Percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal [pendekatan fenomenologis].

(1)

ABSTRAK

PERCINTAAN MELALUI CHATTING PADA USIA DEWASA AWAL

Mikael Mardi Raharjo

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Interaksi di dunia maya dipandang sebagai suatu hal yang menarik dan menjanjikan bagi para penggunanya, termasuk juga bagi mereka yang berusia dewasa awal yang tengah mencari pasangan. Chatting digunakan sebagai salah satu cara mereka untuk mencari pasangan. Simbol-simbol dan huruf-huruf yang digunakan dalam chatting dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka. Berawal dari rasa ketertarikan yang kemudian berkembang pada interaksi terus menerus, seseorang dapat mengalami perasaan jatuh cinta. Oleh karena itu bagaimana percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal dirasa sebagai suatu hal yang menarik untuk diteliti .

Penelitian kualitatif ini menggunak an pendekatan fenomenologi yang akan menguraikan phenomenon berupa perilaku pengguna warnet dalam menjalin cinta melalui chatting. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 10 orang, menggunakan criterion sampling. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, sedangkan verifikasi data menggunakan intersubyektive validity.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa percintaan melalui chatting pada pengguna warnet berusia dewasa awal dimaknai sebagai jalinan cinta yang main -main. Jalinan cinta ini cenderung membatasi hubungannya dengan pasangan, menghindari keterlibatan hubungan yang mendalam, dan tidak melekatkan diri pada pasangannya tetapi membuat pasangannya lekat padanya.


(2)

ABSTRACT

LOVING TROUGH CHATTING AT EARLY ADULTHOOD

Mikael Mardi Raharjo

Psychology Department of Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

Illusory World interaction viewed as an interested and promised to all its consumers, including also for the men who have early ad ult which is being look for partner. Chatting used as one of their ways to look for partner. Symbols, letters, used in chatting could lay open their feeling and mind. Started from interest feeling; then develop to continuous interaction, it can make someo ne fall in love. In the end, how love in chatting at early adult felt as an interest to be researched.

This qualitative research used phenomenological approach to elaborate phenomenon in the form of behavior of consumers to use Internet in braiding chatt ing love. Amount of samples in this research were 10, used criterion sampling. Taking of data used a circumstantial interview, while data verification use intersubjective validity.

The research indicates that love in chatting at early adult consumer of Internet meant as love braid which trifle. This loving is tend to to limit its relation with his or her partner, avoiding depth relationship involvement, and not attach into his or her partner but making his or her partner attach him or her.


(3)

PERCINTAAN MELALUI

CHATTING

PADA USIA DEWASA AWAL

(pendekatan fenomenologis)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Program Studi Psikologi

DISUSUN OLEH :

Mikael Mardi Raharjo

019114044

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

HALAMAN MOTTO

Put the LOVE, which is the bond of

perfection (Collasians 3:14).

"Hereby perceive we the love of God, because he laid dow n his life for us: and we ought to lay down our lives for the brethren. But whoso hath this world's good,

and seeth his brother have need, and shutteth up his bowels of compassion from him, how dwelleth the love of God in him? My little children,

let us not love in word, neither in tongue; but in deed and in truth." (I John 16 -18)

dan hanya karena cintaNya

“Segala perkara dapat ku tanggung didalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku”


(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ibu,

Engkau melakukannya untuk hidup saya

Sebagaimana yang saya butuhkan.

Saya berutang segala yang saya miliki kepadamu.

Ketika saya muda, engkau memperlihatkan saya tentang

kebenaran,

jauh dari apa yang sebaiknya dilakukan.

Tanpa cintamu, di mana saya ada?

Engkau memberi saya kebahagiaan, lebih banyak lagi

daripada kata-kata.

Saya berdoa kepada Tuhan

agar Dia memberkatimu setiap malam dan setiap hari.

Ibu,

Skarang saya tumbuh.

Dan saya bisa membawa lurus semua langkahku sendiri.

Saya akan dengan senang hati memberikan apa yang tlah


(8)

Karya ini kupersembahkan kepada :

Orang tuaku, Ayah Ibuku tercinta yang selalu memberikan

dukungan, doa, dan cinta yang tulus ikhlas.

Mba Cil, Mba Anna, Paklik bulik sekeluarga yang senantiasa

mendoakan, membantu dan mendukung saya.

Pakdhe terima kasih banyak atas dukungan, dorongan

semangat, serta ilmunya.

Suster Paula ADM, terima kasih, atas dukungannya, doa dan

kebaikannya.

Serta mereka yang selalu mendoakanku dan mendukungku di

segala suasana hati …..

Thanks God

For by grace are ye saved through faith; and that not of

yourselves: it’s the gift of GOD. (Ephesians 2:9)


(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang dituliskan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Juni 2007

Penulis

Mikael Mardi Raharjo


(10)

ABSTRAK

PERCINTAAN MELALUI CHATTING PADA USIA DEWASA AWAL

Mikael Mardi Raharjo

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Interaksi di dunia maya dipandang sebagai suatu hal yang menarik dan menjanjikan bagi para penggunanya, termasuk juga bagi mereka yang berusia dewasa awal yang tengah mencari pasangan. Chatting digunakan sebagai salah satu cara mereka untuk mencari pasangan. Simbol-simbol dan huruf-huruf yang digunakan dalam chatting

dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka. Berawal dari rasa ketertarikan yang kemudian berkembang pada interaksi terus menerus, seseorang dapat mengalami perasaan jatuh cinta. Oleh karena itu bagaimana percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal dirasa sebagai suatu hal yang menarik untuk diteliti .

Penelitian kualitatif ini menggunak an pendekatan fenomenologi yang akan menguraikan phenomenon berupa perilaku pengguna warnet dalam menjalin cinta melalui chatting. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 10 orang, menggunakan

criterion sampling. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, sedangkan verifikasi data menggunakan intersubyektive validity.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa percintaan melalui chatting pada pengguna warnet berusia dewasa awal dimaknai sebagai jalinan cinta yang main -main. Jalinan cinta ini cenderung membatasi hubungannya dengan pasangan, menghindari keterlibatan hubungan yang mendalam, dan tidak melekatkan diri pada pasangannya tetapi membuat pasangannya lekat padanya.


(11)

ABSTRACT

LOVING TROUGH CHATTING AT EARLY ADULTHOOD

Mikael Mardi Raharjo

Psychology Department of Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

Illusory World interaction viewed as an interested and promised to all its consumers, including also for the men who have early ad ult which is being look for partner. Chatting used as one of their ways to look for partner. Symbols, letters, used in chatting could lay open their feeling and mind. Started from interest feeling; then develop to continuous interaction, it can make someo ne fall in love. In the end, how love in chatting at early adult felt as an interest to be researched.

This qualitative research used phenomenological approach to elaborate phenomenon in the form of behavior of consumers to use Internet in braiding chatt ing love. Amount of samples in this research were 10, used criterion sampling. Taking of data used a circumstantial interview, while data verification use intersubjective validity.

The research indicates that love in chatting at early adult consumer of Internet meant as love braid which trifle. This loving is tend to to limit its relation with his or her partner, avoiding depth relationship involvement, and not attach into his or her partner but making his or her partner attach him or her.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan:

1. Pertama kali penulis mengucapkan terima kasih sedalam -dalamnya kepada Bp. A Supratiknya selaku dosen pembimbing s kripsi. Terima kasih atas kesabarannya untuk membimbing saya serta senantiasa menunggu perkembangan dari skripsi saya.

2. Kepada Ibu Silvia Carolina, selaku pembimbing akademik. Bapak Siswo Widyatmoko, Bapak Wijoyo Adi Nugroho, Ibu Agnes Indar E, serta Ibu Nimas, terima kasih atas masukan yang berharga untuk skripsi saya. Terima kasih pula untuk seluruh dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmunya selama saya kuliah di Universitas Sanata Dharma.

3. Terima kasih juga untuk Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si yang telah memberiku kesempatan untuk bergabung dalam P2TKP angkatan 2006. Terima kasih juga kepada Ibu Tiwi, Mba Tia dan Pak Toni atas bimbingannya selama di P2TKP. Buat teman-teman P2TKP angkatan 2006 : Anita, Deasy, Tyo, Etik, Lisna, Adi, Desta dan Catrine. Special thanks to Desi atas recordernya serta Adi atas koreksian abstraknya. Tak lupa senior-senior di P2TKP : Cawet, Eko, Rani dan Juli. Serta teman-teman P2TKP Angkatan 2007: Otik, Iput, Tita, Abe, Elvin, Ina, dan Obet. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.

4. Buat Mbak Nanik, Mas Gandung dan Pak Gie untuk segala bantuannya terutama dalam administrasi perkuliahan selama berada di Fakultas Psikologi. Buat Mas Muji trimakasih atas pinjaman tape recordernya. Mas Doni terima kasih untuk segala bantuannya selama di ruang baca, praktikum dan selama menjadi asisten. 5. Terima kasih untuk para chatters (Galih, Tia, Linda, Mira, Cindy, Lucky, Iwan,


(13)

teman-teman cyberku yang kadang juga selalu memberikan dukungan kala saya dalam kesulitan, memberi kecerian yang telah diberikan serta kekonyolan -kekonyolan dalam kita berkomunikasi melalui chatting .

6. Terima kasih untuk Bp Emanuel Baskoro, atas dorongan, dukungan dan masukan selama saya menuliskan skripsi ini. Tak lupa kepada Bp Budiantara atas bantuan dan masukan yang beharga yang telah diberikan kepada saya selama saya menuliskan skripsi ini.

7. Terima kasih untuk Cik Tanti, Koh Dennies, dan Aan yang telah memberikan kesempatan saya untuk belajar banyak mengenai internet, juga teman teman OP Secondhome yang tak bisa saya sebutkan satu-persatu atas suka dukanya serta dinamikanya selama menjadi Operator Warnet.

8. Buat teman teman satu angkatan; Achong, Eko, Vembri, Tumbur, Nining, Ninik, Vera, dan semua yang tak bisa kusebutkan satu persatu, trima kasih atas kebersamaan selama menjalani studi di Psikologi. Buat Donie terima-kasih aku bisa discankan lembar pengesahan di tempatmu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurang an dan keterbatasannya. Oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan guna membangun dan memperbaiki skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Penulis


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL --- i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING --- ii

HALAMAN PENGESAHAN --- iii

HALAMAN MOTTO --- iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ---v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA --- vii

ABSTRAK --- viii

ABSTRACT ---ix

KATA PENGANTAR --- x

DAFTAR ISI ---xii

DAFTAR TABEL --- xv

DAFTAR BAGAN --- xvi

DAFTAR LAMPIRAN ---xvii

BAB I PENDAHULUAN --- 1

A. Latar Belakang Masalah --- 1

B. Rumusan Permasalahan --- 6

C. Tujuan Penelitian --- 6


(15)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA --- 8

A. CINTA --- 8

1. Definisi Cinta --- 8

2. Aspek dari cinta menurut Segitiga Cinta Stenberg --- 9

3. Tipe-tipe cinta berdasarkan komponen Segitiga Stenberg --- 11

4. Proses perkembangan sebuah hubungan ---12

B. DEWASA AWAL ---13

1. Definisi Dewasa awal --- 13

2. Ciri-ciri dewasa awal ---14

3. Karakteristik minat sosial dewasa awal---16

C. CHATTING --- 17

D. PERCINTAAN MELALUI CHATTING PADA USIA DEWASA AWAL---19

E. PERTANYAAN PENELITIAN---21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN --- 23

A. Jenis Penelitian --- 23

B. Pandangan Peneliti mengenai Cyberlove --- 26

C. Fokus Penelitian --- 27

D. Informan Penelitian --- 28

E. Metode Pengumpulan Data --- 28

F. Metode Analisis Data ---29


(16)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ---32

A.. Hasil Penelitian --- 32

1. Apa yang dialami oleh pengguna internet usia dewasa awal yang melakukan chatting --- 32

2. Bagaimana percintaan melalui ch atting tersebut dialami pengguna warnet berusia dewasa awal---35

3. Apa makna percintaan melalui chatting bagi pengguna warnet berusia dewasa awal---43

B. Pembahasan Penelitian ---45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ---49

A. Kesimpulan --- 49

B. Saran --- 49

DAFTAR PUSTAKA --- 51


(17)

DAFTAR TABEL


(18)

DAFTAR BAGAN

DAFTAR BAGAN --- 55 Daftar bagan proses pengolahan data ---55 Daftar bagan proses penemuan esensi---56


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Verbatim informan 1 ---57

LAMPIRAN 2. horizonalization informan 1 --- 68

LAMPIRAN 3. tekstural, struktural informan 1 --- 73

LAMPIRAN 4. informen concern form informan 1 ---74


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Saat ini dunia maya hampir dapat dipastikan membawa budaya baru bahkan menjadi trend bagi berbagai kalangan mulai dari anak-anak muda usia sekolah, kuliah, bahkan bagi mereka yang sudah bekerja (Sumsel.com, 2003). Bagi mereka, dunia maya memang menarik dan menjanjikan banyak hal terutama untuk suatu hubungan, mulai dari hanya mencari teman hingga mencari jodoh. Hal ini dapat terfasilitasi, terlebih dengan maraknya situs perkawanan seperti friendster.com, HI5.com, Cyberspace.com, temanster.com, friendfinder.com, bahkan hingga situs

Blogger. Ada pula situs yang memang mengkhususkan untuk temu jodoh layaknya biro jodoh konvensional di koran-koran seperti situs Personals.AOL.com, iwantu.com, matchmaker.com, friendfinder.com dan lain sebagainya (Tempo, 2004).

Di samping situs perkawanan dan situs jodoh tersebut, para pengguna internet juga dapat menemukan teman-teman baru melalui chatting. Chatting dianggap lebih banyak dilakukan oleh orang-orang dan cukup fenomenal. Berdasarkan survai Nielsen dan Netratings tahun 2005, pengguna Gtalk sekitar 866 ribu, sedangkan AOL Messenger mencapai 53 juta, MSN Messenger 27 juta, dan Yahoo Messenger ¹) 22

juta(http://www.wemaster.net/modules.php?).

Meski sebagian kalangan menganggap chatting sebagai kegiatan buang-buang waktu, ada juga yang berkeyakinan bisa mendatangkan manfaat. Tidak sedikit yang menganggap akan mendapatkan keuntungan dari berchating ria. Keuntungan tersebut


(21)

di antaranya adalah tambah teman, wawasan dan mencari pacar (Minggu pagi, 2004). Denny Chasmala misalnya, lelaki lajang 31 tahun adalah seorang produser rekaman di Jakarta yang terbiasa chating. Dengan melalui chating, ia bertemu dengan Octriasari Maharani bekas tetangganya yang tinggal di Yogyakarta. Keduanya merasakan kecocokan dan pada tanggal 28 Agustus 2005 mereka menikah. Hal yang hampir sama dialami Sri Rahati Hadiningrum (Nining) yang saat itu berusia 34 tahun. Wanita asal Cirebon ini memperoleh jodoh melalui situs iwantu.com. Jodohnya pria asal Inggris bernama Jacob Andrew Purches (Jake). Mereka kemudian menjalin hubungan melalui chating dan email. Pada mulanya Nining ragu karena mereka berbeda agama, namun Jake menunjukkan keseriusannya dengan bersedia pindah agama dari Katolik Anglikan ke Islam, Nining pun semakin tertarik. Merekapun akhirnya menikah pada tanggal 29 Mei 2001 dan sekarang sudah dikaruniai seorang anak. (Tempo, 2004).

Bagi sebagian orang akan sulit percaya bahwa sepasang manusia bisa menjalin cinta melalui Internet (virtual love atau cyberlove). Kemungkinan untuk berbohong dan dibohongi di dunia maya lebih besar daripada jika bertatap muka langsung. Zondra Hughes (2003) mendukung pernyataan ini dengan mengemukakan bahwa wanita berusia 47 mungkin saja mengaku dirinya sebagai seorang gadis berusia17 tahun. Padahal kejujuran merupakan sebuah pembukaan diri yang nantinya akan menentukan seseorang menjadi lebih akrab. Kendati demikian, sebuah relasi dalam dunia maya dianggap sama pentingnya dengan menjalin relasi di dunia nyata (Whitty and Gavin, 2001). Hal ini di tegaskan dengan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara berelasi di dunia nyata dengan di


(22)

dunia maya dalam hal kepuasan berelasi dan potensi penerimaan emosional (Cornwell dan Lundgren, 2001).

Donny (2003) mencoba menjelaskan bagaimana keterlibatan pelaku virtual love selama mereka chatting. Ia mengungkapkan bahwa sinyal-sinyal emosional dari pasangan virtual lover ditransfomasikan dalam bentuk bit dan byte ² ) di internet. Ide dasarnya sebenarnya sama dengan teknik surat menyurat. Melalui sepucuk surat tersebut, mereka mentransformasikan hasrat, gairah dan emosi cintanya melalui tinta yang dituliskan pada kertas putih polos. Hanya bedanya emosi para virtual lover akan saling dipertukarkan saat itu juga (real time) manakala mereka menekan tombol

'Enter' pada keyboard. Sedangkan para conventional lover, dapat dikatakan harus menunggu berhari-hari balasan dari suratnya terhitung sejak mereka menutup amplop dan menempelkan perangko.

Berhubungan melalui internet dirasa memiliki sensasi yang berbeda dengan berkenalan langsung di dunia nyata. Disamping itu, berelasi di internet dirasa memberikan kenyamanan tersendiri. Tak sedikit orang yang merasa canggung jika harus berkata-kata dan bertatap muka langsung dalam menuangkan pikiran dan perasaannya (Kompas, 2005). Artinya, rasa malu, kaku, atau takut yang sering muncul bila bicara berhadapan langsung, akan berkurang ataupun hilang bila komunikasi dilakukan di internet.

Dengan makin menjamurnya warnet-warnet, akses komunikasi untuk para

virtual lover atau cyberlover semakin mudah. Hal ini ditegaskan oleh Heru Nugroho selaku sekretaris jendral APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) yang mengatakan jumlah pelanggan internet dari sektor pribadi (residence) dan warnet hingga tahun 2003 mencapai 550 ribu, lebih banyak daripada sektor pendidikan dan


(23)

pelanggan korporasi yang masing-masing hanya mencapai 40 ribu. Beliau juga menunjukkan bahwa pada tahun 2003 pengguna internet mengalami peningkatan hingga 5,5 juta orang dibanding tahun sebelumnya 2002 yang hanya 4,2 juta orang. (www.kompas.com). Dengan maraknya warung internet tersebut, pada virtual love

tak perlu susah-susah memiliki komputer, perangkat internet beserta modemnya. Mereka tinggal sewa komputer dengan internetnya selama yang mereka mau. Dengan menyewa internet di net-café, dirasa lebih murah jika dibandingkan dengan memasang layananan internet di rumah sendiri. Yang penting bagi mereka, untuk menjalin sebuah hubungan tidak perlu harus mahal.

Hubungan semacam itu rupanya menarik perhatian Boyd yang menganalisis situs MySpace.com. Ia mengemukakan bahwa situs tersebut memiliki anggota 15 juta orang dan setengahnya berusia rata-rata 24 tahun (http://www.unissula.ac.id/sinau/ default.asp). Usia 24 tahun termasuk dewasa awal karena , usia dewasa awal dimulai pada usia 21 tahun hingga 35 tahun. Pada usia tersebut, rata-rata mereka masih menjalani status mereka sebagai mahasiswa dan mulai merintis di dunia kerja (Santrock,2002). Hal ini dipertegas lagi dengan hasil polling atau jajak pendapat mahasiswa di Kanada yang menemukan bahwa 87% atau lebih dari 2.500 orang mahasiswa yang mengikuti polling pernah atau sudah melakukan cyber seks dan

cyberlove di balik program Instant Message (chatting), baik menggunakan webcam

ataupun menggunakan voice mail ( http://www.hostingcentre.com). Bagi para pengguna warnet yang berusia dewasa, khususnya mereka yang

melakukan virtual love, orientasi untuk sebuah jalinan semata-mata tidak hanya sebatas mengetahui lawan bicara saja tetapi juga mengenal lebih mendalam. Hal ini dikarenakan pada usia dewasa awal mereka akan memfokuskan pada hubungan yang


(24)

lebih intim. Mereka juga lebih banyak diarahkan pada harapan sosial yang sebenarnya. Seperti yang dikemukakan Ekorini (2004) yakni saat tersebut adalah saat setiap orang akan dihadapkan pada masalah sosial untuk bisa beradaptasi dengan lawan jenis dan lingkungan sosial di sekitarnya.

Seseorang akan merasa tertarik berelasi dengan orang lain diawali dengan suatu hubungan yang akrab, dan munculnya kecocokan antar kedua belah pihak (Santrock, 2002). Apabila hubungan akrab tersebut didukung pula oleh bangkitnya afek, dan mereka termotivasi untuk saling memiliki hubungan, akan menimbulkan rasa saling suka (Baron& Byrne, 2005). Hasil penelitian Simpson (2007) menunjukkan bahwa hubungan yang diawali dari persahabatan pada masa kanak-kanak, pada usia dewasa dapat dimungkinkan terbentuk hubungan romantisme yang nantinya memunculkan rasa nikmat yang lebih. Munculnya perasaan saling suka didalam persahabatan atau dalam hubungan yang akrab merupakan awal bagi mereka untuk saling jatuh cinta.

Dalam percintaan melalui chatting, chatting merupakan sarana untuk mengakrabkan kedua belah pihak. Kendati hubungan melalui chatting ini berawal dari tanpa adanya keterlibatan fisik secara nyata seperti kisah cinta di dunia nyata pada umumnya, namun bagi para virtual lover, mereka tetap menganggap dan memaknai hubungannya ini sebagai hubungan percintaan terlebih bila keduanya memiliki rasa saling suka dan ada kecocokan. Percintaan yang mereka bangun ini sebagian berdasarkan khayalan dan ilusi yang positif. Bahkan, ilusi semacam ini tampaknya membantu menciptakan hubungan yang lebih baik (Martz, Murray, Holmes, Griffin, dalam Baron & Byrne , 2005). Agar keintiman yang mereka bangun berdasarkan khayalan dan ilusi positif tetap terjaga, mereka perlu melakukan hubungan yang terus


(25)

menerus yakni dengan melakukan kontak secara online ataupun berkirim surat melalui email.

Dari uraian tersebut, peneliti ingin mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai pemaknaan akan percintaan melalui chating ini. Secara khusus, peneliti ingin mengetahui hal tersebut pada usia dewasa awal karena pada usia tersebut, lebih banyak memfokuskan hubungannya pada relasi lawan jenis.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Apa makna percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari hasil penelitian ini diperoleh :

1. Manfaat secara teoretis

Manfaat penelitian ini adalah menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi sosial dengan memberikan kajian atas makna percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal.


(26)

2. Manfaat secara praktis. a. Bagi para cyberlover.

Hasil penelitian ini sebagai sarana merefleksikan pengalaman mereka dan memberikan informasi dan gambaran mengenai hal-hal apa yang akan dialami.

b. Bagi peneliti yang tertarik di bidang psikologi sosial.

Hasil penelitian ini dapat menjadi sarana acuan bagi penelitian selanjutnya, khususnya penelitian tentang interaksi antar manusia ataupun jalinan yang di bentuk di dunia maya.

1 )Gtalk, AOL Messanger (AIM), MSN Messanger, Yahoo Messanger adalah software yang biasa

digunakan untuk chating dengan menginduk pada situs portalnya yaitu Google, AOL, MSN, &Yahoo ²) Byte adalah istilah yang biasa dipergunakan sebagai satuan dari penyimpanan data dalam komputer.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. CINTA

1. Definisi cinta

Kamus Online Wikipedia mengemukakan cinta adalah rasa kasih-sayang yang sangat kuat, rasa tertarik seseorang kepada orang lain. Hal ini tidak mudah bisa tergambar karena merupakan campuran emosi, orang bisa mencintai dan dicintai dengan cara berbeda. Cinta ditimbulkan oleh reaksi kimia di otak dan merupakan sensasi relatif; masing masing orang dapat merasakan hal yang berbeda atau mengalaminya dengan cara yang berbeda. Dengan demikian seseorang akan memberikan pemaknaan yang berbeda atas apa yang dialaminya. Banyak orang percaya bahwa mencintai akan menjadikan seseorang obsessive; orang memikirkan orang itu atau perihal mereka terus-menerus. (http://simple.wikipedia. org/wiki/Love).

Fromm ( 2002) menyebutkan bahwa cinta adalah proses. Proses terpenting dari cinta adalah kesediaan saling memberi dan menerima. Ada 3 hal pokok dari cinta yaitu : a) cinta adalah perasaan, b) perasaan yang diwujudkan dengan adanya obyek yang dicintai, c) perasaan cinta adalah penyerahan diri pada suatu obyek yang dicintai. Dari hubungan cinta inilah seseorang memiliki kapasitas besar untuk belajar tentang diri mereka (Master dkk,1992).

Stenberg dan Grajek (1988) menyatakan bahwa cinta terdiri dari sekumpulan afeksi, kognisi, dan motivasi yang berhubungan satu dengan yang lainnya dan merupakan emosi yang menetap pada diri seseorang. Brehm dan


(28)

Kassin (1992) menambahkan bahwa cinta adalah emosi yang bersifat mendalam dan vital yang merupakan jalinan erat dan signifikan dengan orang lain sehingga mereka dapat merasakan sesuatu atas apa yang dialami dan memunculkan berbagai macam pengekspresiannya.

Peneliti menyimpulkan bahwa cinta adalah emosi yang bersifat mendalam atas rasa tertarik terhadap orang lain, juga bersifat vital dan menetap, yang merupakan sensasi relatif, seseorang dapat merasakan, mengalami dan memberikan makna dengan cara yang berbeda, melibatkan afeksi, kognisi dan motivasi untuk menjalin dengan erat dan berproses untuk saling memberi dan menerima.

2. Aspek dari cinta menurut segitiga cinta Stenberg

Stenberg (1987) memformulasikan cinta dalam bentuk segitiga cinta (triangular model of love ). Formulasi ini terdiri dari 3 komponen dasar yang hadir pada derajat yang berbeda pada masing-masing pasangan. Komponen itu meliputi : a) Keintiman (intimacy)

Keintiman adalah kedekatan yang dirasakan oleh kedua orang dan kekuatan dari ikatan yang menahan mereka bersama. Pasangan yang memiliki derajat keintiman yang tinggi, mempedulikan kesejahteraan dan kebahagiaan satu sama lain, dan mereka saling menghargai, menyukai, bergantung dan memahami satu sama lain.

b) Hasrat (passion).

Hasrat muncul dari ketertarikan fisik dan seksualitas. Disebutkan bahwa laki-laki cenderung menekankan komponen ini daripada perempuan


(29)

Cinta sempurna= keintiman +hasrat+ komitmen

(consummate love)

(Fehr & Broughton, dalam Baron & Byrne, 2005). Waltser dan Haldfield ( dalam Stenberg, 1988) mendefinisikan hasrat sebagai ekspresi dari sebagian besar keinginan (desires) dan kebutuhan (need) seperti need of dominance (dominan) , need of submission(mengalah), need of affiliance

(berteman), need of nurturance (menolong) dan sexual fulfillment

(pemenuhan kebutuhan seks). c) Komitmen (commitment).

Komponen ini mempresentasikan faktor kognitif seperti keputusan untuk saling mencintai, kesediaan untuk bersama dengan pasangannya dan juga untuk kesediaan untuk mempertahankan hubungan manakala hubungan mereka dalam masalah.

a. keintiman

(liking)

romantic love companionate love

b. c.

hasrat komitmen (infatuation) fatous love (empty love)


(30)

3. Tipe- tipe cinta berdasarkan komponen Segitiga Stenberg

Ada 6 macam type cinta yang terbentuk dari ketiga komponen diatas :

a. Liking

Cinta pada type ini hanya terdiri atas aspek keintiman saja. Untuk tipe cinta ini, yang muncul adalah rasa kedekatan, saling pengertian, dukungan emosional, dan kehangatan yang biasanya ada pada hubungan persahabatan.

b. Infatuation

Cinta pada tipe ini hanya gairahlah yang paling menonjol. Tipe cinta ini, dapat digambarkan seperti pada cinta pada pandangan pertama ketika muncul ketertarikan secara fisik pada seseorang, dan biasanya mudah hilang.

c. Empty Love

Cinta pada tipe ini, komitmen dianggap paling menonjol. Cinta ini, biasanya ditemukan pada pasangan yang telah menikah dalam waktu yang panjang namun sudah berkurang kehangatan dalam hubungan mereka (misalnya pada pasangan usia lanjut).

d. Romantic Love

Romantic love memunculkan aspek keintiman dan gairah. Hubungan ini melibatkan gairah fisik maupun emosi yang kuat, namun tanpa ada komitmen (pacaran atau perkawinan)

e. CompanionateLove

Aspek keintiman dan komitmen membentuk tipe cinta ini. Hubungan ini biasanya dalam jangka panjang yang tidak melibatkan unsur seksual,


(31)

termasuk persahabatan (juga persahabatan suami-istri).

f. Fatous Love

Hubungan ini melibatkan komponen gairah dan komitmen. Hubungan macam ini membentuk komitmen tertentu (misalnya perkawinan) atas dasar gairah seksual. Biasanya ada pada pasangan kawin kontrak atau pada suami istri yang sudah kehilangan keintimannya.

g. Consummate Love

Semua komponen muncul, apabila ketiga komponen tersebut dapat berkombinasi, hasil yang didapat yaitu cinta sempurna (consummate love), yakni cinta yang ideal namun biasanya sangat sulit untuk diacapai (Baron & Byrne, 2005).

4. Proses perkembangan suatu hubungan.

Levinger dan Snoek ( dalam Stenberg, 1987) menyebutkan beberapa tahap seseorang mengembangkan hubungan interpersonal :

a) No contact (Tidak ada kontak)

Tahap ini sebagai tahap nol yakni mereka tidak saling mengenal satu sama lain.

b) Awareness (kesadaran)

Pada tahap ini, pasangan menyadari akan kemungkinan seseorang dalam menjalin hubungan interpersonal.

c) The Potential Patner meet (kemungkinan bertemu pasangan).

Para pasangan akan melakukan percakapan baik melakukan telepon atau tatap muka tetapi kontak ini sifatnya dangkal dan ditandai oleh


(32)

kepentingan individu.

d) Relationship Development (perkembangan hubungan interpersonal) Pada tahap ini terbagi menjadi tiga sub tahap, yakni minor intersection, moderate intersection, dan major intersection. Masing masing sub tahap ini ditunjukkan dari derajat tingkat saling ketergantungan terhadap pasangan.Tahap minor terjadi apabila pasangan tidak terlalu bergantung padanya namun kontak mereka tetap terjalin, untuk tahap moderat, nilai ketergantungannya sudah cukup membawa pada pada keterikatan namun masih ada hal hal yang secara prinsip tidak menjadi permasalahan, sedangkan tahap major apabila pasagan ini saling ketergantungan satu sama lain bahkan hampir dalam berbagai hal.

B. DEWASA AWAL

1. Definisi Dewasa Awal

Havighrust & Neugarten ( dalam Stevens and Long, 1984) membagi dewasa menjadi dua yaitu dewasa awal (18-35 tahun) dan dewasa madya (35- 65 tahun). Lain halnya dengan Hurlock (1993) yang menyebutkan bahwa seseorang dapat dikatakan berusia dewasa dini ketika ia berusia 18 hingga 40 tahun, berusia dewasa madya ketika 40 hingga 60 tahun, kemudian dewasa akhir ketika seseorang berusia 60 akhir hingga seseorang telah mencapai tutup usia/ mati. Sedangkan Haditomo (dalam Monks dkk, 1998) membagi usia dewasa menjadi tiga yaitu dewasa awal (21 – 35 tahun), dewasa madya ( 33 – 55 tahun) dan dewasa akhir (55-65 tahun).


(33)

. Di Indonesia batasan kedewasaan adalah 21 tahun yang berarti pada usia tersebut seseorang telah dapat dianggap dewasa dan sudah punya tanggung jawab terhadap perbuatannya (Monks dkk, 1998). Santrock (2002) memperjelas dengan pendapatnya bahwa dewasa awal adalah masa penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan sosial baru. Pada masa ini seseorang dianggap memiliki kemandirian dari segi ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan.

Jadi dewasa awal adalah usia seseorang menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan sosial baru, dan dianggap sudah dapat bertanggung jawab terhadap perbuatannya, memiliki kemandirian dari segi ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan dengan batasan usia 21 hingga 35 tahun.

2. Ciri-ciri Dewasa Awal

Individu dengan masa dewasa awal akan menyesuaikan terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial yang baru yakni sebagai calon pembentuk keluarga baru, dan sebagai warga negara yang memiliki status dewasa. Mappiare (1983) secara spesifik menyebutkan ciri-cirinya sebagai berikut :

a) Dewasa awal sebagai usia reproduktif

Pada masa ini fungsi reproduksi meliputi organ kelamin serta siklus hormonal telah matang. Mereka disiapkan menjadi calon orang tua baru dan mereka akan memiliki peran sebagai ayah ataupun ibu. Bagi mereka yang mulai mempersiapkan untuk memasuki hidup berumah tangga, ia akan mempersiapkan diri sebagai orang tua khususnya dalam melahirkan dan membesarkan anak-anak mereka.


(34)

b) Dewasa awal sebagai usia memantapkan letak kedudukan (settle down)

Sejak seorang telah mulai memainkan peranannya sebagai orang dewasa dan menyetujui atas peranannya itu, mereka akan mengikuti pola-pola perilaku tertentu dalam banyak aspek kehidupan sehingga akan menjadi cirri khas seseorang sampai akhir hayatnya. Banyak orang setelah mencapai kematangan, langsung memasuki hidup perkawinan, memperoleh kemantapan diri dalam suatu lapangan kerja. Mereka akan berkesempatan pula untuk mengambil kedudukan yang mantap dalam masyarakat.

c) Dewasa awal sebagai usia banyak masalah

Pada masa ini mereka akan dihadapkan oleh berbagai permasalahan baru yang berhubungan dengan pekerjaan yakni tentang kesempatan kerja yang tersedia. Dari segi lingkungan sosial, terutama dari orang tua terdapat pengaruh berupa keinginan dan harapan yang kadang bertentangan dengannya. Permasalahan lainnya yaitu tentang pemilihan pasangan hidup. Sebelum memasuki jenjang perkawinan, mereka akan dihadapkan pada persoalan penyesuaian diri terhadap pasangan, orang lain yang berhubungan, beserta norma-norma dan nilai sosial yang berlaku.

d) Dewasa awal merupakan usia tegang dalam hal emosi

Pada masa ini, mereka banyak mengalami ketegangan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan, keuangan, tuntutan sosial dan sebagainya. Ketegangan emosi yang timbul itu bertingkat-tingkat pula selaras dengan intensitas persoalan yang dihadapinya dan sejauh mana seseorang dapt mengatasi


(35)

persoalan yang dihadapi tersebut. Disamping itu bila mereka memiliki harapan yang terlalu tinggi serta tidak selaras dengan kemampuan yang dimiliki, mereka akan merasa kepayahan dan bahkan kegagalan yang pada akhirnya dapat membuat kecewa. Harapan harapan yang tinggi merupakan peluang bagi mereka untuk mendapatkan stress, patah hati yang selanjutnya dapat menimbulkan kekacauan-kekacauan psikologis atau masalah psikosomatis.

3. Karakteristik minat sosial dewasa awal.

Erikson (dalam Papalia & Old, 1986) mengatakan bahwa pada usia 20 hingga 40 tahun seseorang dalam fase intimacy versus isolation ini, akan memiliki perasaan identitas diri yang dikembangkan pada masa remaja, yang memungkinkan orang dewasa dini untuk memadukan identitasnya pada masa lalu. Pada masa dewasa awal cenderung mengembangkan prinsip etis mengenai perkawanan yang akrab, dan persaingan. Mereka akan menyiapkan untuk masuk ke suatu hubungan heterosexual, hubungan penuh kasih dengan tujuan terakhir mepersiapan untuk anak-anak mereka. Erikson menegaskan (dalam Hurlock, 1993, Papalia & Old, 1986) masa dewasa awal merupakan masa “krisis keterpencilan”, pada masa itu mereka akan sering merasa kesepian. Mereka akan merasakan seolah olah kehilangan teman yang menyenangkan layaknya pada masa remaja manakala mereka selalu berbincang-bincang atau melakukan kegiatan bersama-sama. Hal ini dikarenakan adanya berbagai macam perubahan yaitu :


(36)

a) Perubahan dalam peran serta sosial

Pada masa ini, kegiatan yang biasa dilakukan pada masa remaja cenderung dikurangi, karena kegiatannya akan dipusatkan di rumah, pada keluarga dan pada pekerjaan.

b) Perubahan dalam persahabatan

Keinginan untuk popular dan mempunyai banyak teman akan memudar menjelang masa dewasa awal, terutama bagi mereka yang memiliki tugas dan tanggung jawab keluarga. Pada masa dewasa awal, seseorang akan memilih teman-teman berdasarkan kecocokan kepentingan dan nilai-nilai yang sama. c) Perubahan dalam kelompok sosial

Pada masa ini, mereka umumnya mempunyai teman akrab atau teman yang dapat dipercaya yang jumlahnya kecil. Biasanya mereka adalah teman-teman lama, kecuali bila keadaan telah berubah banyak. Jumlah teman akrab ini juga bergantung pada keterbukaan mereka akan minat, aspirasi dan masalah. Banyak yang enggan membahas masalah pribadi dengan orang luar karena mereka ingin menciptakan kesan yang menarik dan juga tidak ingin mengambil resiko masalahnya dibicarakan oleh orang lain.

C. CHATTING

Chatting merupakan bentuk komunikasi langsung namun tanpa adanya tatap muka, bersifat informal, dapat dilakukan kapan saja, dengan siapa saja secara simultan diberbagai belahan bumi (Evita, 2002). Dahulu, IRC (internet relay chat) terkenal sebagai sarana chatting dengan Dalnet sebagai server


(37)

terfavorit dan MIRC sebagai software yang terkenal. IRC seakan menjadi sarana wajib di warnet-warnet. Kini, fasilitas-fasilitas messenger seperti Yahoo Messenger atau MSN Messenger mulai menggeser keberadaan MIRC (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas_maya). Melalui fasilitas messenger ini, kita akan mengenal istilah instant message yakni berkomunikasi langsung antar dua atau lebih orang-orang dalam suatu jaringan Internet itu. Instan messaging

memerlukan penggunaan suatu program klien relai yakni suatu jasa atau layanan penyampaian pesan sekejap yang berbeda dengan e-mail, sehingga penggunanya mampu melakukan percakapan secara langsung (realtime) ( http://en.wikipedia. org/wiki/ Instant_messanger).

Dalam dunia chating, sebagian komunikasi lebih pada bahasa tulis sehingga terkadang para penggunanya sering mengalami kesulitan untuk mengekspresikan perasaan mereka, karena itulah muncul emoticon yakni simbol penggambaran emosi yang dibentuk dari pengetikan tanda baca (Chenault, 1997). Sebagai contoh, untuk menampilkan symbol bunga mawar (melalui layanan yahoo messenger), seseorang tinggal mengetikkan @};- lalu menekan tombol “enter’

dan seketika akan muncul gambar bunga mawar di dalam instant message

tersebut.

Dalam perkembangan pada tahun terakhir ini, fasilitas chatting lebih dipermudah dengan adanya sarana web cam dan voice mail terutama bagi para pengguna Yahoo Messanger dan MSN Messanger. Bagi mereka yang memiliki fasilitas web cam dapat menampilkan tayangan dirinya sehingga lawan chatting

dapat melihat dirinya layaknya melihat tampilan kamera. Fasilitas ini akan terasa lebih lengkap lagi dengan adanya sarana mikrophone dan earphone yang


(38)

terpasangkan pada komputer pasangan chatting karena dengan sarana tersebut, mereka dapat bercakap-cakap secara langsung seperti layaknya berbicara di

telephone.

Apabila seseorang berinteraksi terus menerus dengan orang yang sama maka seseorang dimungkinkan mengalami jatuh cinta. Hal ini disebut sebagai

cyberlove jika dilihat secara etimologi yaitu berasal dari kata cyber (diambil dari kata cyberspace) dan love. Dengan demikian cyberlove dapat diartikan jalinan cinta yang menggunakan jaringan komputer sebagai medium untuk berkomunikasi online.

D. PERCINTAAN MELALUI CHATTING USIA DEWASA AWAL

Usia dewasa awal adalah usia dimana seseorang merasakan kesepian. Ada berbagai macam perubahan yang mereka alami, terutama dalam berelasi sosial, tidak sebebas seperti pada masa remaja. Hal ini dikarenakan pada usia ini, mereka dihadapkan pada berbagai macam tanggung jawab, baik terhadap keluarga (merawat orang tua ataupun keluarga) dan juga tanggung jawab untuk dirinya sendiri (mulai belajar mencari nafkah untuk dirinya). Disamping itu, ada berbagai macam penyesuaian diri yang harus mereka lakukan salah satunya penyesuaian diri terhadap hubungan lawan jenis. Pada fase ini mereka dihadapkan, tidak hanya untuk bersenang-senang, tetapi mereka juga perlu mempersiapkan diri untuk membangun rumah tangga.

Mereka memiliki dorongan untuk menjalin relasi yang lebih intim terhadap lawan jenis. Dunia maya dirasa dapat memberikan peluang bagi mereka untuk menemukan hubungan tersebut. Ada berbagai macam faktor seseorang


(39)

termotivasi untuk berelasi, dan menjalin hubungan yang lebih intim melalui dunia maya. Suller (1997) berpendapat bahwa seseorang terdorong menggunakan internet dikarenakan seseorang ingin menjalin hubungan dengan orang lain. Hal ini merupakan kebutuhan afiliasi, yang menurut Murray merupakan kebutuhan untuk berteman dengan orang lain, berdekatan dengan orang lain, membuat senang dan mencari afeksi dari orang lain (Hall dan Lindzey, 1993). Maslow juga menyebutkan bahwa manusia juga memiliki kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, yang ini akan terpenuhi bila ia berafiliasi dengan orang lain (Aiken dalam Ermida, 2001).

Mc Kenna & Bargh ( dalam Baron & Byrne, 2005) berpendapat bahwa unsur anonimitas didalam internet merupakan suatu keuntungan yang besar. Dengan adanya minimalisir dari kualitas penampilan fisik dan jarak fisik menyebabkan seseorang merasa bebas berinteraksi dan tidak perlu mengambil langkah pertama seperti di dunia nyata manakala takut ditolak ataupun disakiti.

Anstey (1999) berkata bahwa seseorang menjalin relasi di dunia maya manakala mereka tidak menemukan sesuatu di dunia nyata dan mereka akan mencarinya di dunia cyber. Dengan mereka mencari di dunia maya, mereka berharap dapat menemukan seseorang sesuai dengan keinginannya. Dunia maya dirasa memiliki cakupan yang luas dan dapat menjangkau hampir seluruh permukaan bumi.

Melalui warnet, mereka dapat lebih mudah mengakses internet, terlebih dengan makin menjamurnya warnet-warnet di Indonesia. Mereka dapat mengakses berbagai macam komunikasi, baik melalui surat elektronik, hingga pada chating. Chating dianggap sebagai fasilitas yang paling mengasyikkan


(40)

karena para penggunanya dapat berinteraksi secara online. Dari seseorang berinteraksi melalui chating ini, tak sedikit pula yang pada akhirnya menemukan pasangan cyber bahkan hingga menjalin cinta melalui cyber ini. Fenomena ini cukup menarik untuk diteliti sehingga muncul pertanyaan, “bagaimana mereka bisa menjalin cinta melalui dunia maya, sementara hal tersebut sesuatu yang tidak nyata?”. “Seberapa menariknya menjalin cinta di dunia maya sehingga seseorang dengan rela meluangkan waktu dan uangnya untuk chating?”. Sungguhlah gagasan akan cinta ini, terkadang dianggap begitu irasional oleh banyak orang.

Kendati demikian, ketika kita “memandang” sesuatu terkadang tidak sama pula dengan cara pandang orang lain. Demikian juga halnya dengan cinta yang mereka alami. Hal ini dikarenakan cinta memiliki kekuatan emosi yang bersifat mendalam atas rasa tertarik terhadap orang lain, bersifat vital dan menetap, yang merupakan sensasi relatif. Artinya seseorang dapat merasakan, mengalami dan memberikan makna dengan cara yang berbeda dengan, melibatkan afeksi, kognisi dan motivasi untuk menjalin dengan erat dan berproses untuk saling memberi dan menerima terhadap orang yang dicintainya itu.

E. PERTANYAAN PENELITIAN

Dalam penelitian kualitatif, pertanyaan penelitian merupakan hal yang sangat penting dan sangat mendasar. Ada dua macam pertanyaan penelitian pada penelitian kualitatif pendekatan fenomenologi, yaitu central question dan

subquestion. Menurut Morse (Creswell, 1997), pertanyaan penelitian pada penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis adalah pertanyaan yang


(41)

mampu mengungkap arti dan makna pengalaman individu mengenai suatu fenomenon.

Berikut ini adalah pertanyaan dari penelitian , yaitu :

1. central question

Central question merupakan pertanyaan utama penelitian qualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Central Question penelitian ini “Apa makna percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal?”

2. subquestion

Subquestion adalah pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada pertanyaan penelitian ( Creswell, 1997). Berikut pertanyaan subquestion: a. Bagaimana awal mula ketertarikan informan melakukan chatting

sehingga pengalaman percintaan melalui chatting diperoleh? b. Pengalaman apa saja selama menjalin percintaan di dunia maya? c. Bagaimana pengalaman itu dialami?

d. Bagaimana dampak pengalaman itu terhadap kehidupan informan? e. Apa yang bisa disimpulkan dari pengalaman selama bercinta melalui


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Creswell (1998) digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami suatu central phenomenon, seperti suatu proses atau kejadian, suatu fenomena, atau suatu konsep yang terlalu kompleks untuk diuraikan variabel-variabel yang menyertainya. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi. Menurut Schutz (dalam Hasan,2005), fenomenologi sebagai metode dirumuskan sebagai media untuk memeriksa dan menganalisis kehidupan batiniah individu yang berupa pengalaman mengenai fenomena atau penampakan sebagaimana adanya. Menurut Schutz, dunia sosial merupakan sesuatu yang intersubyektif dan pengalaman yang penuh makna (meaningfull).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode fenomenologi dengan pertimbangan bahwa fenomenologi memungkinkan untuk mengetahui pengunjung warnet berusia dewasa awal dalam menjalinan cinta melalui chatting. Disamping itu, penelitian ini dapat dilakukan dalam natural setting (Creswell, 1998), artinya individu tidak terpisahkan dari konteks lingkungannya sehingga tidak memungkinkan untuk membatasi atau variabel yang menentukan variabel-variabel apa yang dapat mempengaruhi seseorang berusia dewasa awal didalam menjalin cinta melalui chatting. Dengan demikian percintaan melalui chatting


(43)

variabel yang ada di dalam individu berusia dewasa awal yang menjalin cinta melalui chatting.

Ada beberapa proses inti dalam penelitian fenomelogi yaitu epoche, reduction, imaginative variation, synthesis of meanings dan essences (Moustakas, 1994). Epoche berasal dari bahasa Yunani yang berarti menjauh dari atau menahan diri. Pengertian epoche adalah menyingkirkan prasangka, penyimpangan (bias), dan bentuk-bentuk opini tentang sesuatu. Dalam menerima kehidupan (perceiving life) memerlukan cara untuk melihat, memperhatikan, menjadi peka, tanpa melibatkan prasangka peneliti pada apa yang dilihat, dipikirkan, dibayangkan, atau dirasakan.

Pada phenomenological reduction, tugas peneliti adalah menggambarkan dalam textural language (bahasa yang terpola) mengenai apa yang telah dilihat oleh seseorang, tidak hanya obyek eksternal tetapi juga tindakan internal dari kesadaran, pengalaman itu sendiri, seperti ritme dan hubungannya antara

phenomenon (fenomena yang diteliti) dan diri sendiri (self). Kualitas dari pengalaman menjadi fokus; keterlibatan (filling in) atau penyempurnaan sifat alamiah dan arti dari pengalaman menjadi suatu tantangan. Langkah-langkah dalam phenomenological reduction meliputi : bracketing. Dalam hal ini fokus dari penelitian ditempatkan di dalam bracket, hal-hal yang lain dikesampingkan sehingga seluruh proses penelitian berasal dari topik dan pernyataan;

horizonalizing, setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan,


(44)

sehingga yang tersisa hanyalah horizon (arti tekstural dan unsur pembentukan / penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).

Tugas pada proses imaginative variation adalah untuk mencari makna-makna yang memungkinkan melalui penggunaan imajinasi, pembedahan berbagai macam bingkai referensi, pengelompokkan dan pembalikan, dan pendekatan

phenomenon dari perspektif yang divergen, posisi, peran-peran, atau fungsi yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mencapai deskripsi struktural dari pengalaman, faktor-faktor yang mendasar dan mempengaruhi apa yang telah dialami. Dengan kata lain bagaimana pengalaman dari phenomenon menjadi yang seperti sekarang ini.

Langkah-langkah imaginative variation meliputi :

1. Membuat sistematika dari berbagai kemungkinan semua makna yang tersusun yang mungkin menjadi dasar dari makna secara tekstural.

2. Mengenali tema-tema atau konteks-konteks sebagai dasar penyebab munculnya phenomenon.

3. Mencari ilustrasi sebagai contoh yang dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai struktur dari tema-tema yang tidak berubah dan memfasilitasi pengembangan deskripsi

phenomenon yang struktural.

Langkah terakhir dari proses penelitian fenomenologi adalah integrasi fundamental dari deskripsi tekstural dan struktural menjadi satu pernyataan sebagai esensi pengalaman dari phenomenon secara keseluruhan. Esensi artinya sesuatu yang umum atau universal. Esensi dari berbagai pengalaman tidak akan


(45)

pernah kering. Sintesis tekstural-struktural yang mendasar mewakili esensi waktu dan tempat tertentu dari sudut pandang peneliti, mengikuti studi imajinatif dan reflektif dari phenomenon.

B. PANDANGAN PENELITI MENGENAI CYBERLOVE

Bagi peneliti, cinta pada lawan jenis adalah sebuah perasaan ketertarikan pada seseorang, rasa ingin memiliki seseorang yang dapat diungkapkan secara verbal dan juga melalui tindakan. Apabila perasaan ini diungkapkan pada seseorang, tinggal menunggu responnya, apabila pasangan juga menyukai dan memiliki rasa tertarik yang sama serta menyetujui cara pengungkapan itu maka mereka dapat membentuk ikatan “hubungan percintaan” melalui komitmen. Bisa macam-macam bentuk komitmen misalnya saling setia kepada pasangan. Dengan adanya ikatan tesebut maka dapat dikatakan “secara resmi” seseorang dapat mengungkapkan rasa cintanya tanpa harus merasa canggung.

Ketika berbicara mengenai percintaan didunia maya, tak jauh berbeda dengan cinta yang terjadi di dunia “real”. Hanya saja, hubungan ini ataupun awal pertemuan mereka diperantarai oleh perangkat elektronik dalam penelitian ini adalah komputer yang dilengkapi dengan modem. Dengan adanya perangkat tersebut, internet dapat diakses sehingga kita dapat dengan mudah memilih situs portal yang akan menjadi tujuan kita.

Peneliti berangapan bahwa percintaan didunia maya dapat dimungkinkan terjadi ketika seseorang merasakan adanya kecocokan satu sama lain ditandai dengan komunikasi yang berkesinambungan. Seseorang dapat merasakan adanya rasa tertarik satu sama lain serta mengenal sifat ataupun karakter lawan bicara


(46)

melalui bahasa yang digunakan atau atau melalui cara penulisan, maupun pengungkapan kata-kata saat chatting. Rasa tertarik secara fisikpun dapat dimunculkan ketika lawan dalam chatting tersebut mendeskripsikan fisiknya secara rinci (misal tinggi, berat, usia), dan bertukaran foto terlebih dengan adanya

web cam seseorang dapat menampilkan dirinya seseorang secara online.

Dalam berelasi di dunia maya, peneliti melihat banyak kendala yang ditempuh oleh para pelaku cyberlove. Hal yang paling mendasar yakni mempercayai pasangan. Besar kemungkinan seseorang untuk berbohong melalui chatting sehingga terkadang seseorang cenderung ragu-ragu dalam menjalani komitmen mereka. Anggapan ini akan semakin dibenarkan ketika berkali-kali ia dibohongi. Pada akhirnya semua tergantung pada pelaku cyberlove tersebut apakah ia akan memaknai hubungan tersebut dengan sungguh-sungguh ataukah hanya main-main saja.

C. FOKUS PENELITIAN

Untuk memperjelas konsep penelitian ini, maka ditegaskan kembali berkaitan dengan fokus penelitian ini bahwa fenomenon yang ingin diteliti adalah hubungan percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal. Wawancara merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk menemukan deksripsi dari fenomenon. Deskripsi tersebut berbentuk transkrip wawancara mengenai percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal. Adapun fokus dari penelitian ini adalah menemukan esensi dari pengalaman informan dalam menjalin percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal.


(47)

D. INFORMAN PENELITIAN

Memilih informan penelitian sesuai tujuan penelitian adalah kunci hasil kesimpulan pada penelitian kualitatif. Untuk penelitian fenomenologi, criterion sampling bisa digunakan untuk menemukan informan penelitian. Criterion sampling adalah cara menentukan informan penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Hal yang terpenting adalah semua informan memiliki pengalaman atas fenomenon yang hendak diteliti (Creswell, 1998). Kriteria informan yaitu :

 Berusia 21 – 35 tahun

 Memiliki pengalaman yang dapat diceritakan didalam menjalin cinta melalui chatting.

Berdasarkan kriteria diatas, diperoleh 10 informan yakni 5 laki-laki, 5 perempuan dengan rentang usia mulai dari 21 hingga 30 tahun dengan status masih lajang. Dari ke sepuluh informan 7 diantaranya adalah mahasiswa sedangkan 3 sisanya sudah bekerja. Dari 9 informan berdomisili di Yogyakarta sedangkan 1 informan berdomisili di Purworejo.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data adalah dengan menggunakan metode wawancara. Wawancara adalah percakapan atau tanya jawab yang dilakukan oleh dua orang dengan melibat satu orang untuk mencari informasi tertentu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara yang akan dilakukan dengan lebih mendalam dengan


(48)

pertanyaan yang mempunyai suatu topik tertentu yang akan dibahas, dalam hal ini “percintaan melalui chatting” pada usia dewasa awal (Mulyana, 2001).

Wawancara yang akan dilakukan sifatnya mendalam, agar dapat diperoleh keterangan yang lebih lengkap dan mendalam mengenai seputar pengalaman dan pemaknaan akan cinta di dunia maya. Wawancara mendalam kepada informan, dimaksudkan agar peneliti dapat mengetahui alasan yang sebenarnya dari respon informan tentang pemaknaan tersebut. Maka diharapkan wawancara ini akan menghasilkan gambaran-gambaran dalam bentuk cerita-cerita yang sifatnya pribadi dan individual atas pengalaman psikologi pengguna internet ataupun warnet pada usia dewasa awal yang melakukan cyberlove.

Proses pengumpulan data mengikuti pola “zig-zag” artinya peneliti ke lapangan mencari informasi, kemudian menganalisis data yang diperoleh, kembali ke lapangan lagi informasi lagi dan menganalisis data yang diperoleh dan seterusnya sehingga diperoleh informasi yang mampu menggambarkan pengalaman informan secara utuh(Creswell,1998). Data wawancara ini berbentuk transkrip wawancara yang berasal dari perekaman dengan tape recorder. Adapun pelaksanaan wawancara ini dimulai dari tanggal 25 Juli 2006 hingga 6 Mei 2007.

F. ANALISIS DATA

Menurut Creswell (1998) metode analisis dan interpretasi data yang paling sering digunakan adalah modifikasi metode Stevick-Colaizzi-Keen dari Moustakas (1994). Prosedur ini meliputi :

1. Memulai dengan deskripsi tentang pengalaman peneliti terhadap


(49)

2. Peneliti kemudian mencari pernyataan dalam interview mengenai bagaimana individu mengalami topik tersebut(cyberlove). Selanjutnya peneliti membuat daftar dari pernyataan-pernyataan tersebut (horizonalization) dan memberi perlakukan tiap pernyataan dengan seimbang atau yang memiliki nilai yang sama dan mengembangkan daftar dari pernyataan yang tidak berulang atau tidak tumpang tindih.

3. Pernyataan kemudian dikelompokkan kedalam unit-unit makna (meaning units), buat daftar dari unit-unit ini, dan menuliskan deskripsi dari tekstur (deskripsi tekstural) dari pengalaman, yaitu apa yang terjadi.

4. Peneliti kemudian merefleksikan berdasarkan deskripsinya sendiri dan menggunakan imaginative variation atau deskripsi struktural, mencari semua makna yang memungkinkan dan prespektif yang divergen, memperkaya kerangka pemahaman dari phenomenon, dan membuat deskripsi dari bagaimana phenomenon dialami.

5. Peneliti kemudian membuat deskripsi keseluruhan dari makna dan esensi dari pengalaman.

6. Dari deskripsi tekstural-struktural individu, berdasarkan pengalaman tiap informan, peneliti menghubungkan deskripsi textural-structural dari makna-makna dan esensi pengalaman, mengintegrasikan semua deskripsi tekstural-struktural individu menjadi deskripsi yang universal dari pengalaman, yang mewakili kelompok (informan) secara keseluruhan (Moustakas, 1994).


(50)

G. KEABSAHAN DATA

Moustakas mengatakan bahwa tehnik verifikasi data pada penelitian fenomenologi dengan intersubjektive validity yakni dengan membagikan salinan deskripsi secara tekstural-struktural dari hasil interview (Humphrey dalam Moustakas, 1994). Kemudian tiap responden diminta untuk secara hati-hati memeriksa deskripsi tersebut, mereka dapat memberikan tambahan masukkan dan pembetulan. Terakhir, peneliti merevisi kembali pernyataan sintesisnya. Proses ini disebut intersubjective validity, yaitu menguji kembali (testing out) pemahaman peneliti dengan pemahaman responden melalui interaksi sosial yang timbal balik (back-and-forth) (Creswell, 1998).


(51)

BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Apa yang dialami oleh usia dewasa awal yang melakukan percintaan melalui

chatting ?

Dari wawancara secara keseluruhan, terungkap pengalaman percintaan melalui

chatting pada usia dewasa awal. Hal ini mulai dengan munculnya dorongan untuk melakukan chating yakni ingin mencari teman. Dengan berteman di dunia maya para pelaku chatting merasa dapat belajar bergaul serta mendapatkan pengetahuan baru dari chatting. Disamping itu siapa tahu, mereka juga dapat menemukan kekasih ataupun teman kencan. Dengan chatting mereka merasa lebih bebas berbicara. Munculnya perasaan ingin tahu terhadap lawan chatting menyebabkan ketagihan

chatting karena hal ini merupakan suatu hal yang menyenangkan yang dapat dilakukan pada waktu luang.

Para pelaku chatting didalam membangun hubungan lebih dekat dengan seseorang diawali dengan berkenalan melalui chatting. Pada saat berkenalan apabila muncul kesesuaian dengan lawan chatting, mereka merasa ingin lebih dekat dengan lawan chattingnya bahkan terkadang bila tidak chatting mereka selalu memikirkan pasangan serta kangen ingin bertemu. Oleh sebab itu informan akan menjalin kontak kendati tidak chatting. Sebelum mereka melakukan kopi darat, chatting biasanya dilakukan untuk melakukan pendekatan dengan memberikan perhatian. Melalui

chatting, para pelakunya dapat lebih mengenal karakter pasangan serta memahami latar belakang pasangan dan memberikan dukungan dalam berkegiatan.


(52)

Para pelaku chatting menemukan tantangan dalam membangun hubungan percintaan di dunia maya ketika pasangan tidak sesuai dengan harapan dan pasangan terlalu sibuk sehingga perhatian dan kontak mereka berkurang. Dengan adanya cap masyarakat mengenai chatting bahwa chatting lebih banyak berbohong serta mudah memperdayai pasangan chatting, mereka menjadi ragu untuk menjalani komitmen. Terlebih dengan adanya pengalaman dibohongi menyebabkan mereka mudah cemburu terhadap pasangan, serta meragukan kesetiaan pasangan. Pada akhirnya hubungan mereka dapat putus karena ada perselingkuhan.

Ketidak seriusan dalam berkomitmen dinilai dari banyaknya pacar yang dimiliki di dunia maya. Mereka biasanya tidak sungguh-sungguh dalam mengatakan komitmennya. Karena itulah, banyak informan tidak ingin berhubungan terlalu jauh ataupun tidak ingin berlebihan dalam berhubungan bahkan tidak ingin terikat dengan pasangan. Biasanya mereka mudah berganti ganti pasangan dan berselingkuh karena bosan. Mereka merasa bahwa dalam dunia chatting tidak perlu ditanggapi sungguh sungguh.

Dalam chatting ada kecenderungan seseorang melakukan aktifitas seksual. Hal ini diawali ketika mereka menyukai fisik lawan chattingnya. Mereka akan lebih banyak berbicara mengenai seks saat chatting, memberikan rangsangan seksual melalui

webcam serta melakukan phoneseks. Pada akhirnya mereka bertemu untuk berhubungan seks ataupun melakukan kontak seksual bahkan melakukan transaksi seks. Bagi mereka yang senang berhubungan seks, hal ini dapat dilakukan dengan siapa saja. Untuk melihat bagaimana pengalaman percintaan di dunia maya tersebut dialami, silahkan lihat tabel 1.


(53)

Tabel 1

Ringkasan Hasil Analisis

Deskripsi Tekstural (Apa yang

dialami?)

Deskripsi Struktural (Bagaimana percintaan tersebut

dialami?)

Makna percintaan melalui chatting pada usia dewasa

awal

1. Muncul keinginan untuk melakukan

chating

Munculnya keinginan untuk melakukan chating:

 ingin mencari teman, atau teman kencan.

 merasa lebih bebas berbicara.

 munculnya perasaan ingin tahu terhadap lawan chatting

 untuk mengisi waktu luang

 mencari kesenangan. 2. Membangun

hubungan lebih dekat

Membangun hubungan lebih dekat dengan seseorang dengan :

 berkenalan melalui chatting.

 melakukan kontak kendati tidak

chatting.

 melakukan kopi darat

selalu memikirkan pasangan

chatting untuk melakukan pendekatan 3. Menemukan

tantangan dalam membangun

hubungan percintaan melalui chatting

Tantangan dalam membangun hubungan percintaan melalui chatting:

 pasangan tidak sesuai dengan harapan  pasangan terlalu sibuk, kurang kontak  Mispersepsi saat chatting

 ada kemungkinan dibohongi 4. Ketidak seriusan

dalam berkomitmen Ketidak seriusan dalam berkomitmen dilihat dari :

 Komitmen tidak dijalani sungguh-sungguh

 selingkuh

 Membatasi hubungannya

 Menanggapi chatting tidak sungguh-sungguh

5. Melakukan

aktifitas seksual Aktifitas seksual dilakukan ketika informan menyukai fisik pasangannya.

 membangun fantasi seks (pembicaraan, cam, phone)

 melakukan kontak seksual saat bertemu, berhubungan seks

Jalinan cinta hanya sekedar main-main


(54)

2. Bagaimana percintaan melalui chatting tersebut dialami pada usia dewasa awal ?

Ada beberapa macam pengalaman yang mencerminkan bagaimana proses percintaan melalui chatting tersebut dialami usia dewasa awal.

a. Muncul keinginan untuk melakukan chating

Ketika para pelaku chatting ingin mencari teman, dengan chatting ia lebih bebas dan mudah mencari kenalan sesuai keinginannya, dapat belajar bergaul dengan orang lain.. Teman dalam hal ini tidak hanya sebatas teman biasa tetapi bisa jadi teman kencan.

“...Klo misalnya chatting, kenapa kok ngga cari di sini aja, disini khan kita jarang ketemu bule ya. Lagian klo dalam kehidupan nyata klo ngajak kenalan itupun pasti ada rasa-rasa malu gimana gitu.Biasanya masuk ke regional dan masuk ke UK, lebih suka orang-orang ke Inggris. Pertama yah lebih suka ke aksennya, trus mereka lebih sopan yah jadinya yah enak aja gitu.” (RS).

“3 tahun lalu, ehm kenal dunia chatting dikenalin ama temenku, setelah dikenalin ya udah...Sama anak jogja tepatnya jalan godean Km XXX...Ya seneng aja dapat temen bisa buat ngomong-ngomong disisi lain hmm apa yah, dapet temen buat ML..” (AD).

Para pelaku chatting juga merasa lebih bebas berbicara saat chatting, misalnnya ia bisa berbagi pengalamannya, serta mengutarakan masalahnya pada lawan chattingnya.

“Biasanya bila saya berada di depan publik saya ngga berani mengungkapkannya, tetapi karena di chatting, saya utarakan persoalan saya, mereka juga bisa mengatasi dan membantu memecahkan masalah yang saya hadapi “ (LB)

“...dan saat bertemu pun kita sering berdebat, dan debatnya debat positif. Debat argumen yang bisa membangun, mengenai pekerjaan di kantor dia kita matchkan dengan permasalahan yang ada di kantor saya....” (HE)


(55)

Dengan chatting, para pelakunya merasa mendapatkan kesenangan dalam mengobrol terlebih bila mereka melakukannya pada waktu luangnya.

“Baru pertama aku diajarin di sekolah gitu, dari situ aku terus, ada waktu senggang aku senang untuk chatting.Yah biasa ngobrol jarak jauh gitu, seneng ada temen buat ngobrol...” (TI)

Seseorang terdorong untuk terus berlama-lama dalam melakukan

chatting tatkala mereka ingin tahu dan penasaran terhadap lawan chatting. “...Yah awalnya chatting cuma pengen aja, akhirnya pengen tahu lawan chatting itu seperti apa. Misal di chatting, kamu kayak apa sih...” (CN).

Para pelaku chatting terdorong untuk melakukan chatting tatkala mereka ingin mengisi waktu luangnya disamping mereka ingin mendapatkan teman dan juga mendapatkan kesenangan. Melalui chatting mereka merasa lebih bebas untuk berbicara. Manakala mereka sudah terlibat komunikasi secara online dengan orang yang baru dikenalnya, mereka akan berusaha untuk ingin tahu identitas lawan chattingnya. Dari uraian diatas jelas bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang terus melakukan chatting, bahkan secara terus menerus.

b. Membangun hubungan lebih dekat

Membangun hubungan lebih dekat dengan seseorang di dunia maya sama halnya dengan membina hubungan lebih dekat dengan seseorang di dunia nyata, hal ini diawali dengan berkenalan. Kali ini chatting digunakan sebagai ajang untuk berkenalan. Karena mereka tidak bertatap muka secara


(56)

langsung, mereka dapat menggambarkan identitasnya dengan menceritakan ciri-cirinya ataupun dengan bertukar foto, hingga pada akhirnya mereka menemukan saling kecocokan.

“Ehh dia sempat kirim pic, dan saya sempat kirim pick ke dia. Yahh waktu ketemu pun yah memang sesuai dengan picnya. ...Yah seperti nyata gitu walaupun nggak nyata gitu.” (LL). “cocok aja, ngobrolnya, prinsipnya, terus khan eh aku ada masalah di kampus, gini-gini, terus dia bales kamu itu harusnya gini-gini, dia itu bisa, oh iya yah dia itu bener. Dia itu fleksible lah bisa bisa jadi sahabatku dan suatu saat bila jadi cowokku kayaknya bisalah. Dia itu care, terus jadi seorang kakak yang ngertiin kakaknya terhadap adeknya”. (GS)

Chatting bisa jadi sebagai ajang untuk melakukan pendekatan tujuannya untuk lebih mengenal karakter pasangan chattingnya itu dan memahami latar belakang pasangan.

“... Nah kalau dari chatting itu bila sudah lama ngobrol, kita bisa tahu watak aslinya, bagaimana arah pembicaraanya....” (LL)

” Aku satu yang usaha kerasku adalah aku memahami budaya dia, ya aku takut nanti misalnya bener-bener hubungan ini serius dan aku harus bertemu keluarganya disana atau mungkin aku hidup disana atau apa gitu, otomatis kau harus menyesuaikan diri aku tahu kehidupan disana itu bagaimana ya. Dia udah berusaha memahami budayaku, dan aku juga harus seperti itu....” (PD)

Dengan semakin intensnya hubungan berarti mereka meningkatkan keterlibatan emosional mereka. Pada akhirnya apabila mereka tidak melakukan chatting dengan pasangannya itu, rasa kangen sering menghinggapi mereka.

“Ngefeknya kayak pacaran biasa, kadang-kadang aku ngeliatin foto terus diem, besok ngapain ya kalo besok dia ulang tahun,


(57)

terus kalo dia kesini lagi apa yang harus dipersiapkan, itu tu udah mulai sekarang aku pikirin banget itu kan. misalnya ngasih dia kejutan apa”.(PD)

Pada akhirnya, kopi darat merupakan cara mereka untuk bisa mengenal lebih jauh, karena mereka bisa tahu secara langsung siapa yang selama ini mereka ajak chatting.

“Kebetulan dia di warung, saya datang sendiri kesana. Biasanya dia suka ke situ, kemudian aku tanya sama yang punya warung kemudian ditunjukin orangnya yang itu. Akhirnya tak ajak ngobrol, langsung kenalan disitu. Selanjutnya sering pergi kemana-kemana gitu, sama temen-temennya juga. Disitu khan sekolahnya SMEA. Yah perempuan-perempuan gitu. Akhirnya sering main ke mana jalan ke mana” (GO).

Dari uraian diatas, didalam membentuk hubungan lebih dekat dengan pasangan chatting, pertama kali dilakukan adalah berkenalan, bertanya soal identitas hingga bertukar foto. Apabila merasa ada kecocokan chatting dapat berlanjut. Dari situ, mereka akan lebih banyak mengenal karakter, serta memahami latar belakang lawan chatting. Dengan semakin mengenal, semakin intens mereka berhubungan, semakin mereka melibatkan emosional mereka terhadap lawan chattingnya. Apabila mereka tidak chatting muncul rasa kangen ingin chatting lagi. Pada akhirnya bila mereka ingin mengenal secara langsung lawan chattingnya, mereka melakukan kopi darat..

c. Tantangan dalam membangun hubungan percintaan melalui chatting

Didalam membina hubungan percintaan didunia maya, tak dipungkiri para pelaku chatting mengalami banyak tantangan yang mereka hadapi. Salah


(58)

satunya adalah bila pasangan berbeda dengan gambaran ataupun harapannya ini, maka mereka akan merasa kecewa.

“..nggaklah, fisikly nggak sesuai. Dia itu kurus banget, padahal yah aku udah berharap banget sama dia. Dia itu sempet khan kirim-kiriman surat, ugh romantis banget. Tapi pas di surat ada fotonya wah nggak banget. Akhirnya tak putusin alasannya kita nggak cocok. Dia sempet marah-marah, pokoknya kita ketemuan dulu, tapi akhirnya nggak karena aku ganti nomer HP”.(GS)

Apabila pasangan terlalu sibuk dengan kegiatannya sehingga melupakan pasangan chattingnya, artinya perhatian mereka dan juga kontak mereka akan berkurang. Ini seringkali yang menjadi kendala dalam menjalin cinta di dunia maya.

“...dia bukan orang yang free yah, sebulan kerja, liburnya hanya 2 minggu, dan dua minggu pun dia harus ke kantor-ke kantor jadinya, dan dalam 2 minggu dia belum tentu ketemu aku, dan dia harus kunjungi mamanya dia Australia karena mamanya sendiri. Apalagi dia khan dia sudah pindah kerja di Lombok ya. Di lombok itu khan dia nda ada internet, jadinya susah kalau kita mau kontak gitu. Jadinya untuk kontak ngga mungkin”. (RS)

Seringakali, kesalah pahaman terjadi karena didalam dunia maya yang nampak hanyalah sebatas tampilan di layar monitor saja. Bisa jadi misspersepsi muncul karena salah mengartikan tulisan ataupun ekspresi mimik muka pasangannya yang ditampilkan melalui webcam. Akibat hal ini muncul konflik saat chatting.

“.... kayak misalnya dia liat cam aku, dan aku liat camnya dia, aku klihatan senyum, padahal dia ngga melakukan sesuatu hal yang lucu, dia langsung marah marah, lama-lama bete khan...” (RS)


(1)

No. Horizonalitation Red Shine Tema Harapan terhadap pasangan

Tetap kontak kendati tidak chatting dan sibuk

Melakukan kopi darat 061

062 063 064 065 066 067 068 069 070 071 072 073 074 075 076 077 078 079 080 081 082 083 084 085 086 087 088 089 090

Kalau kriteria pacar, aku suka orang yang humoris, kalau misalnya ngomong, ngga cuma basa basi doang. Ada bagian bagian tertentu bisa share masalahku ke dia, aku bisa ngomong ya bukan secara langsung sih. Kalau kriteria secara fisik sih, aku suka yang kurus, kalau bisa yang matanya biru atau yang ijo, trus yang rambutnya pirang, tapi kalau misalnya udah kayak gitu aku lebih prefer ke sifatnya.

Baik, pengertian, ngga suka macem-macem, trus yang kelihatan kalau dia tuh butuh aku, kayak besok ketemu lagi ya aku lebih suka yang kayak gitu daripada oke dadah.

Aku paling cuma nemenin dia sebentar, trus dia harus balik ke pekerjaannya. Jadi kalau chatting ama dia agak jarang, lebih sering SMSan.

Kalau chatting biasanya aku sore, tempat kerjanya di Thailand itu khan terpencil, kalau yang ada internetnya khan di tempat kerjanya dia doang. Paling jam 3an sampai jam setengah 5.

Kadang kalau misalnya sempat, aku masih ingin ngomong, dia nungguin aku sampai jam setengah 6. Sabar banget, orangnya baik.

2 hari, di hotel. Kita khan ketemunya di airport, lalu ke hotelnya, trus seharian di hotel, malamnya aku pulang, besoknya aku nemenin dia lagi. Dia sendiri males banget kalau diajak jalan-jalan, dia tuh ngga suka. Mungkin dah tua. Bukan jamannya lagi, jadi males-males aja.

Nemenin dia paling cuma ngobrol-ngobrol doang, trus makan, makan aja di hotel. Paling cuma nemenin dia tidur.

Kontak fisik, dia tidur di pahaku, trus pegang tanganku, ciuman, hari pertama ngga, hari ke dua iya, ngga hot-hot banget gitu, jadi biasa aja.

Aku dah percaya ama dia dan dia respek ama aku dan aku dah memberi tahu keadaanku, jadi aku tahu dia ngga bakal berbuat lebih gitu, lagian hotelnya khan bukan hotel murah, jadinya ngga mungkin banget dia melakukan hal-hal yang mengerikan, sampai memperkosa gitu, maksa-maksa.

Ya aku bilang aku ketemu kamu bukan buat gituan aku masih virgin, jadi ngga mungkin doong trus tiba-tiba melakukan kayak gitu, trus aku ketemu kamu bukan melakukan hal yang kayak gitu, jadi kamu harus respek sama aku.

Melakukan kontak seksual saat ketemu


(2)

No. Horizonalitation Red Shine Tema Memikirkan pasangan

Pasangan terlalu sibuk

Pasangan tidak sesuai dengan harapan

091 092 093 094 095 096 097 098 099 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120

Jam 11 malam dia tuh udah maksa-maksa aku supaya balik ke kos, karena besoknya aku ada ujian, suruh belajar, buat masa depan, mungkin karena, dia dah tua jadi ngerti apa sih yang harus dilakukan sama aku. Sebenarnya dia pun nyuruh aku bawa bahan-bahan ke hotel tapi aku males, ih ngapain, ngga penting banget. Kalau sekarang kita dah seperti temen ya, masalahnya aku melihat ke depannya ngga mungkin berhubungan sampai serius, dia bukan orang yang free yah, sebulan kerja, liburnya hanya 2 minggu, dan dua minggu pun dia harus ke kantor-ke kantor jadinya, dan dalam 2 minggu dia belum tentu ketemu aku, dan dia harus kunjungi mamanya dia Australia karena mamanya sendiri. Apalagi dia khan dia sudah pindah kerja di Lombok ya. Di lombok itu khan dia nda ada internet, jadinya susah kalau kita mau kontak gitu. Jadinya untuk kontak ngga mungkin. Daripada aku sakit ngga diperhatikan, lebih baik kita temenan aja, mungkin kalau kita misalnya jodoh ya siapa tahu.

Putus 1 bulan yang lalu. Masalah umur juga menjadi masalah, karena dia sudah tua, pemikirannnya sudah beda. Tujuan hidupnya juga beda. Perbedaan kami 17 tahun, kayak anaknya sendiri.

Aku lebih seneng di perhatiin, tapi dia memperhatiin tapi perhatiannya juga macam-macam, ya dia lebih fokus ke pekerjaannya.

Putus sakit sih, tapi daripada terus-menerus seperti ini ya jadinya ya udahlah, daripada banyak-banyak pikiran ya udahlah ikhlasin aja.

Yaa ketemu orang Thailand, dia ngajak jadian. Kalau yang ini sih dia kelihatan serius, dan dia kelihatannya sayang sama aku, ya ngga tahu sih. Kadang dia telepon aku, dan kalau telepon itu sampe setengah jam, awalnya dia juga ketemu dari internet.

Aku nemuin dia di situs kayak friendster gitu, dia nglihat profileku dulu trus kenalan trus yah akhirnya tuker tukeran email, MSN Mesanger. Awalnya email emailan dari situ situ trus ke MSN mesangger. Dari situ lama-lama makin deket, pernah sih ada perasaan bener-bener seneng sama dia tapi sesudah itu kadang ilang, kadang muncul lagi, ngga selalu sih.

Kadang kalau lama gitu, pengen banget nyoba serius ama dia. Dia umurnya masih


(3)

No. Horizonalitation Red Shine Tema

Membatasi hubungan

pasangan terlalu sibuk

Tidak bersungguh sungguh menjalani komitmen

121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150

23 tapi dah kerja, jadi pemikirannya dah beda. Dia pengennya sih tahun depan dia kesini, ke Indonesia, ketemu, trus kalau misalnya kita cocok dia , dia mau menjemput diriku, trus dia maunya aku ke Swedia.

Aku sih sebenarnya pengen banget serius sama dia tapi dia tuh terlalu posesif dan terlalu aneh. Misalnya kalau ada orang yang ngirim message ke aku tuh ketahuan, jadi dia ngga suka aku message-messagean sama orang lain.

Waktu dia ketemuan sama mantan gila ya ketemuan gitu, dia cerita, sebenarnya takut juga kalau dia balik. Ya takut kehilangan dia, kalau misalnya dia ningalin aku khan ngga ada yang ngasi perhatian lagi.

Cuma kemarin dia bener-bener ngga tahan, dia bilang aku pengen ngasih waktu 2 hari untuk memutuskan, jadi dia pengennya aku nunggu, keputusannya sebenarnya dia tuh sayang sama aku apa ngga. Ya udah aku kasih waktu. Trus Thailand ini crita kalau dia tuh merasa sakit, aku tuh sampai ngerasa geli gitu, sempet 5 hari ngga ngobrol sama dia trus hari ini dia sms aku, dia bilang kangen, trus bilang dah lama ngga ketemu. Geli aja, dia khan minta waktu ehh..dianya sendiri sekarang malah gini.

Kadang kalau aku ngomong ama dia kadang agak garing, ngga banyak yang diomongin sama dia. Lagian dia chatting di tempat kerjanya jadinya ya bete ditinggal, kalau baru mulai ngomong, ada customer lagi.

Sebenarnya aku tuh pengen ketemu sama dia, cuma kadang kenyataanya aku banyak ngomong sama orang lain, soalnya dia khan sibuk. Kalau kebanyakan temen-temenku khan di rumah. Kalau dia khan sibuknya bukan sibuk yang bisa ditinggal, trus dia kerjanya sama komputer, jadi ya sedikit waktu.

Komitmen…sebenarnya aku ngga ngerasa banget punya komitmen sama dia ya cuma, aku tuh ceweknya tapi perasaan ya mati rasa jadi dia yang ngalamin. Mungkin karena dia bukan bule, jadi aku lebih ngga mau sampe suka tapi susah aja ya, sampai bener-bener suka sama dia.

Cintanya itu lebih ke rasa memiliki. Sebenarnya berusaha untuk tidak cinta, karena hal itu tidak bisa dinalar aja, tapi lama-lama ngomong ngomong terus, ketemu intens lama-lama sayang, trus kalau ngga ketemu kangen.


(4)

Tekstural structural informan 1

Tema No. Tekstural Struktural

Keinginan mencari

teman 001-009 Muculnya keinginan untuk melakukan chating

Munculnya keinginan informan melakukan chatting karena ia ingin mencari teman

Memikirkan pasangan 028-031, 091-094 148-150 Kontak terus walau

tidak chatting 050-051, 069-075 Melakukan kopi darat 053-060, 076-080 Berkenalan melalui

chatting 044-049, 111-123

Membangun hubungan lebih dekat

Didalam membangun hubungan lebih dekat dengan pasangan chattingnya, informan pertama kali berkenalan melalui chatting. Saat tidak chatting, bila pasangannya ada didalam pikirannya ia akan terus melakukan kontak kendati tidak chatting. Pada akhirnya informan akan melakukan kopi darat dengan pasangannya

Pengaruh Anonimitas,

dibohongi 016-027

Pasangan tidak sesuai

dengan harapan 104-110 Miss persepsi 038-043 Pasangan terlalu sibuk 032-035,

095-102, 137-143

Menemukan tantangan dalam membangun hubungan percintaan di chatting

Didalam membangun percintaan melalui chatting informan menemukan tantangan yaitu pengalaman dibohongi serta pengalaman misspersepi saat chatting. Tantangan lain ketika pasangan terlalu sibuk serta tidak sesuai dengan harapannya.

Komitmen tidak dijalani

sungguh-sungguh 010-015, 144-147 Membatasi hubungan 036-037, 124-136

Ketidak seriusan

dalam berkomitmen Munculnya ketidak seriusan informan didalam berkomitmen dapat dilihat dari informan yang membatasi hubungan serta komitmennya tidak dijalani sungguh sungguh.

Melakukan kontak seksual saat ketemu (berciuman)

081-090 Aktifitas seksual Aktifitas seksual informan saat menjalin cinta melalui chatting yaitu melakukan kontak seksual pada saat bertemu dengan berciuman.


(5)

(6)

PANDUAN WAWANCARA 1. Raport, pertanyaan pembuka:

 Kapan pertama kali chatting?

 Di portal apa biasanya melakukan chatting? Room apa ?  Berapa waktu yang digunakan untuk meluangkan chatting?  Apa yang membuat tertarik untuk chatting?

 siapa saja patner chatting anda ? orang yang seperti apa ? hal apa yang membuat kamu tertarik untuk chatting dengan orang itu ?

 pernah merasa dekat dengan seseorang selama chatting? atau pernah memiliki kesan dengan seseorang selama chatting ? pernah punya pacar selama chatting? Apa yang dirasakan waktu itu?

2. pertanyaan inti

 Bagaimana awal mula ketertarikan informan melakukan chatting sehingga pengalaman percintaan melalui chatting diperoleh?

 Pengalaman apa saja selama menjalin percintaan di dunia maya?  Bagaimana pengalaman itu dialami?

 Bagaimana dampak pengalaman itu terhadap kehidupan informan?  Apa yang bisa disimpulkan dari pengalaman selama bercinta melalui

chatting ? 3. penutup

peneliti mengucapkan terima-kasih atas informasi yang telah diberikan serta menginformasikan apabila wawancara dapat dilanjutkan lagi apabila peneliti merasa data yang diperoleh kurang. Peneliti juga membuka kesempatan bagi informan untuk bertanya mengenai penelitian ini.