melalui bahasa yang digunakan atau atau melalui cara penulisan, maupun pengungkapan kata-kata saat chatting. Rasa tertarik secara fisikpun dapat
dimunculkan ketika lawan dalam chatting tersebut mendeskripsikan fisiknya secara rinci misal tinggi, berat, usia, dan bertukaran foto terlebih dengan adanya
web cam seseorang dapat menampilkan dirinya seseorang secara online. Dalam berelasi di dunia maya, peneliti melihat banyak kendala yang
ditempuh oleh para pelaku cyberlove. Hal yang paling mendasar yakni mempercayai pasangan. Besar kemungkinan seseorang untuk berbohong melalui
chatting sehingga terkadang seseorang cenderung ragu-ragu dalam menjalani komitmen mereka. Anggapan ini akan semakin dibenarkan ketika berkali-kali ia
dibohongi. Pada akhirnya semua tergantung pada pelaku cyberlove tersebut apakah ia akan memaknai hubungan tersebut dengan sungguh-sungguh ataukah
hanya main-main saja.
C. FOKUS PENELITIAN
Untuk memperjelas konsep penelitian ini, maka ditegaskan kembali berkaitan dengan fokus penelitian ini bahwa fenomenon yang ingin diteliti adalah hubungan
percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal. Wawancara merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk menemukan deksripsi dari fenomenon. Deskripsi
tersebut berbentuk transkrip wawancara mengenai percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal. Adapun fokus dari penelitian ini adalah menemukan
esensi dari pengalaman informan dalam menjalin percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal.
D. INFORMAN PENELITIAN
Memilih informan penelitian sesuai tujuan penelitian adalah kunci hasil kesimpulan pada penelitian kualitatif. Untuk penelitian fenomenologi, criterion
sampling bisa digunakan untuk menemukan informan penelitian. Criterion sampling adalah cara menentukan informan penelitian berdasarkan kriteria
tertentu. Hal yang terpenting adalah semua informan memiliki pengalaman atas fenomenon yang hendak diteliti Creswell, 1998. Kriteria informan yaitu :
Berusia 21 – 35 tahun
Memiliki pengalaman yang dapat diceritakan didalam menjalin
cinta melalui chatting. Berdasarkan kriteria diatas, diperoleh 10 informan yakni 5 laki-laki, 5
perempuan dengan rentang usia mulai dari 21 hingga 30 tahun dengan status masih lajang. Dari ke sepuluh informan 7 diantaranya adalah mahasiswa
sedangkan 3 sisanya sudah bekerja. Dari 9 informan berdomisili di Yogyakarta sedangkan 1 informan berdomisili di Purworejo.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data adalah dengan menggunakan metode wawancara. Wawancara adalah percakapan atau tanya
jawab yang dilakukan oleh dua orang dengan melibat satu orang untuk mencari informasi tertentu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan
tujuan tertentu. Wawancara yang akan dilakukan dengan lebih mendalam dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pertanyaan yang mempunyai suatu topik tertentu yang akan dibahas, dalam hal ini “percintaan melalui chatting” pada usia dewasa awal Mulyana, 2001.
Wawancara yang akan dilakukan sifatnya mendalam, agar dapat diperoleh keterangan yang lebih lengkap dan mendalam mengenai seputar pengalaman dan
pemaknaan akan cinta di dunia maya. Wawancara mendalam kepada informan, dimaksudkan agar peneliti dapat mengetahui alasan yang sebenarnya dari respon
informan tentang pemaknaan tersebut. Maka diharapkan wawancara ini akan menghasilkan gambaran-gambaran dalam bentuk cerita-cerita yang sifatnya
pribadi dan individual atas pengalaman psikologi pengguna internet ataupun warnet pada usia dewasa awal yang melakukan cyberlove.
Proses pengumpulan data mengikuti pola “zig-zag” artinya peneliti ke lapangan mencari informasi, kemudian menganalisis data yang diperoleh, kembali
ke lapangan lagi informasi lagi dan menganalisis data yang diperoleh dan seterusnya sehingga diperoleh informasi yang mampu menggambarkan
pengalaman informan secara utuhCreswell,1998. Data wawancara ini berbentuk transkrip wawancara yang berasal dari perekaman dengan tape recorder. Adapun
pelaksanaan wawancara ini dimulai dari tanggal 25 Juli 2006 hingga 6 Mei 2007.
F. ANALISIS DATA