PERCINTAAN MELALUI CHATTING USIA DEWASA AWAL

terpasangkan pada komputer pasangan chatting karena dengan sarana tersebut, mereka dapat bercakap-cakap secara langsung seperti layaknya berbicara di telephone. Apabila seseorang berinteraksi terus menerus dengan orang yang sama maka seseorang dimungkinkan mengalami jatuh cinta. Hal ini disebut sebagai cyberlove jika dilihat secara etimologi yaitu berasal dari kata cyber diambil dari kata cyberspace dan love. Dengan demikian cyberlove dapat diartikan jalinan cinta yang menggunakan jaringan komputer sebagai medium untuk berkomunikasi online.

D. PERCINTAAN MELALUI CHATTING USIA DEWASA AWAL

Usia dewasa awal adalah usia dimana seseorang merasakan kesepian. Ada berbagai macam perubahan yang mereka alami, terutama dalam berelasi sosial, tidak sebebas seperti pada masa remaja. Hal ini dikarenakan pada usia ini, mereka dihadapkan pada berbagai macam tanggung jawab, baik terhadap keluarga merawat orang tua ataupun keluarga dan juga tanggung jawab untuk dirinya sendiri mulai belajar mencari nafkah untuk dirinya. Disamping itu, ada berbagai macam penyesuaian diri yang harus mereka lakukan salah satunya penyesuaian diri terhadap hubungan lawan jenis. Pada fase ini mereka dihadapkan, tidak hanya untuk bersenang-senang, tetapi mereka juga perlu mempersiapkan diri untuk membangun rumah tangga. Mereka memiliki dorongan untuk menjalin relasi yang lebih intim terhadap lawan jenis. Dunia maya dirasa dapat memberikan peluang bagi mereka untuk menemukan hubungan tersebut. Ada berbagai macam faktor seseorang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI termotivasi untuk berelasi, dan menjalin hubungan yang lebih intim melalui dunia maya. Suller 1997 berpendapat bahwa seseorang terdorong menggunakan internet dikarenakan seseorang ingin menjalin hubungan dengan orang lain. Hal ini merupakan kebutuhan afiliasi, yang menurut Murray merupakan kebutuhan untuk berteman dengan orang lain, berdekatan dengan orang lain, membuat senang dan mencari afeksi dari orang lain Hall dan Lindzey, 1993. Maslow juga menyebutkan bahwa manusia juga memiliki kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, yang ini akan terpenuhi bila ia berafiliasi dengan orang lain Aiken dalam Ermida, 2001. Mc Kenna Bargh dalam Baron Byrne, 2005 berpendapat bahwa unsur anonimitas didalam internet merupakan suatu keuntungan yang besar. Dengan adanya minimalisir dari kualitas penampilan fisik dan jarak fisik menyebabkan seseorang merasa bebas berinteraksi dan tidak perlu mengambil langkah pertama seperti di dunia nyata manakala takut ditolak ataupun disakiti. Anstey 1999 berkata bahwa seseorang menjalin relasi di dunia maya manakala mereka tidak menemukan sesuatu di dunia nyata dan mereka akan mencarinya di dunia cyber. Dengan mereka mencari di dunia maya, mereka berharap dapat menemukan seseorang sesuai dengan keinginannya. Dunia maya dirasa memiliki cakupan yang luas dan dapat menjangkau hampir seluruh permukaan bumi. Melalui warnet, mereka dapat lebih mudah mengakses internet, terlebih dengan makin menjamurnya warnet-warnet di Indonesia. Mereka dapat mengakses berbagai macam komunikasi, baik melalui surat elektronik, hingga pada chating. Chating dianggap sebagai fasilitas yang paling mengasyikkan karena para penggunanya dapat berinteraksi secara online. Dari seseorang berinteraksi melalui chating ini, tak sedikit pula yang pada akhirnya menemukan pasangan cyber bahkan hingga menjalin cinta melalui cyber ini. Fenomena ini cukup menarik untuk diteliti sehingga muncul pertanyaan, “bagaimana mereka bisa menjalin cinta melalui dunia maya, sementara hal tersebut sesuatu yang tidak nyata?”. “Seberapa menariknya menjalin cinta di dunia maya sehingga seseorang dengan rela meluangkan waktu dan uangnya untuk chating?”. Sungguhlah gagasan akan cinta ini, terkadang dianggap begitu irasional oleh banyak orang. Kendati demikian, ketika kita “memandang” sesuatu terkadang tidak sama pula dengan cara pandang orang lain. Demikian juga halnya dengan cinta yang mereka alami. Hal ini dikarenakan cinta memiliki kekuatan emosi yang bersifat mendalam atas rasa tertarik terhadap orang lain, bersifat vital dan menetap, yang merupakan sensasi relatif. Artinya seseorang dapat merasakan, mengalami dan memberikan makna dengan cara yang berbeda dengan, melibatkan afeksi, kognisi dan motivasi untuk menjalin dengan erat dan berproses untuk saling memberi dan menerima terhadap orang yang dicintainya itu.

E. PERTANYAAN PENELITIAN