktu dan dana
h. Keuntungan Perencanaan
Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif. Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama
fungsi keperawatan
(27)
Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan i. Kelemahan Perencanaan
Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi
dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil
2.2 Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1983 dalam Nurhidayah, 2007). Menurut Swanburg (2000), pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan mencapai objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan autoritas pengawasan setiap kelompok, dan menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainya, baik menurut vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai objektif organisasi.
Dari beberapa penjelasan pada pengertian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengorganisasian disusun dengan tujuan agar pekerjaan yang dikehendaki dapat tercapai dan dibagi-bagi diantara anggota organisasi degan rentang tugas, wewenang dan tangggung jawab yang jelas sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
(28)
a. Prinsip Pengorganisasian
- Rantai komando (Chain of comand)
Kepuasaan anggota, efektif dan sukses mancapai tujuan, organisasi ditetapkan sesuai dengan hubungan hierarki dan kewenangan dari atas kebawah.
- Unity of comand
Karyawan mempunyai satu sipervisor dan satu pimpinan dengan satu perencanaan untuk sekelompok kegiatan dengan tujuan yang sama.
- Span of control / rentang kendali
Prinsip pembimbing, dimana seorang supervisor dapat membimbing secara efektif dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi
- Specialization
Setiap orang masing-masing memiliki keahlian tertentu. b. Langkah-langkah Pengorganisasian
Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam fungsi perencanaan.
Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang
praktis.
Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan.
Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
(29)
2.3 Ketenagaan
Ketenagaan merupakan anggota/badan usaha yang memperoleh imbalan, meliputi kegiatan : perekrutan dan seleksi, pendayagunaan, pengembangan serta pemeliharaan. Manajemen ketenagaan bukan hanya masalah administrasi/pengaturan karyawan tetapi lebih banyak merupakan pendekatan integral secara holistik yang meliputi: peningkatan harkat, menghargai, yakin bahwa semua manusia ingin memperbaiki diri.
a. Tujuan Manajemen Ketenagaan
Tujuan manajemen ketenagaan adalah mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya serta kemampuan menghadapi tantangan internal maupun eksternal sangat ditentukan oleh kemampuan mengelola sumber daya manusia setepat-tepatnya.
b. Fungsi Manajemen Ketenagaan
Fungsi manajemen ketenagaan ada 2 yaitu:
1) Fungsi manajerial meliputi:
Perencanaan: penetapan tujuan, standar, penetapan aturan,
prosedur, penyusunan rencana, perkiraan, prediksi dan proyeksi di masa mendatang untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Pengorgnisasian: menyusun pengorganisasian, merancang
pelaksanaan tugas, pendelegasian wewenang, dan pengkordiansian pekerjaan.
(30)
Pengarahan: menggerakkan tenaga untuk menyelesaikan tugas, memotivasi bawahan dan membina moral.
Pengawasan: menyusun standar dan pemeriksaan untuk mengkaji
prestasi kerja dibandingkan dengan standar. 2) Fungsi operasional meliputi:
Pengadaan tenaga: usaha untuk mendapatkan jumlah dan jenis
tenaga yang diperlukan, meliputi kegiatan perencanaan kebutuhan tenaga, rekruitmen dan seleksi, penempatan karyawan dan orientasi karyawan.
Pengembangan tenaga: kegiatan peningkatan pengetahuan,
keterampilan melalui program training, penilaian prestasi kerja dan program kompensasi.
c. Manfaat manajemen ketenagaan
1. Tercapainya tujuan
2. Dapat meningkatkan efektifitas dan efisien kerja
3. Dapat menambah gairah kerja
4. Dapat diciptakan suasana kerja yang menguntungkan
d. Perencanaan ketenagaan
Langkah-langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut
Dructer dan Gillies (1994) meliputi :
1. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan
diberikan
2. Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
(31)
3. Menentukan jumlah masing-masing kategori perawatan yang dibutuhkan
4. Menerima dan menyaring untuk posisi yang ada
5. Menentukan tenaga perawat sesuai unit dan shift
6. Memberi tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan
keperawatan
2.4 Directing (Pembinaan/pengarahan)
Pengarahan adalah perencanaan menjadi kegiatan melalui kegiatan
directing, controling dan aktiviting. Menguraikan tugas yang dapat di-manage dan
didelegasikan meningkatkan konstribusi untuk mencapai tujuan organisasi.
Fokus pada tahap ini adalah pembimbing dan meningkatkan motivasi (Marquis, 2000).
1. Fungsi pengarahan
Pengarahan karu pada staf dapat membentuk perilaku staf perawat secara bertahap, bukan sekaligus. Menurut Timpe (2000) menjelaskan bahwa jika seseorang menguasai sebuah komponen, kemudian bergerak maju sampai dengan mengubah tahap berikutnya, sehingga semua komponen dikuasai maka akan terbentuk sebuah perilaku baru yang sangat kompleks.
2. Langkah-langkah pengarahan
1. Fasilitas proses perubahan perilaku.
2. Tentukan pola-pola perilaku baru dengan rinci.
3. Berikan segera umpan balik kepada setiap individu terkait prestasi. 4. Tanggapi perilaku secepatnya.
(32)
6. Gunakan pengutan secara berkesinambungan dan bervariasi. 7. Hargai kerja tim bukan menjadi pesaing.
8. Kaitkan semua penghargaan dengan prestasi.
9. Jangan melalaikan prestasi kerja yang tinggi.
3. Kemampuan dalam memberikan pengarahan
a. Meningkatkan motivasi.
b. Manajemen waktu.yang efisien prioritas. c. Penampilan komunikasi yang efektif: jelas, asertif.
d. Penatalaksanaan konflik dengan cara konstruktif dan
mendukung/memfasilitasi kolaborasi.
e. Memiliki kemampuan negosiasi.
f. Mempunyai kemampuan mendelegasikan.
g. Memiliki kemampuan mensupervisi.
Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan yaitu :
Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.
Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara
(33)
manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Seorang manajer perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.
2.5 Controlling (Pengendalian/Evaluasi)
Pengawasan merupakan pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi
sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi.
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
(34)
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).
Sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik yaitu : harus menunjukkan sifat dari aktivitas, harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera, harus memandang ke depan, harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis, harus objektif, harus fleksibel, harus menunjukkan pola organisasi, harus ekonomis, harus mudah dimengerti, serta harus menunjukkan tindakan perbaikan.
Untuk fungsi-fungsi kontrol dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta penggunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:
1. Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur
yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.
2. Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas
dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan. a. Prinsip controlling
Prinsip controlling yaitu:
(35)
Principle of comparison: membandingkan yang direncanakan dengan yang dicapai.
The principle of exception: tidak yang sempurna dari perencanaan,
yang penting ada umpan balik untuk perbaikan. b. Pelaksanaan controlling
Pelaksanaan controlling meliputi:
Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan.
Pre conference, overan, post conference.
Ronde keperawatan.
Mengetahui produktivitas berdasarkan gant cart yang telah dibuat.
Program evaluasi dan peer review
c. Tipe controlling
Input control.
Proses control.
Output control.
d. Langkah-langkah kegiatan controlling
Menetapkan standar dapat mengukur tujuan.
Kumpulkan data dengan membandingkan standar yang telah
ditetapkan.
Lakukan umpan balik.
Pertahankan kelangsungan proses untuk semua bagian.
e. Manfaat Pengawasan
Manfaat yang diperoleh dari fungsi pengawasan dan pengendalian bila dilaksanakan dengan tepat yaitu:
(36)
Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja.
Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian
staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.
3. Standar Asuhan Keperawatan
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) telah ditetapkan oleh PPNI (Nursalam, 2002), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi, sebagai berikut :
Standar 1 : Pengkajian keperawatan
Merupakan tahap pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Data dapat diperoleh melalui anamnese, observasi dan pemeriksaan penunjang dan kemudian didokumentasikan.
Kriteria Pengkajian meliputi :
Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi,
pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang
Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim
(37)
Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi : Status kesehatan pasien masa lalu
Status kesehatan pasien saat ini
Status biologis-psikologis-sosial-spritual
Respon terhadap terapi
Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
Risiko tinggi masalah
Standar 2 : Diagnosa Keperawatan
Dalam tahap ini perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan, adapun kriteria proses yaitu:
Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah, perumusan diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan
tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk
memvalidasi diagnosa keperawatan.
Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data
terbaru.
Standar 3 : Perencanaan keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses, meliputi :
Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan
(38)
Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan
Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien
Mendokumentasikan rencana keperawatan
Standar 4 : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses Asuhan Keperawatan. Kriteria proses, meliputi :
Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai
konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan
Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon pasien. Standar 5 :Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria prosesnya:
Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus
Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah
(39)
Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat
Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi
perencanaan keperawatan
Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan
4. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan 4.1. Defenisi
Menurut Kozier (2004), dokumentasi keperawatan adalah laporan baik komunikasi secara lisan, tertulis maupun melalui komputer untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Merupakan informasi tertulis tentang status dan perkembangan kondisi klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Fisbach,1991).
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasien. Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasen yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggung jawabkan.
Dokumentasi keperawatan merupakan suatu bukti otentik respon pasien dan perubahan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan oleh perawat baik secara
(40)
mandiri maupun kolaborasi yang merupakan bagian permanen dari rekam medis lain.
4.2Tujuan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Tujuan dokumentasi keperawatan adalah:
1) Sebagai Sarana Komunikasi
Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk:
Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan
oleh tim kesehatan.
Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim
kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan pada pasien.
Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu
sebaik-baiknya.
2) Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Sebagai upaya untuk melindungi pasen terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasen. Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan pasen terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan aspek hukum yang dapat
(41)
dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara hukum. 3) Sebagai Informasi statistik
Data statistik dari dokumentasi keperawatan/kebidanan dapat membantu merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis.
4) Sebagai Sarana Pendidikan
Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para siswa keperawatan/kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktek lapangan.
4.3 Manfaat dan pentingnya dokumentasi
Manfaat dan pentingnya dokumentasi keperawatan dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek : 1. Hukum
Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi kepoerawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan.
2. Jaminan mutu (kualitas pelayanan)
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan
(42)
untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan mutu yankep.
3. Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Keuangan
Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap dan dapat digumakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan.
5. Pendidikan
Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.
6. Penelitian
Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
7. Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada klien. Dengan demikian dapat
(43)
diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut.
4.4Standar Dokumentasi
Standar dokumentasi merupakan standar yang dapat digunakan untuk memberikan pengarahan dan panduan dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan.
Katagori informasi yang biasanya masuk dalam status (chart) pasien
adalah :
Data demografik
Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
Formulir persetujuan
Diagnosa
Pengobatan
Catatan perkembangan /kemajuan
Catatan secara berkesinambungan (flow sheet)
Catatan perawat
Keberadaan dokumentasi baik berbentuk catatan maupun laporan akan
sangat membantu dalam berkomunikasi baik antara sesama
perawat/bidan maupun lembaran tindakan (treatment)
Catatan laboratorium
Laporan rontgen ( X – ray )
(44)
4.5 Metode Pendokumentasian
Metode pendokumentasian meliputi : data dasar, masalah kesehatan, rencana pelayanan/asuhan termasuk catatan perkembangan kesehatan pasien. Kesalahan dalam pendokumentasian :
Tulisan tangan yang berbeda dan tidak terbaca dengan jelas. Tanggal, bulan, dan jam tidak konsisten.
Tidak ada tanda tangan perawat yang melakukan tindakan keperawatan.
Merubah instruksi tanpa izin dan tidak melalui prosedur yang benar.
4.6 Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan Pengkajian
Pencatatan data pengkajian mengikuti prinsip tahapan pengkajian. Format sistematis, akurat dan valid sangat penting untuk membandingkan perubahan kesehatan pasien (Carpenito, 1998).
Perencanaan
Sesuai dengan standar perencanaan: identifikasi masalah, merumuskan diagnosa, menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan (Carpenito, 1998). Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan terhadap pasien, baik tindakan keperawatan mandiri maupun tindakan kolaborasi (Carpenito, 1998). Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahapan proses keperawatan : pengkajian, perencanaan, dan implementasi (Carpenito, 1998)
(45)
Catatan perkembangan
Formatnya bervariasi dan dapat disesuaikan dengan sistem yang ada. Prinsipnya adalah untuk menilai perkembangan status kesehatan pasien, apakah sesuai dengan tujuan dan hasil yang diharapkan (Carpenito, 1998). Informasi kesehatan lain
Berbentuk dalam tabel dan grafik selama 24 jam antara lain : berat badan, tinggi badan, kurva tanda-tanda vital, intake-output cairan dalam 24 jam, daftar pemberian obat-obatan, kurva pemberian obat (kemoterapi, terapi hormon) (Carpenito, 1998).
Ringkasan perpindahan pasien
Format ini harus spesifik sesuai dengan kebutuhan pasien dan memenuhi ketentuan administrasi dan legalitas perpindahan antar unit dan perpindahan antar institusi rumah sakit. Ringkasan format pelaporan meliputi lembaran : data dasar demografi, orientasi ruangan, laporan klinis (Carpenito, 1998). Perencanaan pulang
Format mencakup personal data pasien, data kesehatan secara umum dan
khusus, surat diizinkan pulang dari dokter yang merawat berikut ringkasan laporan klinis sesuai kondisi pasien, penyuluhan kesehatan (Carpenito, 1998). Perawatan di rumah
Format pendokumentasian pasien yang akan melanjutkan perawatan di rumah bertujuan untuk memberikan ringkasan/informasi perkembangan kesehatan pasien selama di rumah sakit, agar dokter/perawat/tim profesional lainnya yang terlibat melanjutkan pengobatan/perawatan pasien di rumah yang memenuhi syarat medicare (Carpenito, 1998)
(46)
5. Model Asuhan Keperawatan.
Menurut Marquis & Huston (1998) perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan yaitu:
Sesuai dengan visi dan misi institusi
Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
Efisien dan efektif penggunaan biaya.
Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
Kepuasan kinerja perawat.
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang dikembangkan dalam pelayanan keperawatan, yaitu:
1)Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).
Metode fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari pemisahan tugas keperawatan yang terlibat dalam setiap perawatan pasien dan penugasan masing-masing anggota, staf keperawatan untuk melakukan satu atau dua fungsi bagi semua pasien dalam sebuah unit.
(47)
Masing-masing anggota staf memiliki kesempatan untuk melakukan satu atau dua tugas yang merupakan spesialisasinya. Oleh karena itu, dengan penugasan fungsional dimungkinkan dengan jumlah pegawai perawat yang kecil akan merawat sejumlah pasien di dalam periode waktu yang singkat dan perawatan mudah memperoleh kepuasan kerja setelah menyelesaikan tugasnya.
Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas
yang jelas, dan pengawasan yang baik
Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
Kelemahan metode fungsional adalah :
Perawatan fokus pada unit tertentu (membagi-bagi asuhan keperawatan)
menurunkan tanggunggugat dan tanggungjawab perawat
membuat hubungan perawat-klien sulit terbentuk
memberi status hukum keperawatan dalam bentuk tanggungjawab untuk
perawatan pasien
persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
Misalnya seorang perawat khusus menangani vital pasien, perawat yang lain khusus memandikan pasien, perawat lain mengurus obat-obatannnya, sehingga tidak ada perawat yang menangani kebutuhan total pasien, setelah selesai melaksanakan tugasnya perawat banyak yang melakukan tugas yang non keperawatan. Perawat hanya melihat askep sebagai keterampilan saja. Selain itu ketika tanggung jawab untuk seorang pasien dilakukan oleh beberapa perawat
(48)
maka seringkali perawat menganggap enteng kesalahan/ kelalaian selama perawatan.
Skema 1: Sistem pemberian asuhan keperawat Fungsional
2)Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).
3)Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Menurut Gillies (1986), perawat yang menggunakan metode keperawatan
primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary
KAnggota:
Pasien/
Perawat: Injeksi Perawat:
Merawat luka
Perawat: Merawat luka Perawat:
(49)
nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihan keperawatan primer :
Bersifat kontinu dan komprehensif
Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
Pasien merasa dihargai karena terpenuhi kebutuhannya secara individu
Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan akan tercapai pelayanan yang
efektif terhadap pengobatan dukungan proteksi informasi dan advokasi Kelemahan keperawatan primer adalah :
(50)
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
Skema 2 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing”
4)Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut:
Dokter Kepala Sarana /
Perawat
(51)
Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.
Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002):
Kelebihan:
Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim. Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
(52)
Skema 3 : Sistem pemberian asuhan keperawatan Tim
5) Sistem manejemen kasus
Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti:
1) Dengan dokter dan pasien tertentu
2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit 3) Dengan mengadakan diagnosa
Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi.
Kepala Ruangan
Ketua Tim
Staf
Pasien/
Ketua Tim
Staf
Pasien/
Ketua Tim
Staf
(53)
Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan Manajemen Kasus
6)Metode Modular
Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi keperawatan tim-primer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim melalui penugasan modular. Sistem nin dipimpin oleh perawat register (Ners). Dan anggota memberikan asuhan keperawatan di bawah pengarahan dan pimpinan modulnya. Idealnya 2-3 perawat memberikan asuhan keperawatan terhadap 8-12 pasien. Aktifitas tim sebagai suatu kesatuan mempunyai pandangan yang holistik terhadap setiap kebutuhan pasien, asuhan diberikan semenjak pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang. Keuntungan pada metode modular mutu pelayanan keperawatan meningkat karena pasien mendapat pelayanan keperawatan secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien. Tidak banyak tenaga perawat register (Ners) yang dimanfaatkan sehingga biaya menjadi lebih efektif.
Tugas dan tanggungjawab kepala perawat :
1. Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pasien. 2. Memberikan motivasi pada staf perawat.
Kepala Ruangan
Staf Perawat
Pasien/Klie
Staf Perawat Staf Perawat
(54)
Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler :
1. Memimpin, mendukung, dan menginstruksikan perawat non profesional untuk
melaksanakan tindakan perawatan.
2. Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi: mengkaji, merencanakan,
melaksanakan dan menilai hasil asuhan keperawatan.
3. Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat patner kerjanya. Tugas dan tanggung jawab anggota tim :
Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan ketua tim. Keuntungan :
1) Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.
2) Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.
3) Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.
4) Meningkatnya kepuasan pasien.
5) Biaya efektif. Kerugian :
1. Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pasien yang tidak diharapkan.
2. Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.
(55)
B. Analisis Ruang Rawat 1. Pengkajian
Ruang Kenanga 1 Bedah Anak RSUD Dr. Pirngadi Medan mempunyai visi dan misi yang dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kesehatan yang diadopsi dari visi dan misi RSUD dr. Pirngadi Medan.
Visi: “menjadi rumah sakit rujukan dan unggulan di Sumatera Utara tahun 2015’.Dan misi RSUD dr. Pirngadi Medan adalah “Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, professional dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, meningkatkan pendidikan penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran serta tenaga kesehatan lain, dan mengembangkan manajemen rumah sakit yang profesional”. Serta motto RSUD dr. Pirngadi Medan adalah” aegroti salus lex suprema” yang artinya “ kepentingan penderita adalah utama” yang melayani pasien dengan” 4S yaitu: senyum, salam, sapa, dan sentuh.
Pengkajian system manajemen di ruangan Kenanga 1 (Ruang 1X) Bedah Anak RSUD dr. Pirngadi Medan dilakukan dengan analisa situasi ruangan melalui metode:
1. Wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, ketua tim dan beberapa perawat pelaksana.
2. Observasi dilakukan penulis pada sift pagi, sore, dan malam, meliputi observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, system kerja dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
3. Penyebaran kuesioner. Kuesioner disebarkan pada tanggal 13 Juni 2012 kepada 12 orang perawat tentang kuesioner Kepuasan Kerja dan Sikap
(56)
Kepemimpinan, kuesioner untuk klien tentang kepuasan klien terhadap pelayanan kesehatan sebanyak 10 orang dengan kriteria minimal 3 hari rawat.
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan analisa data.
Gambaran hasil analisa situasi ruangan Kenanga 1 dideskripsikan sebagai berikut: 1. MAN
Diruangan Kenanga 1 terdapat 15 perawat dengan proses perekrutan melalui ujian penerimaan pegawai dari Pemerintahan Kota Medan dan penerimaaan tenaga honorer yang berlangsung melalui pihak rumah sakit. Pegawai yang diterima akan diorientasikan selama 1 bulan dimana setiap minggu akan berotasi pada ruangan yang berbeda dan kinerjanya dinilai langsung oleh kepala ruangan, bagian SDM dan terakhir diteruskan kepada bidang keperawatan. Setelah ditempatkan di ruangan tertentu pegawai baru tersebut diorientasikan selama 1 bulan dibagian tersebut. Sedangkan untuk perekrutan tenaga honorer dilakukan langsung oleh pihak rumah sakit melalui direktur rumah sakit dan kemudian ditempatkan di ruangan tertentu yang mana diorientasikan dahulu selama 1 bulan.
Ruang Kenanga 1 (Ruang 1X) Bedah Anak memiliki struktur organisasi tersendiri. Yang terdiri dari: kepala ruangan dengan pendidikan sarjana keperawatan dan Ns, wakil kepala ruangan D4 keperawatan, 2 orang ketua tim dengan pendidikan D3 keperawatan dan 2 orang SPK, 1 orang bagian tata usaha dengan latar belakang pendidikan SMU, 1 orang bagian gizi dengan latar belakang pendidikan Diploma Gizi, 2 orang Pembantu Rumah Tangga dengan latar belakang pendidikan SMA.
(57)
Adapun rumusan sruktur organisai adalah sebagai berikut:
Skema 5. Struktur Organisasi Ruang Kenanga 1 RSUD dr. Pirngadi Medan.
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian kegiatan yang dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas kepada perawat sesuai dengan pengetahuan
Kepala Ruangan Efri Suriati, S.Kep, Ns
Wakil Kepala Ruangan Rismauli Siburian, S.St
KaTim I Hotmaria, AmK
Anggota: 1. Berliana, AmK 2. Trisnawati, AmK 3. Astuti, AmK 4. Herawati, AmK 5. Afrida, S.Kep 6. Hayatun, AmK
KaTim II Malahayati, AmK
Pembantu Rumah Tangga (PRT)
1. Emizar 2. Arnelly
Anggota: 1. Kumiah 2. Cermin 3. Nurul, AmK 4. Novi, AmK 5. Resdi, AmK
Ahli Gizi Hotni Adm/Keuangan
(58)
dan keterampilan yang dimiliki. Adapun uraian tugas yang dimilki struktur organisasi ruang Kenanga 1 Bedah Anak adalah sebagai berikut:
a) Kepala Ruangan Uraian Tugas :
1. Mangatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)
2. Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan bimbingan yang diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik.
3. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA. 4. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan. 5. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.
6. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan penelitian.
7. Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan keperawatan . 8. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi
tentang mutu asuhan keperawatan, mengarahkan dan mengevaluasi tentang implementasi MPKP
9. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberikan masukan untuk perbaikan.
10.Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/penelitian tentang asuhan keperawatan.
(59)
b) Ketua Tim Uraian Tugas :
1. Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar
2. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group.tim (group petugas ganti) mengawasi : kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya. 5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter.
7. Membantu pelaksanaan rujukan
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga baru mengenai : tata tertib ruangan RS, perawat yang bertugas.
9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan
10.Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service, mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang ditunjukkan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan. 11.Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan
12.Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep serta tenaga keperawatan
(60)
c. Perawat Pelaksana Uraian tugas :
1. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar
2. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti) mengenai kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter
7. Membantu pelaksanaaan rujukan
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru mengenai : tata tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas
9. Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan
10.Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service dan peserta didik
11.Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan
(61)
13.Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan
14.Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/anggota keluarga dan lingkungannya.
15.Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/anggota keluarga.
Ruang Kenanga 1 hanya memiliki uraian tugas kepada ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Sedangkan untuk uraian tugas wakil kepala ruangan, administrasi, ahli gizi dan pembantu rumah tangga (PRT) tidak ada tertulis, hanya berupa lisan saja walaupun uraian tugas dari masing-masing sudah jelas. Bila wakil kepala ruangan, adminintrasi, ahli gizi dan pembantu rumah tangga (PRT) melakukan kesalahan, maka kepala ruangan memberikan teguran.
Analisa beban kerja berdasarkan tingkat ketergantungan pasien diruangan Kenanga 1 dinilai dengan menggunakan instrument penilaian menurut orem: Total, Parsial dan Minimal care. Menurut Douglas, tingkat ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kategori yaitu: perawatan minimal membutuhkan waktu perawatan 1-2 jam, perawatan parsial membutuhkan waktu perawatan 3-4 jam/24 jam dan perawatan untuk pasien yang total care membutuhkan waktu 5-6 jam/24 jam.
1) Penempatan Tenaga Kerja
Pendistribusian tenaga keperwatan yang ada di Ruangan Kenanga1 Bedah Anak berdasarkan dinas pada tanggal 11-16 Juni 2012 sebagai berikut :
a. Pagi : 8 orang b. Sore : 2 orang c. Malam : 2 orang
(62)
d. Libur : 2 orang Pembagian jam kerja:
a. Dinas Pagi : 08.00-15.00 WIB b. Dinas Sore : 15.00-21.00 WIB c. Dinas Malkam : 21.00-08.00 WIB
Adapun kriteria pembagian sift kerja sesuai dengan kinerja dan porsi setiap pegawai dimana setiap sift memiliki koordinator. Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan pembagian tenaga perawat di Ruang Kenanga 1 Bedah Anak berdasarkan jumlah ketergantungan pasien. Berdasarkan Di Ruang Kenanga 1 terdapat 2 ruangan yaitu ruangan Bedah Wanita Dewasa dan ruangan Bedah Anak. Berdasarkan pengkajian pada tanggal 11-16 Juni 2012 terdapat 8 orang pasien anak, dimana pasien yamg minimal care 3 orang (37,5 %), pasien parsial care 1 orang (12,5%), dan pasien yang total care 4 orang (50%). Berdasarkan data tersebut maka jumlah tenaga perawat yang diperlukan adalah sebagai berikut :
2) Perhitungan tenaga perawat a. Rumus Douglas
Tablel 1. Jumlah Tenaga Perawat Yang Dibutuhkan berdasarkan Tingkat ketergantungan pasien (Menurut Rumus Douglas) .
Tingkat
Ketergantungan Pasien Pagi Sore Malam
Minimal Care 3x0,17 3x0,14 3x0,10
Partial Care 1x0,27 1x0,15 1x0,07
Total Care 4x 0,36 4x 0,30 4x 0,20
Jumlah 1,5=2 1,8=2 1
(63)
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka pembagian perawat: Pagi : 2 orang
Siang : 2 orang Malam: 1 orang +
5 orang
Faktor libur dan cuti= 25% x 5 = 1,25= 1 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien adalah P+S+M+L+ 1 Katim= 7 orang
Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan menurut rumus Douglas perawat yang dibutuhkan adalah 7 orang, sehingga jika dibandingkan dengan perawat yang di Ruang Kenanga 1 Bedah Anak kurang 1 orang. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala ruangan, jumlah perawat di ruang Kenanga 1 sebanyak 15 orang, karena beban kerja perawat tinggi jadi pada setiap sift perawat mengolah dua ruangan yaitu ruang bedah dewasa wanita dan ruang Bedah Anak.
Ruang Kenanga 1 Bedah Anak merupakan ruang rawat yag memberikan pelayanan terhadap pasien-pasien Jamkesmas, Medan sehat, Askes Madani, Umum dan Pempropsu dengan kategori penyakit-penyakit yang memerlukan perawat.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan 10 kategori penyakit yang sering muncul di ruang Kenanga 1 Bedah Anak yaitu :
1. Head Injury 2. Hipospadia 3. Atresi Ani
(64)
4. Hisprung 5. Fraktur 6. Hidrosefalus 7. Tumor Abdomen 8. Osteomiolitis 9. Pneumotorax 10.Corpus alineum.
3) Lingkungan kerja
Jumlah kamar rawatan di ruangan Kenanga 1 Bedah Anak sebanyak 1 kamar dengan kapasitas tempat tidur 9 buah dengan lama hari rawat pasien ± 10 hari dan tergantung keparahan penyakit. Rumah Sakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan dan peningkatan SDM stafnya yaitu memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (D3, S1, dan S2) dan mengenai pengaturan jadwal dinas disesuaikan oleh kepala ruangan. Perawat juga diberikan kebebasan untuk mengikuti pelatihan yang terkait dengan keperawatan yang diadakan oleh pihak rumah sakit maupun di luar rumah sakit Dr. Pirngadi Medan. Perawat pelaksana ruangan Kenanga 1 sudah pernah mengikuti seminar keperawatan, pelatihan perawatan kanker, dan pelatihan perawatan luka.
Kepala ruangan juga melakukan penilaian terhadap kinerja perawat dengan menggunakan DP3 setiap sekali dalam setahun, selain itu kepala ruangan juga memberikan teguran/punishment langsung kepada staf yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam bekerja dan apabila staf yang kinerjanya bagus
(65)
kepala ruangan juga memberikan pujian/reward secara langsung dan menjadikan staf tersebut sebagai role model terhadap staf yang lain.
Data dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada 10 orang keluarga pasien yang di rawat di ruang Kenanga 1 Bedah Anak RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan kriteria sampel yaitu pasien yang minimal telah 3 hari mendapat perawatan di ruang Kenanga 1 Bedah Anak didapatkan hasil bahwa 70 % keluarga pasien sudah cukup puas dengan variabel perawat memanggil nama pasien dengan benar, perawat menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, perawat meminta persetujuan pada setiap tindakan yang akan dilakukan, perawat menjaga lingkungan kamar pasien agar tetap bersih dan tenang. Sedangkan ketidakpuasan pasien terhadap variabel perawat memperkenalkan diri saat bertemu dengan pasien. Pemberian penkes juga telah dilakukan secara lisan namun belum terstruktur dan tidak menggunakan media oleh karena waktu yang dimiliki perawat terbatas, untuk itu perlu diberikan penkes mengenai penyakit yang diderita oleh pasien secara terstruktur. Selain itu juga memiliki slogan-slogan atau poster di dalam ruangan seperti: jagalah kebersihan, dilarang merokok yang dapat dijadikan sebagai salah satu sarana informasi kesehatan bagi pasien dan keluarga sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan pasien dan/ atau keluarga.
4) Kepemimpinan Kepala Ruangan
Dari hasil kuesioner yang diberikan oleh kelompok kepada 12 orang perawat di ruang Kenanga 1 didapatkan gaya kepemimpinan kepala ruang adalah demokratis sebesar 70 % (9 orang).
(66)
5) Pelayanan Asuhan Keperawatan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan yang di ruang Kenanga 1 Bedah Anak, jam bertemu telah ditetapkan yaitu pada pukul 12.00-13.00 WIB dan pada pukul 17.00-21.00 WIB, namun masih ada ditemukan adanya pelanggaran jam bertamu. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari keluarga pasien dalam mematuhi jam berkunjung. Bed nama pengunjung tidak ada, begitu juga dengan bed nama penjaga pasien untuk malam hari yang didapat dari rumah sakit tidak tersedia, sedangkan untuk pengunjung hanya diperbolehkan berkunjung pada saat jam bertamu saja. Perawat di ruang Kenanga 1 selalu mengorientasikan jam bertamu, kamar mandi, peraturan ruangan, tempat meletakkan pakaian.
Untuk pencegahan infeksi nasokomial ruangan Kenanga 1 Bedah Anak, telah menerapkan tindakan berupa mengecek setiap hari infus pasien, pemisahan sampah medis dan non medis, serta benda tajam. Alat/instrumen yang digunakan untuk setiap tindakan keperawatan terlebih dahulu disterilkan dan jumlah alat yang dibutuhkan sudah mencukupi.
2. METHODE
Metode asuhan keperawatan yang diterapkan ruang Kenanga 1 Bedah Anak adalah metode tim. Prosedur timbang terima (overan) dilakukan pada setiap pergantian shift. Tetapi pada saat bekerja metode tim belum dilaksanakan secara optimal karena tenaga perawat pelaksana harus membagi kerja pada ruang Kenanga 1 bedah dewasa, masih terdapat tugas secara fungsional yaitu pembagian tugas diagnostik dan tugas dari luar kondisi tersebut sehingga
(1)
Lampiran 1
Susunan Kepanitiaan Pelatihan
Komunikasi Terapeutik Pada Anak dan Perawatan Luka Program Studi Pendidikan Ners Tahap PBLK dan Profesi Fakultas
Keperawatan USU
Pelindung : Dekan Fakultas Keperawatan USU Dr. Dedi Hardinata, M.Kes
Penasehat : Kepala Ruangan Kenanga 1 Bedah Anak RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Penanggung Jawab : Ketua Departemen Keperawatan Anak F.Kep USU Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS
Ketua Pelaksana : Elyani Sembiring, S.Kep Sekretaris : Novriani Harahap, S.Kep Bendahara : Ismu Munarah, S.Kep
Seksi-seksi : a. Seksi Acara
Azijah Umiyah, S.Kep Raden Hidayat, S.Kep
b. Seksi Publikasi dan Dokumentasi Herma L Gaol, S.Kep
Aisyah Rezeki, S.Kep c. Seksi Konsumsi
Efriza Fadilah, S.Kep Indah Permata Sari, S.Kep
d. Seksi Peralatan, Tempat dan Transportasi Nengsi Sartika , S.Kep
(2)
Lampiran 2
TAKSASI DANA
1. Sie. Acara
a. Pembuatan Sertifikat
- Kertas sertifikat 32x @ Rp.1000 : Rp. 32.000 - Amplop 15x @ Rp. 1500 : Rp. 22.500 - Print sertifikat 32x @Rp. 2.000 : Rp. 64.000 b. Penggandaan Booklet 16 x @ Rp. 6.500 : Rp. 104.000 c. Penggandaan Handout
- Komunikasi Terapeutik 20 x @ 900 : Rp. 18.000 - Perawatan luka 20 x @ 2000 : Rp. 40.000
d. Honor Pembicara : Rp. 300.000
2. Sie. Konsumsi
-Kue 20 kotak x @ Rp. 4.200 : Rp. 84.000 -Kue dosen 5 kotak x @ Rp. .5.200 : Rp. 26.000 -Aqua botol 5 x @ Rp. 3.000 : Rp. 15.000 -Aqua gelas 1 kotak : Rp. 25.000 _______________________________________________
(3)
Lampiran 3
SUSUNAN ACARA
No. Hari/ Tanggal
Waktu
(WIB) Nama Kegiatan
Penanggung Jawab
1. Senin/ 02 Juli 2012
14.00 – 14.30
14.30 – 15.00
15.00 – 15.30
15.30- 16.15
16.15-16.30
1. Pembukaan
- Pembukaan oleh
moderator : Ismu Munarah, S.Kep
- Kata sambutan dari Koordinator
Keperawatan Anak USU oleh Reni Asmara Ariga ,S.Kp MARS
- Kata sambutan dari Koordimator Praktek Lpangan RSUD Dr. Pirngadi Medan oleh Kartini, S.Kep.Ns - S.Kp, MNS
2. Kegiatan Inti : Materi Pelatihan
Komunikasi
Terapeutik Pada Anak
3. Pelatihan Perawatan Luka kesehatan : ”
4. Pengaplikasian
Perawatan Luka langsung pada pasien.
5. Pembagian Konsumsi dan Sretifikat 6. Penutup Panitia : Sie. Acara: Ismu Munarah, S.Kep
Panitia : Elyani Sembiring, S.Kep
Panitia : Novriani Harahap,S.Kep Seluruh Panitia Seluruh Panitia Panitia : Sie. Acara: Ismu Munarah, S.Kep
(4)
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
PELATIHAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK DAN PERAWATAN LUKA
A. Persiapan
Dalam rangka mempersiapkan kegiatan pelatihan Komunikasi Terapeutik Pada Anak dan Perawatan Luka maka Mahasiswa PBLK dan Profesi meminta izin kepada ketua departemen anak dan berkoordinasi dengan pihak rumah sakit yaitu koordinator pembimbing lapangan dan Kepala ruangan Kenanga 1 Bedah Anak
Pada hari Sabtu, 30 Juni 2012 mahasiswa PBLK dan Profesi Ners Keperawatan USU mempersiapkan materi dan media yang akan digunakan pada pelatihan. Media yang digunakan adalah LCD, TOA,Booklet dan segala alat yang digunakan untuk melakukan perawatana luka. Materi yang dipersiapkan sesuai dengan materi yang telah direncanakan dalam pre planning yaitu Komunikasi Terapeutik Pada Anak dan Cara Merawat Luka dengan cara Modern.
B. Pelaksanaan
Adapun tujuan umum dari pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dan demonstrasi perawatan luka selama 30 menit adalah diharapkan perawat di Ruangan Kenanga 1 Bedah Anak dapat mengetahui cara berkomunikasi pada anak dan dapat mengaplikasikan perawatan luka modern dan bukan perawatan luka konvensional. Kegiatan pelatihan ini dilakukan pada:
Hari/ Tanggal : Senin , 02 Juli 2012 Waktu : 14.00 -16.30 WIB
Tempat : Ruangan Perawat Kenanga 1 RSUD dr. Pirngadi Medan.
Susunan pelaksana kegiatan terdiri atas:
Moderator : Ismu Munarah S.Kep
Penyaji : Reni Asmara Ariga, S.Kp,MARS
Asrizal S.Kep.Ns.WOS (NT),WCS
Demonstrasi perawatan luka : Asrizal S.Kep.Ns.WOS (NT), Fasilitator : Ajizah Umiyah, S.Kep
(5)
Pebriani Harahap, S.Kep Dwi Suci Puspita Sari, S.Kep Dokumentasi : Raden Hidayat Nst, S.Kep
Selama kegiatan berlangsung perawata Kenanga 1 sebagai peserta mengikuti kegiatan dengan baik dan antusias. Peserta memperhatikan dengan baik materi komunikasi teraputik pada anak dan perawatan luka yang dijelaskan oleh penyaji. Materi yang disampaikan antara lain tentang: cara berkomunikasi pada anak dan cara merawat lukadengan teknik modern.
Setelah mendapat penjelasan tentang materi komunikasi terapeutik pada anak dan perawatan luka dari penyaji dilakukan kegiatan diskusi, peserta diberi kesempatan untuk bertanya tentang perawatan luka, peserta cukup antusias bertanya. Setelah itu dilakukan demonstrasi perawatan luka pada Ny.S Maka penyaji langsung melakukan perawatan luka terhadap Ny.S. Luka yang dibersihkan berada pada payudara sebelah kiri Ny.S. Sebelum dilakukan pembersihan luka, terlebih dahulu disterilkan. Alat dan bahan yang digunakan juga telah dipersiapkan oleh panitia. Setelah pembersihan luka selesai semua alat dan bahan disusun kembali dengan rapi.
Di akhir kegiatan mahasiswa membagikan sertifikat untuk peserta, peserta puas dengan kegiatan yang dilakukan dan merasa senang karena telah mendapat perawatan luka secara langsung.
C. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Media yang digunakan berupa LCD, TOA, Booklet dan Alat-alat Perawatan Luka
Kegiatan berlangsung di Ruangan Perawat Kenanga 1 RSUD dr. Pirngadi Medan mulai pukul 14.00-16.30 WIB
Peserta pelatihan berjumlah 31 orang 2. Evaluasi Proses
Pelatihan telah sesuai dengan jadwal pada pre planning. Kesiapan peserta dalam mengikuti pelatihan baik
(6)
Peserta memberikan pertanyaan mengenai materi yang disajikan 3. Evaluasi Hasil
Peserta dapat menjelaskan kembali materi yang disajikan
Peserta dapat melakukan mengerti dan memahami perawatan luka. Peserta terlihat senang dengan kegiatan ini dan mengharapkan dapat
terus dilaksanakan.
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Pelatihan Komunikasi Terapeutik Pada Anak dan Perawatan Luka merupakan suatu bentuk pendidikan kesehatan dalam bentuk ceramah, diskusi maupun demonstrasi yang berfungsi untuk mentransfer pengetahuan kesehatan kepada orang lain (masyarakat).
Kegiatan ini bertujuan agar peserta memahami Komunikasi pada anak dan dapat mempraktekkan perawatan luka, oleh karena itu pelatihan ini juga dilengkapi dengan demonstrasi langsung. Setelah mengikuti kegiatan peserta dapat mendemonstrasikan dengan mandiri tentang perawatan luka.
2. Saran
Sebaiknya diselenggarakan kegiatan-kegiatan pelatihan pada perawat khususnya ruang Bedah serta memberikan keterampilan-keterampilan sederhana yang mudah didemonstrasikan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan pasien.