62
ekstraversi terhadap perilaku narsistik yang diperoleh dari hasil chi- square x
2
sebesar 32,120. Nilai tersebut berada pada dalam signifikasi 0,000 p 0.05.
Dalam penelitian di atas di atas dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian termasuk dalam faktor yang mempengaruhi perilaku narsistik.
Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti bahwa apakah ada perbedaan tingkat kecenderungan perilaku narsistik dari setiap tipe
kepribadian yang dimiliki oleh setiap individu. Dalam hal ini peneliti ingin meneliti perbedaan tingkat kecenderungan narsistik khususnya pada tipe
kepribadian introvert dan ekstrovert.
E. Kerangka Berpikir
Pada masa remaja, memiliki tugas perkembangan yaitu mencapai hubungan sosial lebih matang dengan teman sebayanya. Dalam hal ini remaja
diharapkan dapat menciptakan hubungan sosial dengan teman sebayanya. Melalui komunikasi yang baik, remaja diharapkan dapat memiliki hubungan
sosial yang baik. Selain itu, setiap remaja memiliki dinamika perkembangan diri yang sangat beragam. Berbagai cara dan gaya yang ditunjukkan dalam
kesehariannya menggambarkan bagaimana identitas diri menjadi sangat penting bagi mereka. Identitas adalah potret diri yang tersusun dari berbagai
aspek seperti pandangan seseorang terhadap sesuatu, status sosial, jejak prestasi, minat seseorang, karakteristik kepribadian dan citra tubuh seseorang.
Identitas diri pada remaja merupakan perwujudan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja yang memungkinkan remaja untuk menyaring
63
dan beridentifikasi untuk mencapai kematangan individu Santrock, 2011: 438. Harapannya, untuk menggapai identitas diri hendaknya remaja
menggunakan cara-cara yang positif untuk mencapai kematangan individu yang optimal. Namun pada kenyataannya, banyak kendala yang dialami oleh
remaja yang menghambat perkembangan diri pada remaja untuk mencapai perkembangan individu yang optimal, salah satunya adalah narsistik.
Narsistik adalah cinta diri dimana memperhatikan diri sendiri secara berlebihan, paham yang mengharapkan diri sendiri sangat superior dan
amat penting, menganggap diri sendiri sebagai yang paling pandai, paling hebat, paling berkuasa, paling bagus dan paling segalanya Chaplin,
2009.
Pada hakekatnya, setiap orang memiliki perasaan bangga ketika kehebatannya, pengalaman terbaik yang dimilikinya, wajahnya, ataupun gaya
yang dimilikinya dapat dilihat oleh orang lain dan berharap pujian akan datang pada dirinya. Ini adalah salah satu sifat manusia yang mendorong
seseorang untuk berperilaku narsistik. Semua orang mencari perkembangan diri, kendali diri, dan sebuah gambaran diri positif. Dalam hal ini pada
kepribadian yang matang, perilaku narsistik akan nampak dalam karakteristik-karakteristik dari diri dengan cara-cara yang positif secara
sosial. Namun hal tersebut terjadi pada kepribadian yang kurang matang, narsistik yang ditampilkan akan menimbulkan perilaku yang negatif.
Selain karakteristik di atas, remaja dengan kepribadian narsistik memiliki karakteristik yang sebenarnya merupakan topeng bagi harga dirinya yang
64
rapuh . Remaja menginginkan penghormatan dan perhatian dari orang lain demi meningkatkkan harga diri yang dimilikinya. Remaja dengan kepribadian
narsistik mengalami kesulitan untuk menerima kritik dari orang lain, dan selalu beranggapan bahwa dirinya istimewa. Remaja yang berkepribadian
narsistik juga mempunyai anggapan bahwa dirinya spesial, ambisius, dan suka mencari keternaran. Remaja akan cenderung mengubah dirinya agar
telihat berbeda dari orang lain, salah satu cara yang dilakukan dengan memperhatikan penampilan fisiknya.
Perilaku narsistik tumbuh dari dalam diri individu berawal dari pola asuh yang diberikan orang tua saat individu kecil dan juga kegagalan individu
dalam mengembangkan citra diri. Kegagalan pola asuh dan kegagalan mengembangkan citra diri ini, memberikan dampak berupa perilaku narsistik
dimana remaja selalu ingin mendapat perlakuan khusus, merasa istimewa dan tidak memiliki empati terhadap orang lain. Selain itu, individu yang memiliki
harga diri yang tidak stabil, perasaan depresi, kesepian, perasaan subyektif, dan kontrol diri termasuk faktor yang berkaitan dengan penyebab timbulnya
seseorang memiliki perilaku narsistik. Kepribadian bersifat unik dan konsisten sehigga dapat digunakan untuk
membedakan antara individu satu dengan yang lainnya Feist Feist, 2009: 9. Keunikan ini yang menjadikan kepribadian sebagai variabel yang
digunakan untuk menggambarkan diri individu yang berbeda dengan individu lainnya. Individu memiliki keunikannya masing-masing yang membuatnya
berbeda dari individu lain. Tipe kepribadian termasuk dalam keunikan
65
tersebut. Setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dapat mendorong perilaku lain dari individu tersebut.
Dalam hal ini, peneliti membandingkannya kecenderungan narsistik pada individu yang memiliki tipe keribadian introvert dan ekstrovert. Pada
dasarnya tipe kepribadian ekstrovert yang cenderung terbuka dan mudah berkomunikasi terhadap lingkungan sosialnya. Berbeda dengan tipe
kepribadian Introvert yang ditunjukkan melalui rendahnya kemampuan individu dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosial mereka. Hal ini
dapat ditinjau dari terbatasnya hubungan mereka dengan lingkungan sekitar. Menurut Jung dalam Chaplin, 2006 seseorang yang introvert cenderung
menarik diri dari kontak sosial, minatnya lebih mengarah kedalam pikiran- pikiran dan pengalamannya sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Prihati 2010, dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tipe kepribadian introvert memiliki kontribusi yang
signifikan terhadap kecanduan internet. Dengan demikian seseorang yang memiliki tipe kepribadian introvert lebih rentan memiliki perilaku narsistik
dengan menggunakan media internet. Berbeda dengan siswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovet yang memilih untuk berinteraksi secara langsung.
Pribadi introvert menunjukan libidonya ke dalam dan tenggelam menyendiri ke dalam diri sendiri, khususnya dalam saat-saat mengalami
ketegangan dan tekanan batin seseorang introvert merasa mampu dalam upayanya mencukupi diri sendiri, sedangkan ekstrovert membutuhkan orang
lain. Individu yang subyektif mengindikasikan bahwa individu tersebut