34
Sedangkan Wijaya dan Supardo 2006:4 mendefinisikan gaya kepemimpinan adalah suatu cara dan proses yang kompleks dimana
seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk mencapai suatu misi, tugas atau suatu sasaran dan mengarahkan organisasi dengan
cara yang membuatnya lebih kohesif dan lebih masuk akal. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Gaya
Kepemimpinan merupakan bentuk cara penyelesaian masalah pekerjaan melalui individu atau kelompok dan kemampuan
pemimpin dalam menyesuaikan perilaku terhadap bawahannya dalam pencapaian tujuan.
Pemimpin merupakan manusia pelaksana yang diharapkan sangat meyakinkan para pengikutnya dan mampu mengajak atau
memaksa para pengikutnya. Pemimpin yang efektif tidak hanya mempengaruhi bawahnnya, tetapi ia juga mempu menjamin
bawahannya mencapai pelaksanaan kerjanya yang terbaik Wexley, 2003:189.
Pemimpin dalam memberikan arahan harus mampu mengarahkan secara teoritis, dan praktis berbagai kebijakan yang
akan dikembangkan dalam organisasinya Slamet, 2007:189.
2.3.2. Fungsi Kepemimpinan
Agar suatu kelompok beroperasi secara efektif, maka seseorang harus melakukan dua fungsi utama, yaitu fungsi pemecahan masalah
35
atau fungsi yang bertalian dengan tugas dan fungsi sosial atau fungsi pembinaan kelompok.
a. Fungsi yang bertalian dengan tugas mencakup fungsi memberi
saran pemecahan, informasi dan pendapat. b.
Fungsi pembinaan kelompok meliputi segala sesuatu yang membantu kelompok beroperasi secara lebih lancar, misalnya
menyetujui atau memberi pujian kepada anggota lain dalam kelompok, menengahi ketidak-sepakatan kelompok atau bahkan
memperhatikan jalannya diskusi kelompok Sopiah, 2008:112
2.3.3. Peran Kepemimpinan
Stoner dalam Sulistiyani 2003:56 mengemukakan bahwa peran pimpinan akan mencakup:
a. Peran antar pribadi yang meliputi pemimpin dan penghubung
b. Peran informasional yang meliputi pemantau, penyebar, dan juru
bicara. c.
Peran pengambilan keputusan yang meliputi wiraswastawan yang artinya mencari peluang dan memprakarsai, pereda gangguan,
pengalokasi yang meliputi sumber daya dan perunding.
2.3.4. Perilaku Kepemimpinan
Perilaku kepemimpinan memusatkan pada gaya pemimpin dalam hubungannya dengan bawahannya.
Gaya kepemimpinan menurut Veithzel Rivai 2003:69, dapat
dibagi dalam dua dimensi yaitu :
36
1. Dimensi Tugas. Dimensi tugas disebut mengarahkan, berorientasi
pada produk dan berujung pada gaya kepemimpinan otokratis. 2.
Dimensi Manusia Berhubungan dengan istilah mendukung berorientasi pada bawahan dan berujung pada tipe kepemimpinan
bebas kendali. Pemimpin dikatakan efektif bilamana pemimpin tersebut mampu
menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda dalam situasi yang berbeda, dengan tidak tergantung pada pendekatan untuk semua situasi
melainkan menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan situasi tertentu. Gaya kepemimpinan menurut Hasibuan 2002:170, yaitu:
a. Kepemimpinan Otoriter, jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan. Pengambilan keputusan
dan kebijaksanannya hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. b. Kepemimpinan Partisipatif, jika dalam kepemimpinannya dilakukan
dengan cara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin
memotivasi bawahan agar merasa ikut memilki perusahaan. c. Kepemimpinan Delegatif, bila seorang pemimpin mendelegasikan
wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan
dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya.
37
Menurut Davis and Strom 1999:164, membedakan gaya kepemimpinan menjadi tiga jenis:
1. Pemimpin Autokratik
Dalam diri pemimpin autokratik memusatkan perhatian pada kepuasan dirinya sendiri, dimana semua keputusan diambil oleh
pemimpin itu sendiri dan bawahan hanya menerima perintah tanpa memberi alternatif pemecahan masalah. Namun demikian pemimpin
autokratik memiliki kelebihan yaitu pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat tetapi pada umumnya bawahan kurang dapat
menerimanya karena tidak bisa memperoleh kebebasan dalam memecahkan masalah yang ada.
2. Partispatif
Pemimpin partisipatif biasanya melakukan desentralisasi wewenang dan dalam mengambil keputusan mengikutsertakan
bawahan untuk berpartisipasi menyumbangkan pemikirannya terhadap masalah yang dihadapi oleh organisasi. Pemimpin dan kelompok
merupakan unit sosial yang utuh dalam melaksanakan semua kegiatan organisasi.
3. Bebas kendali free-rein.
Tipe kepemimpinan bebas kendali mempunyai peran yang kecil dan memberikan peluang kepada kelompok untuk menentukan
38
pilihannya sendiri dan pada umumnya mempunyai kecenderungan akan terjadinya kekacauan.
2.3.5. Indikator Kepemimpinan