LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Saat ini dunia maya hampir dapat dipastikan membawa budaya baru bahkan menjadi trend bagi berbagai kalangan mulai dari anak-anak muda usia sekolah, kuliah, bahkan bagi mereka yang sudah bekerja Sumsel.com, 2003. Bagi mereka, dunia maya memang menarik dan menjanjikan banyak hal terutama untuk suatu hubungan, mulai dari hanya mencari teman hingga mencari jodoh. Hal ini dapat terfasilitasi, terlebih dengan maraknya situs perkawanan seperti friendster.com, HI5.com, Cyberspace.com, temanster.com, friendfinder.com, bahkan hingga situs Blogger. Ada pula situs yang memang mengkhususkan untuk temu jodoh layaknya biro jodoh konvensional di koran-koran seperti situs Personals.AOL.com, iwantu.com, matchmaker.com, friendfinder.com dan lain sebagainya Tempo, 2004. Di samping situs perkawanan dan situs jodoh tersebut, para pengguna internet juga dapat menemukan teman-teman baru melalui chatting. Chatting dianggap lebih banyak dilakukan oleh orang-orang dan cukup fenomenal. Berdasarkan survai Nielsen dan Netratings tahun 2005, pengguna Gtalk sekitar 866 ribu, sedangkan AOL Messenger mencapai 53 juta, MSN Messenger 27 juta, dan Yahoo Messenger ¹ 22 jutahttp:www.wemaster.netmodules.php?. Meski sebagian kalangan menganggap chatting sebagai kegiatan buang-buang waktu, ada juga yang berkeyakinan bisa mendatangkan manfaat. Tidak sedikit yang menganggap akan mendapatkan keuntungan dari berchating ria. Keuntungan tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI di antaranya adalah tambah teman, wawasan dan mencari pacar Minggu pagi, 2004. Denny Chasmala misalnya, lelaki lajang 31 tahun adalah seorang produser rekaman di Jakarta yang terbiasa chating. Dengan melalui chating, ia bertemu dengan Octriasari Maharani bekas tetangganya yang tinggal di Yogyakarta. Keduanya merasakan kecocokan dan pada tanggal 28 Agustus 2005 mereka menikah. Hal yang hampir sama dialami Sri Rahati Hadiningrum Nining yang saat itu berusia 34 tahun. Wanita asal Cirebon ini memperoleh jodoh melalui situs iwantu.com. Jodohnya pria asal Inggris bernama Jacob Andrew Purches Jake. Mereka kemudian menjalin hubungan melalui chating dan email. Pada mulanya Nining ragu karena mereka berbeda agama, namun Jake menunjukkan keseriusannya dengan bersedia pindah agama dari Katolik Anglikan ke Islam, Nining pun semakin tertarik. Merekapun akhirnya menikah pada tanggal 29 Mei 2001 dan sekarang sudah dikaruniai seorang anak. Tempo, 2004. Bagi sebagian orang akan sulit percaya bahwa sepasang manusia bisa menjalin cinta melalui Internet virtual love atau cyberlove. Kemungkinan untuk berbohong dan dibohongi di dunia maya lebih besar daripada jika bertatap muka langsung. Zondra Hughes 2003 mendukung pernyataan ini dengan mengemukakan bahwa wanita berusia 47 mungkin saja mengaku dirinya sebagai seorang gadis berusia17 tahun. Padahal kejujuran merupakan sebuah pembukaan diri yang nantinya akan menentukan seseorang menjadi lebih akrab. Kendati demikian, sebuah relasi dalam dunia maya dianggap sama pentingnya dengan menjalin relasi di dunia nyata Whitty and Gavin, 2001. Hal ini di tegaskan dengan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara berelasi di dunia nyata dengan di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dunia maya dalam hal kepuasan berelasi dan potensi penerimaan emosional Cornwell dan Lundgren, 2001. Donny 2003 mencoba menjelaskan bagaimana keterlibatan pelaku virtual love selama mereka chatting. Ia mengungkapkan bahwa sinyal-sinyal emosional dari pasangan virtual lover ditransfomasikan dalam bentuk bit dan byte ² di internet. Ide dasarnya sebenarnya sama dengan teknik surat menyurat. Melalui sepucuk surat tersebut, mereka mentransformasikan hasrat, gairah dan emosi cintanya melalui tinta yang dituliskan pada kertas putih polos. Hanya bedanya emosi para virtual lover akan saling dipertukarkan saat itu juga real time manakala mereka menekan tombol Enter pada keyboard. Sedangkan para conventional lover, dapat dikatakan harus menunggu berhari-hari balasan dari suratnya terhitung sejak mereka menutup amplop dan menempelkan perangko. Berhubungan melalui internet dirasa memiliki sensasi yang berbeda dengan berkenalan langsung di dunia nyata. Disamping itu, berelasi di internet dirasa memberikan kenyamanan tersendiri. Tak sedikit orang yang merasa canggung jika harus berkata-kata dan bertatap muka langsung dalam menuangkan pikiran dan perasaannya Kompas, 2005. Artinya, rasa malu, kaku, atau takut yang sering muncul bila bicara berhadapan langsung, akan berkurang ataupun hilang bila komunikasi dilakukan di internet. Dengan makin menjamurnya warnet-warnet, akses komunikasi untuk para virtual lover atau cyberlover semakin mudah. Hal ini ditegaskan oleh Heru Nugroho selaku sekretaris jendral APJII Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia yang mengatakan jumlah pelanggan internet dari sektor pribadi residence dan warnet hingga tahun 2003 mencapai 550 ribu, lebih banyak daripada sektor pendidikan dan pelanggan korporasi yang masing-masing hanya mencapai 40 ribu. Beliau juga menunjukkan bahwa pada tahun 2003 pengguna internet mengalami peningkatan hingga 5,5 juta orang dibanding tahun sebelumnya 2002 yang hanya 4,2 juta orang. www.kompas.com. Dengan maraknya warung internet tersebut, pada virtual love tak perlu susah-susah memiliki komputer, perangkat internet beserta modemnya. Mereka tinggal sewa komputer dengan internetnya selama yang mereka mau. Dengan menyewa internet di net-café, dirasa lebih murah jika dibandingkan dengan memasang layananan internet di rumah sendiri. Yang penting bagi mereka, untuk menjalin sebuah hubungan tidak perlu harus mahal. Hubungan semacam itu rupanya menarik perhatian Boyd yang menganalisis situs MySpace.com. Ia mengemukakan bahwa situs tersebut memiliki anggota 15 juta orang dan setengahnya berusia rata-rata 24 tahun http:www.unissula.ac.idsinau default.asp. Usia 24 tahun termasuk dewasa awal karena , usia dewasa awal dimulai pada usia 21 tahun hingga 35 tahun. Pada usia tersebut, rata-rata mereka masih menjalani status mereka sebagai mahasiswa dan mulai merintis di dunia kerja Santrock,2002. Hal ini dipertegas lagi dengan hasil polling atau jajak pendapat mahasiswa di Kanada yang menemukan bahwa 87 atau lebih dari 2.500 orang mahasiswa yang mengikuti polling pernah atau sudah melakukan cyber seks dan cyberlove di balik program Instant Message chatting, baik menggunakan webcam ataupun menggunakan voice mail http:www.hostingcentre.com. Bagi para pengguna warnet yang berusia dewasa, khususnya mereka yang melakukan virtual love, orientasi untuk sebuah jalinan semata-mata tidak hanya sebatas mengetahui lawan bicara saja tetapi juga mengenal lebih mendalam. Hal ini dikarenakan pada usia dewasa awal mereka akan memfokuskan pada hubungan yang lebih intim. Mereka juga lebih banyak diarahkan pada harapan sosial yang sebenarnya. Seperti yang dikemukakan Ekorini 2004 yakni saat tersebut adalah saat setiap orang akan dihadapkan pada masalah sosial untuk bisa beradaptasi dengan lawan jenis dan lingkungan sosial di sekitarnya. Seseorang akan merasa tertarik berelasi dengan orang lain diawali dengan suatu hubungan yang akrab, dan munculnya kecocokan antar kedua belah pihak Santrock, 2002. Apabila hubungan akrab tersebut didukung pula oleh bangkitnya afek, dan mereka termotivasi untuk saling memiliki hubungan, akan menimbulkan rasa saling suka Baron Byrne, 2005. Hasil penelitian Simpson 2007 menunjukkan bahwa hubungan yang diawali dari persahabatan pada masa kanak- kanak, pada usia dewasa dapat dimungkinkan terbentuk hubungan romantisme yang nantinya memunculkan rasa nikmat yang lebih. Munculnya perasaan saling suka didalam persahabatan atau dalam hubungan yang akrab merupakan awal bagi mereka untuk saling jatuh cinta. Dalam percintaan melalui chatting, chatting merupakan sarana untuk mengakrabkan kedua belah pihak. Kendati hubungan melalui chatting ini berawal dari tanpa adanya keterlibatan fisik secara nyata seperti kisah cinta di dunia nyata pada umumnya, namun bagi para virtual lover, mereka tetap menganggap dan memaknai hubungannya ini sebagai hubungan percintaan terlebih bila keduanya memiliki rasa saling suka dan ada kecocokan. Percintaan yang mereka bangun ini sebagian berdasarkan khayalan dan ilusi yang positif. Bahkan, ilusi semacam ini tampaknya membantu menciptakan hubungan yang lebih baik Martz, Murray, Holmes, Griffin, dalam Baron Byrne , 2005. Agar keintiman yang mereka bangun berdasarkan khayalan dan ilusi positif tetap terjaga, mereka perlu melakukan hubungan yang terus menerus yakni dengan melakukan kontak secara online ataupun berkirim surat melalui email. Dari uraian tersebut, peneliti ingin mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai pemaknaan akan percintaan melalui chating ini. Secara khusus, peneliti ingin mengetahui hal tersebut pada usia dewasa awal karena pada usia tersebut, lebih banyak memfokuskan hubungannya pada relasi lawan jenis.

B. RUMUSAN MASALAH