48 Informan mengakui bahwa dirinya kurang pergaulan sehingga sulit
mendapatkan pasangan. Hal ini juga didukung dengan adanya kebiasaan membandingkan orang lain dan masih ada rasa curiga informan akibat dari
pengalaman masa lalu dengan pasangan. Di sisi lain, informan menyadari bahwa dirinya posesif terhadap mantan dan hal ini menyebabkan ia
berpisah. Oleh sebab itu, muncul rasa bersalah dalam diri informan karena sudah berpisah dengan mantan. Akibatnya, pada saat bertemu dengan
orang baru informan sering membandingkan orang tersebut dengan mantannya.
Informan merasa yakin bahwa permohonannya akan dikabulkan oleh Tuhan. Ia merasa yakin karena sudah berusaha mengikuti beberapa
kegiatan dan sudah berdoa untuk memohon jodoh. Ayah informan juga memberikan nasehat kepada anaknya untuk bergaul agar mendapatkan
pasangan.
2. Informan Kedua
Informan kedua merasa terbebani karena harus memberi contoh atau panutan dan statusnya sebagai anak sulung. Di sisi lain, tuntutan
orang tua terhadap anak sulung menjadikan munculnya konflik pada informan. Orang tua informan juga berusaha mendekatkan dirinya dengan
laki-laki. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49 “Kenapa ya aku udah harus mikir pasangan
padahal aku masih mau kerja cari uang untuk bantu orang tua dan masih ada adek-adekku. Aku kadang nyalahin
diriku sendiri.Misalkan aja tiba-tiba kepikiran sama mama dan aku tahu kalau mama sama papa itu udah tua dan aku
anak pertama ya. Tanggung jawab aku sebagai anak belum selesai dan menurutku pasangan dan menikah itu bukan hal
yang urgent untuk beberapa tahun ini. Aku nyesel sama diri sendiri karena aku ditahun sebelumnya belum bisa jadi
anak yang bisa dibanggain sama ortu jadi sampai sekarang pun aku masih merasa kurang dan ya begitulah kira-kira
akibatnya ya. Pikiran aku campur aduk jadi satu. Harus kerja di rumah juga udah tanggung jawab aku bantu ortu
di rumah..”
W3. 13-23 Trauma dengan masa lalu yang dialami informan ini
menjadikannya menutup diri terhadap laki-laki. Informan belum bisa dekat dengan laki-laki karena rasa kecewa dan sakit hati terhadap omongan
orang tua mantannya. “Belum bisa karena ya memang masa lalu aku
menjalin hubungan gak berakhir dengan baik-baik, aku gak mau disakiti.”
W1. 97-99 Pengalaman masa lalu mempengaruhi konsentrasi informan saat
bekerja. Informan juga menghidar dari orang tua karena malas ditanyakan tentang pasangan. Munculnya konflik dalam diri sendiri karena merasa
masih punya banyak tanggung jawab. Informan juga merasa bersalah karena belum bisa membahagiakan orang tua. Informan baru menyadari
ada yang aneh pada dirinya ketika diberitahu oleh temannya mengenai penampilan, terutama berat badan. Selain itu juga informan mengatakan
bahwa beberapa hari belakangan ini senang mendengarkan lagu galau. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50 “Itu sih aku baru sadar pas ada teman kerjaan yang
bilang, eh kamu kok sekarang kurusan ya tapi gak kelihatan cerah dan agak kucel.Hah?
Masak iya begitu? Nah dari situ aku sadar ada yang aneh sama aku.”
W3. 54-55 55-56 Dengan adanya konflik yang dialami informan, timbullah upaya
untuk menghindari konflik, yakni informan mengunjungi kedai kopi sebagai pelarian terhadap masalah yang dialami. Akan tetapi, informan
juga berupaya untuk mengikuti beberapa kegiatan untuk mendapatkan pasangan dengan cara tidak menutup diri dengan orang baru. Informan
juga menjadikan bangun pagi untuk berdoa sebagai motivasi untuk menyenangkan hati orang tua. Selain itu informan juga beranggapan
bahwa tidak ada yang instan termasuk menemukan pasangan. Informan berupaya untuk menangani konflik dengan cara berdiskusi. Akan tetapi,
informan menundanya karena kesehatan orang tua yang kurang baik. Informan
ingin memiliki
pasangan yang
mapan dan
berpenghasilan. Ia tidak mau lagi salah memilih pasangan seperti apa yang terjadi di masa lalunya. Informan optimis keinginannya akan dikabulkan
oleh Tuhan untuk mendapatkan pasangan. “Nah dari situ aku kayaknya jadi punya kriteria
pasangan ku nanti harus mapan dan sudah berpenghasilan. Aku berusaha mengambil tempat
untuk sendiri berdoa kepada Tuhan supaya dibukakan jalan menemukan pasanganku. Selalu
begitu dan masih sampai hari ini.” W4.43-44 W2. 81-82
Informan tersentuh saat mendengarkan khotbah tentang bagaimana menyenangkan hati orang tua. Ia merasa bersalah karena terlalu sibuk
51 dengan urusan pribadi dan pekerjaan. Pada saat itu juga informan tersadar
bahwa lewat doa ia bisa menemukan pasangan. Informan percaya, dengan berdoa pada Tuhan, pasti bertemu dengan pasangannya.
“Khotbah yang dibicarakan adalah tentang menyenangkan hati orang tua. Bagaimana
menyenangkan hati orang tua dan apa saja yang bisa diperoleh anak dari menyenangkan hati orang
tua. Salah satu cara yang disebutkan adalah berdoa pada Tuhan. Karena Tuhan adalah Maha
segalanya. Berdoa lewat Tuhan adalah perbuatan yang paling dapat membantu untuk menyenangkan
hati orang tua. Selain itu juga Tuhan akan senang karena kita sebagai anak datang untuk berdoa
padaNya. Dari khotbah itu deh spontan aku tersentuh.”
W4. 9-16
3. Informan Ketiga