39
individu dengan kontrol diri rendah tidak memiliki ketrampilan untuk mengarahkan, membimbing, serta tidak memikirkan
manfaat serta dampakyang dapat ditimbulkan dari media sosialnya
Dari beberapa mengenai penyebab narsistik, dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku narsistik tumbuh dari dalam diri individu
berawal dari pola asuh yang diberikan orang tua saat individu kecil dan juga kegagalan individu dalam mengembangkan citra diri.
Kegagalan pola asuh dan kegagalan mengembangkan citra diri ini, memberikan dampak berupa perilaku narsistik dimana remaja selalu
ingin mendapat perlakuan khusus, merasa istimewa dan tidak memiliki empati terhadap orang lain. Selain itu, individu yang
memiliki harga diri yang tidak stabil, perasaan depresi, kesepian, perasaan subyektif, dan kontrol diri termasuk faktor yang berkaitan
dengan penyebab timbulnya seseorang memiliki perilaku narsistik.
B. Kajian Tentang Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris personality. Kata personality sendiri berasal dari bahasa Latin persona yang berarti
topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan. Di sini para aktor menyembunyikan kepribadiannya yang
asli, dan menampilkan dirinya sesuai dengan topeng yang digunakannya.
40
Hasil pemikiran dan temuan para ahli ternyata beragam, sehingga melahirkan teori-teori yang beragam pula. Adanya keragaman tersebut
sangat dipengaruhi oleh aspek personal refleksi pribadi, kehidupan beragama, lingkungan sosial budaya, dan filsafat yang dianut oleh teori
tersebut. Jung
menjelaskan bahwa, “psyche embraces all thought, feeling, and behavior, conscious, and unconsious
”. Kepribadian itu adalah selirih pemikiran, perasaan, dan perilaku nyata baik yang disadari maupun yang
tidak disadari. dalam Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, 2011: 74 Menurut Calvin S. Hall Gardner Lindzey mengemukakan bahwa
secara populer kepribadian dapat diartikan sebagai: 1 ketrampilan atau kecakapan sosial social skill, dan 2 kesan yang paling menonjol, yang
ditunjukkan seseorang terhadap orang lain seperti seseorang yang dikesankan sebagai orang yang agresif atau pendiam. Selanjutnya
Allport mengemukakan pendapatnya tentang pengertian kepribadian, yaitu “personality is the dynamic organization whitin the individual of
those psychophysical systems that determine his unique adjustment to his environment”. kepribadian merupakan oraganisasi yang dinamis dalam
diri individu tentang sistem psikofisik yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungannya. dalam Syamsu Yusuf dan Juntika,
2011: 3-4 J. Feist dan G. J Feist 1998 mendefinisikan kepribadian seseorang
dinilai dari keefektifan yang memungkinkan seseorang sanggup
41
memperoleh reaksi positif dari berbagai orang dalam berbagai macam keadaan. Selain itu, John J. Honingman 1953 mengatakan bahwa
kepribadian menunjukkan perbuatan-perbuatan aksi, pikiran, perasaan yang khusus bagi seseorang. dalam M. Nur Ghufron Rini Risnawita,
2014: 130. Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan kepribadian adalah
keseluruhan sikap, ekspresi, pikiran, perasaan, ciri khas dan juga prilaku seseorang.
2. Perkembangan Kepribadian
Banyak teoritikus psikologi yang mungkin mengambil petunjuk dari Freud, berpendapat bahwa perkembangan manusia berhenti sekitar usia 5
tahun, dalam pandangan ini, bentuk dan kodrat kepribadian ditentuka oleh apa yang telah dialami seseorang pada masa bayi danawal masa
anakanak, dan terdapat sedikit kemungkinan untuk mengubah kepribadian sesudahnya.
Jung berpendapat
bahwa kepribadian
berkembang melalui
serangkaian tahap yang mencapai puncaknya pada individuasi. Berbeda dengan Freud, dia menekankan setengah bagian kedua kehidupan dimana
seseorang mengalami perubahan yang menentukan pada usisa sesuadah 35 atau 40 tahun. Pandangan ini akan memberika pengharapan bagi
orang-orang yang sekarang berada dalam pergolakan yang hebat karena krisis usia setengah baya. Sekurang-kurangnya tidk dihukum menjadi
tawanan dari pengalaman-pengalamanawal masa kanak-kanak.
42
Tahap perkembangan oleh Jung dikelompokkan menjadi empat periode umum yaitu 1 masa kanak-kanak, 2 masa remaja muda, 3
masa usia setengah baya, 4 masa tua.
a. Masa kanak-kanak
Jung berpendapat tidak yakin bahwa tahap perkembangan pada maasa kanak-kanak sangat penting dalam pembentukan kepribadian.
Tingkah laku bayi dikuasi oleh insting-insting dan tidak ada masalah psikologis selama periode awal ini, karena memerkukan adanya ego
sadar yang pada waktu itu belum terbentuk.
b. Masa remaja
Periode dari usia pubertas sampai usia setengah baya disebut masa remaja. Pada periode ini kepribadian mulai mengembangkan
bentuk dan isi tertentu. Jung menyebut pubertas sebagai “kelahiran psikis” individu dan itulah yang mengandung banyak masalah,
konflik dan adaptasi. Dunia yang nyata menempatkan tuntutan- tuntutan baru pada anak remaja iyu yang tidak dapat ditemuai
dengan tingkah laku dan fantasi masa kanak-kanak. Dari masa adolesen sampai massa remaja dewasa sebelum memasuki usi
setengah baya, tugas-tugas utama yang menantang individu adalah persiapan untuk bekerja dan menerima tanggung jawab orang
dewasa. Bagi orang yang berhasi, masa remaja dewasa merupakan masa kehidupan yang menantang, pergantian pandangan, horizon-
horizon dan masa berprestasi.
43
Menurut Jung dalam Semiun Yustinus 2013: 128, itu adalah masa meningkatnya aktivitas kematangan seksualitas, pertumbuhan
kesadaran, dan pengakuan bahwa masa bebas dari masalah yang dialami pada masa kanak-kanak hilang untuk selama-lamanya.
c. Usia setengah baya
Jung berpendapat bahwa usia setengah baya mulai kira-kira pada usia 35 atau 40 tahun. Meskipun beberapa mengalami penurunan
yang menyebabkan kecemasan-kecemasan yang meningkat pada orang yang berusia setengah baya perubahan-perubahan yang
muram dan radikal dalam kepribadian, namun masa usia setengah baya merupakan suatu periode potensialitas yang sangat hebat. Masa
usia setengah baya merupakan periode kepuasan yang luar biasa dengan penyesuaian diri yang agak baik yang dilakukan oleh
kebnyakan orang diantara kita terhadap tuntutan-tuntutan hidup.
d. Usia tua
Usia tua adalah tahap akhir kehidupan. Jika orang-orang takut pada kehidupan tahun-tahun awal maka mereka hampir pasti akan
takut terhadap kematian pada tahun-tahun kemudian. Orang tua tidak dapat melihat kebelakang. Mereka membutuhkan suatu tujuan untuk
mengarahkan mereka kemasa depan. Ketakutan terhadap kematian sering dianggap normal, tetapi Jung berpendapat bahwa kematian
adalah tujuan hidup dan kehidupan akan menjadi penuh bila kematian dilihat dengan sudut pandang ini.