Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Humanis di SMA

73 “Proses evaluasi di sekolah ini ada evaluasi tertulis yang dilakukan setiap semester. Kita juga melakukan analasis kepribadian siswa yaitu tentang catatan tentang tingkah baik buruk siswa yang nanti hasilnya akan te rcantum pada rapot”. PS Berdasarkan hasil wawancara maka diketahui bahwa proses evaluasi pembelajaran di SMA Negeri 6 Yogyakarta dilakukan untuk mengetahui perkembangan belajar siswa. Dalam pengambilan nilai guru tidak hanya mengedepanan sisi kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik. Penilaian dengan cara tersebut dirasa memenuhi keadilan dalam memeberikan penghargaan hasil belajar siswa. Sekolah juga mengadakan monitoring siswa melalui sistem guru pembimbing akademik siswa. Monitoring tersebut memudahkan sekolah dalam mengevaluasi siswa dari segi perilaku maupun hasil belajar. Dengan sistem guru pembimbing akademik ini, dalam memonitor dan memberikan motivasi siswa dapat dilakukan lebih dekat dan lebih efisien.

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Humanis di SMA

Negeri 6 Yogyakarta Pihak SMA Negeri 6 Yogyakarta berusaha semaksimal mungkin untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang humanis pendidikan yang humanis. Hal ini terlihat dari hangatnya komunikasi yang terjalin antar staf, guru, dan siswa. Peneliti sendiri merasakan langsung menganai apa yang disinggung sebagai lingkungan humanis di sini. 74 SMA Negeri 6 Yogyakarta menerima peneliti dengan hangat dan terbuka.Suasana kekeluargaan di SMA Negeri 6 Yogyakarta tentunya tidak akan mudah ditemui pada lembaga pendidikan lain yang cenderung bersifat kaku. Hal ini dibenarkan oleh narasumber IMH. “Untuk faktor pendukungnya, yang sangat terasa ialah kekeluargaan kami antara staf, guru, dengan siswa. Hal tersebut seolah-olah membuat masalah dan kendala yang dihadapi tidak berarti karena kami selalu bahu membahu dalam menyelesaikan masalah.Antara staf dan guru dengan siswa juga kami membangun ikatan sedekat mungkin”. IMH03092015 Pendapat tersebut juga diamini oleh narasumber AR. “Saya sejak awal di sini dengan teman-teman staf memang sudah berkomitmen bahwa kita harus kompak, dan apapun yang terjadi, kami harus tetap bekerja sama serta tetap menjalin komunikasi yang baik satu sama lain. Hal tersebut komitmen untuk kompak dan bekerja sama juga merupakan salah satu faktor pendukung yang kami miliki di sini. Faktor pendukung lainnya antara lain juga dari kinerja maksimal dari kami para staf dan guru, yang mana membuat kami bisa menghadapi dan melalui faktor-faktor penghambat itu tadi.” AR17092015 Faktor pendukung terlaksananya pendidikan yang humanis di SMA Negeri 6 Yogyakarta juga terjadi karena adanya penerapan beberapa sistem dari sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan baik dari segi akademis maupun moral. Faktor pendukung tersebut diwujudkan dalam bentuk peraturan sekolah yang membatasi waktu untuk siswa yang masih berada di sekolah sesuai jam sekolah habis. Selain melakukan pembatasan jam sekolah juga melakukan pengawasan agar pada jam yang ditentukan sekolah sudah benar-benar steril dari siswa yang masih berada di lingkungan sekolah. Hal seperti ini disampaikan oleh M. 75 “Berdasarkan pengalaman buruk yang dulu memang pernah terjadi di sekolah ini yang sampai disebut dengan sebutan sekolah tawuran. Pada waktu itu menurut saya manajemen waktu dan pengawasan di sekolah ini sangat kurang baik. Beberapa siswa pada jam pulang sekolah kerap didapati masih berada di lingkungan sekolah. Bahkan mereka membuat semacam basecamp perkumpulan yang saya perkumpulan ga jelas. Waktu dilakukan semacam sidak oleh sekolah banyak kedapatan putung rokok bahkan botol miras di base camp tersebut . Sehingga pada akhirnya pihak memberlakukan pengawasan dan mengotonomi waktu jam berada di sekolah untuk siswa yang pada jam 16.00 keadaan sekolah harus steril dari siswa yang berkeliaran di sekolah. Diharapkan mereka untuk segera pulang ke rumah masing-masing untuk belajar atau melakukan kegiatan positif daripada nongkrong tidak jelas. Pengawasan yang demikian tadi mampu memutus pergerakan tongkrongan yang tidak jelas yang dilakuka oleh siswa sekolah ini. Sampai saat ini masih diberlakukan pengawasan tersebut untuk menanggulangi hal-hal yang tidak diinginkan”. M Untuk mengantisipasi tindakan dehumanisasi siswa sekolah telah memutus mata rantai kegiatan siswa yang dirasa merugikan. Sekolah melakukan otonomi waktu dengan membatasi keberadaan siswa di lingkunan sekolah, karena berdasarkan pengalaman sebelumnya banyak terdapat siswa yang melakukan kegiatan tidak bermanfaat setelah jam sekolah di lingkungan sekolah. Otonomi waktu yang dilakukan sekolah dirasa berhasil dalam mengantisipasi tindakan dehumanis siswa. Selain itu sekolah juga memberikan kegiatan yan lebih positif kepada siswa melalui beberapa program sekolah seperti yang disampaikan narasumber berikut. “Sekolah ini memang dulu awalnya terkenal dengan sekolah tukaran, seneng gelut, tawur dan sebagainya. Dulu sekolah terlalu banyak waktu luang sehingga murid-murid sering nongkrong- nongkrong tidak jelas. Sekarang enggak karena sekolah membuat program salah satunya program berbasis penelitian, sejak itu murid tidak memiliki waktu untuk nongkrong yang tidak jelas bahkan sekarang murid banyak yang izin tidak masuk sekolah karena harus 76 ke lab, harus lomba ke luar kota. Itulah, bahkan sekarang ini ada 12 murid maju ke tingkat provinsi untuk gelar penelitian ilmiah ramaja padahal masih UTS. Sebernarnya triknya sederhana menurut saya yaitu lebih pada pemanfaatan waktu luang remaja. Kini mereka tidak memiliki waktu luang untuk hal yang menyimpang. Mereka sudah capek dengan aktivitas yang positif sehingga tidak ada waktu lagi untuk berbuat yang negatif”. IMH Lingkungan SMA Negeri 6 Yogyakarta yang humanis juga disinggung oleh narasumber PS dalam wawancara mengenai faktor pendukung dalam kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri 6 Yogyakarta. “Faktor pendukungnya mungkin salah satunya dari suasana sekolah yang dibangun sangat humanis, Mas.Jadi siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar sama-sama merasa nyaman. Selain itu guru di SMA Negeri 6 ini saya rasa sudah menguasai dan menerapkan konsep pendidikan humanis di sekolah ini”. PS Berdasarkan hasil wawancara menegenai faktor pendukung implementasi pendidikan humanis di SMA Negeri 6 Yogyakarta adalah sebagian besar guru memiliki wawasan yang baik tentang konsep pendidikan humanis dan menerapkannya di dalam proses pembelajaran dan lingkungan sekolah. Selain itu dalam mencegah atau menangani tindakan dehumanisasi di sekolah ini adalah sekolah menerapkan pembatasan jam siswa berada di lingkungan sekolah hingga pukul 16.00. Hal itu dirasa dapat menghilangkan siswa yang tidak bermanfaat setelah pulang sekolah dan siswa diarapkan pulang untuk berkumpul dengan keluarga di rumah, sehingga tidak ada kegiatan negatif seperti nongkrong dan berujung tawuran. 77 Beberapa faktor pendukung juga ditemui dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu fasilitas sekolah yang memadai sehingga memudahkan guru untuk menyampaikan pembelajaran dengan baik. Serta komunikasi kekeluargaan antara guru, siswa, dan staff yang harmonis di sekolah ini merupakan hal yang menjadi pendukung implementasi pendidikan humanis.

6. Faktor Penghambat Pendidikan Humanis di SMA Negeri 6