35
bentuk kultur sekolah inklusi serta kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam unsur kultur sekolah yang positif.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah pada kuisioner. Penelitian ini menggunakan kuisioner yang
digunakan untuk mengamati kegiatan sekolah berupa aktivitas keseharian di sekolah. Sedangkan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti menggunakan
observasi dan wawancara untuk mengamati kegiatan sekolah yang mengandung nilai-nilai dalam kultur sekolah.
F. Kerangka Berpikir
Tindak kekerasan merupakan masalah yang kerap terjadi pada lingkungan masyarakat.Tidak ada seorangpun yang mampu melepaskan diri
dari tindakan destruktif tersebut.Tindak kekerasan rupanya juga tidak luput dalam lingkungan pendidikan.Kekerasan yang terjadi dalam pendidikan
menjadi masalah mendasar bagi pendidikan nasional.Kekerasan dalam pendidikan bisa diakibatkan oleh buruknya sistem dan kebijakan pendidikan
yang ada.Muatan kurikulum, yang hanya mengandalkan aspek kognitif dan mengabaikan pendidikan afektif, menyebabkan berkurangnya proses
humanisasi dalam pendidikan.
Pendidikan humanis merupakan pendidikan yang di dalamnya selalu mengutamakan kepentingan manusia sebagai seorang yang senantiasa harus
mendapatkan haknya sebagai manusia yang merdeka. Pendidikan humanis ialah pendidikan sebagai sarana dalam proses humanisasi dengan tiga
36
komponen utama, yaitu guru, peserta didik, dan orangtua siswa. Peran guru adalah sebagai pendidik nilai-nilai dan pengajar ilmu pengetahuan. Peserta
didik adalah generasi muda yang akan meneruskan keberlangsungan bangsa yang diharapkan berperan pada sosialisasi nilai-nilai budaya damai
antikekerasan pada rekan sebaya. Orangtua adalah mitra guru yang mampu mendorong, mendukung, dan mengembangkan aktualisasi atau pelaksanaan
budaya damai tanpa kekerasan.
Melalui implementasi program, proses, dan evaluasi pendidikan humanis, setidaknya akan tercipta cita-cita besar yaitu perdamaian melalui
pendidikan, sehingga akan meningkatkan prestasi belajar siwa untuk ke depannnya lebih baik.
37
Secara sederhana kerangkah berpikir dapat digambarkan melalui bagan berikut :
Gambar 1. Kerangka Berfikir
FAKTOR PENGHAMBAT
FAKTOR PENDUKUNG
PENDIDIKAN HUMANIS
PROGRAM PROSES
EVALUASI
SMA N 6 YOGYAKARTA
SISWA HUMANIS DAN SEKOLAH
HUMANIS
38
G. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, muncul beberapa pertanyaan penelitian sebagai dasar dalam menelaah secara lebih mendalam terkait
pelakasanaan pendidikan humanisasi di SMA Negeri 6 Yogyakarta.Adapun pertanyaan penelitian tersebut ialah sebagai berikut:
1.
Bagaimana konsep pendidikan humanis?
2.
Bagaiman program pendidikan humanis di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
3. Bagaimana tujuan Visi dan Misi pendidikan humanis di SMA Negeri 6
Yogyakarta?
4.
Bagaimana proses pembelajaran di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
5.
Bagaimana evaluasi pendidikan humanis di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
6. Bagaimana pendidikan humanis diterapkan di sekolah kebijakan dan
program?
7. Bagaimana pendidikan humanis terintegerasi di dalam kurikulum yang
dilaksanakan SMA Negeri 6 Yogyakarta?
8. Bagaimana faktor pendukung pelakasanaan pendidikan humanis di SMA
Negeri 6 Yogyakarta?
9. Bagaimana faktor penghambat pelaksanaan pendidikan humanis di SMA
Negeri 6 Yogyakarta?
10. Bagaimana upaya yang digunakan dalam meminimalisir faktor
pengahmbat yang ada dalam pelakasanaan pendidikan humanis di SMA
Negeri 6 Yogyakarta?
39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif.Bogan dan Taylor 1975: 5 mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata.Kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.Menurut mereka,
pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik utuh.Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi
ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Sedangkan pendekatan
yang digunakan
adalah pendekatan
fenomenologis, yaitu pendekatan yang berusaha memahami peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.
Orleans 2000: 1458 mengungkapkan bahwa fenomenologi digunakan dalam dua cara mendasar, yaitu: 1 untuk menteorikan masalah sosiologi yang
substansial dan 2 untuk meningkatkan kecukupan metodologi penelitian sosiologis. Lebih lanjut, Orleans menjelaskan bahwa fenomenologi berupaya
menawarkan sebuah koreksi terhadap tekanan bidang tersebut pada konseptualisasi positivis dan metode-metode risetnya yang menganggap bahwa
isu yang ditemukan oleh metode fenomenologi sebagai suatu hal yang menarik.Selain itu, Collin 1997: 111 juga berpendapat bahwa fenomenologi
mampu mengungkap objek secara meyakinkan, meskipun objek itu berupa