1.2 Rumusan Masalah
Karya sastra selalu menghadirkan interpretasi yang berbeda-beda bagi pembacanya. Hal tersebut disebabkan oleh sifat sastra yang khas dan unik. Teks
sastra mengandung ambiguitas, kadangkala membutuhkan perhatian khusus untuk memahami apa sebenarnya yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya.
Bukan hanya karena banyaknya kosa kata, gaya bahasa, atau diksi yang digunakan di dalam karya sastra. Akan tetapi terdapat semacam penganalogian terhadap
sesuatu hal yang mengandung arti atau amanat yang sepertinya dirahasiakan oleh pengarang, dan menjadi tantangan bagi pembaca untuk memahami apa yang
sebenarnya yang ingin disampaikan pengarang melalui karya tersebut. Perbedaan latar belakang sosial pembaca sangat berpengaruh terhadap interpretasi masing-
masing pembaca. Karya sastra itu pun sebenarnya adalah luapan kebebasan pengarang dalam mengekspresikan ide serta gagasannya tentang apa saja yang
pengarang inginkan. Maka wajar bila timbul perbedaan interpretasi, keberagaman teori, atau pun metodologi penelitian sastra.
Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis novel Pincalang karya Idris Pasaribu melalui pendekatan sosiologi sastra khususnya pada bagian
sosiologi karya. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1
Bagaimanakah konsep pendidikan yang terdapat dalam novel Pincalang karya Idris Pasaribu ?
2 Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang terkandung dalam novel
Pincalang karya Idris Pasaribu ?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan konsep pendidikan yang terdapat dalam novel
Pincalang karya Idris Pasaribu. 2.
Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Pincalang karya Idris Pasaribu.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1
Memberikan masukan dalam pengembangan apresiasi sastra, khususnya karya sastra berupa novel.
2 Memberikan pemahaman mengenai nilai-nilai pendidikan yang
terbangun pada Pincalang Karya Idris Pasaribu. 3
Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam studi sastra dengan tinjauan sosiosastra
Universitas Sumatera Utara
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI,2007: 588, konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar
bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal lain. Konsep atau anggitan adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada
kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang
dipahami. Aristoteles dalam The classical theory of concepts menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan
ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep
dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam karakteristik.
Setiap ahli akan memiliki perbedaan asumsi dalam mendefinisikan sebuah konsep mengenai suatu hal. Sehingga tidak jarang ditemukan beragam pengertian
mengenai suatu konsep tertentu. Oleh sebab itu peneliti akan mencoba
memaparkan definisi tentang istilah yang merupakan konsep dari penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Novel
Sudjiman 1998: 53 mengatakan bahwa novel adalah prosa rekaan yang menyuguhkan tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa serta latar secara
tersusun. Novel sebagai karya imajinatif mengugkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang mendalam dan menyajikannya secara halus. Novel tidak hanya
sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai bentuk seni yang mempelajari dan meneliti segi-segi kehidupan dan nilai-nilai baik buruk moral dalam kehidupan
ini dan mengarahkan pada pembaca tentang budi pekerti yang luhur. Menurut Muhardi dan Hasanuddin 1992: 6, novel adalah sebuah cerita
yang memuat beberapa kesatuan persoalan disertai dengan faktor penyebab dan akibatnya. Persoalan kehidupan yang diangkat seperti kesedihan, kegembiraan
pengkhianatan, kejujuran dan permasalahan kemanusiaan lainnya. Semi 1988: 32 menjelaskan bahwa novel merupakan suatu konsentrasi
kehidupan pada suatu saat yang tegang, dan pemusatan kehidupan yang tegas.. Terkait dengan unsur novel, Semi 1988: 35 menyatakan bahwa novel sebagai
salah satu karya sastra secara garis besar dibagi atas dua bagian 1 struktur luar ekstrinsik, dan 2 struktur dalam intrinsik. Struktur luar adalah segala macam
unsur yang berada di luar karya sastra yang ikut mempengaruhi karya sastra tersebut,misalnya, faktor sosial, ekonomi, sosial, politik, keagamaan, dan tata nilai
yang dianut suatu masyarakat.
2.1.2 Nilai
Universitas Sumatera Utara
Nilai mempunyai kedudukan penting dalam kehidupan, Nilai dapat menjadi ukuran untuk mengetahui tingakatan tinggi rendahnya kualitas sesuatu.
Sesuatu yang mengandung nilai yang tinggi tentunya akan sangat berkualitas. Kualitas akan mempengaruhi sikap kehidupan terhadap objek pemilik nilai
tersebut. Soekanto 1983: 161 menyatakan, nilai-nilai merupakan abstraksi dari
pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan sesamanya. Nilai berupa petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah
laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, nilai dapat dikaitkan sebagai sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Persahabatan sebagai nilai positifbaik tidak akan berubah
esensinya manakala ada pengkhianatan antara dua yang bersahabat. Artinya nilai adalah suatu ketetapan yang ada bagaimanapun keadaan di sekitarnya berlangsung.
Di dalam pendapat lain Milton Receach dan James Bank mengemukakan bahwa definisi nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang
lingkup sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan mengenai sesuatu yang pantas atau sesuatu yang tidak pantas
dikerjakan, dimiliki dan dipercayai. Pandangan ini juga berarti nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu yang telah berhubungan dengan subyek manusia
pemberi nilai. Sementara itu, definisi nilai menurut Frankel bahwa nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi yang mengikat
manusia dan sepatutnya dijalankan serta dipertahankan.
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa pendapat tersebut di atas pengertian nilai dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia untuk mengarahkan
kehidupan atau tingkah laku menusia supaya etis, logis, dan estetis.
2.1.3 Pendidikan
Purwanto 1986: 11 menyatakan bahwa pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Hakekat pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik haruslah orang
yang dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik jika pendidiknya sendiri belum dewasa. Tilaar 2002: 435 mengatakan hakikat
pendidikan adalah memanusiakan manusia. Pendidikan dapat digunakan sebagai sarana mencerdaskan kehidupan
manusia di dalam bermasyarakat dan berbangsa. Orang-orang yang tidak terdidik tentunya cenderung banyak melakukan kesalahan dalam menyikapi berbagai
permasalahan dalam kehidupan. Kesalahan -kesalahan tersebut adalah akibat dari kurangnya pendidikan dan ilmu pengetahuan. Menjalani kehidupan haruslah
diringi dengan perubahan-perubahan yang positif dalam prosesnya guna mencapai tujuan hidup yang baik.
Melalui pendidikan manusia mampu membentuk sikapnya dalam kehidupan menuju keterarahan. Keterarahan tersebut tentunya akan bermuara
pada harkat dan martabat individu di mata masyarakat serta Tuhannya. Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
diharapkan dapat mendewasakan sikap manusia terhadap segala dinamika dan persoalan kehidupan yang sangat beragam. Manusia dalam masyarakat memiliki
cita-cita bagi kehidupannya itu sendiri, banyak jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai cita-cita tersebut, kemudian berjalan atau tidaknya proses pencapaian
maksud dan tujuan tersebut tergantung pada cara manusia tersebut berproses dalam kehidupan itu sendiri. Orang-orang yang terdidik tentunya akan lebih
leluasa dan paham mengenai konsep, sikap, dan arah kehidupan yang baik.
Setiap individu berkewajiban menyumbangkan pengetahuannya untuk masyarakat, meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitar dengan ilmu,
sesuai dengan yang diajarkan agama dan pendidikan. Indikator terpenting kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan dan pengajaran Ratna, 2005: 449.
Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan. Oleh sebab itu, nilai pendidikan di dalam karya sastra selalu menjadi kajian yang sangat menarik.
2.1.4 Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan adalah segala sesuatu yang mendidik ke arah kedewasaan individu atau masyarakat, mendewasakan manusia dan pandangannya dalam
kehidupan yang bersifat baik maupun buruk sehingga berguna untuk dijadikan bahan pembelajaran dalam kehidupan. Nilai-nilai pendidikan dapat dijadikan
sebagai sarana untuk membentuk kepribadian manusia sebagai makhluk yang memiliki ketergantungan antara satu dengan yang lain, sebagai makhluk sosial,
religius, dan berbudaya. Nilai pendidikan merupakan subjek yang dapat
Universitas Sumatera Utara
mendorong sikap manusia dalam kehidupannya untuk menjadikan kehidupan itu sendiri menjadi lebih berharga dan bermanfaat.
Karya sastra yang bersifat mimesis atau tiruan dari kenyataan menggambarkan realitas kehidupan manusia tentunya mengandung nilai
pendidikan yang dapat diimplementasikan masyarakat pembaca dalam kehidupan yang sebenarnya. Kandungan nilai tersebutlah yang menyebabkan karya sastra
menjadi sesuatu yang bermanfaat. Manfaat pastinya adalah sesuatu yang harus kita peroleh dari banyak hal dalam kehidupan, dalam konteks karya sastra, nilai-
nilai yang mendidik di di dalamnya tidaklah bisa kita abaikan keberadaannya. Nilai pendidikan di dalam karya sastra adalah sesuatu yang harus kita cari dan gali
lebih dalam sehingga karya sastra tersebut dapat kita peroleh manfaatnya yang baik untuk kehidupan manusia di masa depan.
2.1.5 Sosiologi sastra
Sosiologi sastra adalah sebuah pendekatan terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatannya. Sosiologi sastra menelaah
secara objektif dan ilmiah antara manusia dalam masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial. Sosiologi mencari tahu bagaimana masyarakat
dimungkinkan, bagaimana ia tetap berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada, dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah perekonomian,
keagamaan, politik, dan lain-lain yang ke semuanya itu merupakan struktur sosial. Sosiologi sastra sebagai sebuah metode yang memahami manusia lewat
fakta imajinatif.
Universitas Sumatera Utara
Fakta-fakta sosial di dalam karya sastra ditelusuri untuk kemudian dibangkitkan hal-hal apa saja yang terkandung di dalam mozaik-mozaik
kehidupan masyarakat yang tersaji dalam karya sastra tersebut. Dengan memahami aspek-aspek kemasyarakatan di dalam sebuah karya sastra tentunya
akan melahirkan nilai-nilai penting yang secara sekilas tanpa melakuakan pendekatan tidak akan dapat terungkap begitu saja. Adanya analisis sosiologi
sastra memudahkan masyarakat sastra untuk lebih memahami dan mengambil pelajaran-pelajaran moral yang tersurat maupun pelajaran-pelajaran yang tersirat
di dalam karya sastra.
2.2 Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra, dengan menggunakan teori ini diketahui dengan jelas penggambaran realitas kehidupan suatu
masyarakat di dalam sebuah karya sastra. Selain itu, dengan sosiologi sastra, karya sastra dapat dikaji dengan memfokuskan perhatian kepada segi-segi sosial
kemasyarakatan. Pedekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan oleh beberapa penulis disebut sosiologi sastra.
Menurut Damono 1984 : 3-4, pendekatan sosiologi ini pengertiannya mencakup berbagai pendekatan, masing-masing didasarkan pada sikap dan
pandangan teoritis tertentu, tetapi semua pendekatan itu menunjukkan satu ciri kesamaan, yaitu mempunyai perhatian terhadap sastra sebagai institusi sosial yang
diciptakan oleh sastrawan sebagai anggota masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Ian Watt Sapardi: 1978 dengan melihat hubungan timbal-balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat, membagi telaah sosiologi sastra ke dalam tiga
hal : 1 Konteks sosial pengarang, yakni menyangkut posisi sosial masyarakat
dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi pengarang sebagai perseorangan di samping
mempengaruhi isi karya sastranya. 2 Sastra sebagai cermin masyarakat, yang ditelaah adalah sejauh mana
sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat. 3 Fungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah berapa jauh nilai sastra
berkaitan dengan nilai sosial, berapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial, serta seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan
sekaligus sebagai pendidikan bagi masyarakat pembaca. Konteks sastra sebagai cermin, menurut Vicomte de Donald dalam
Wiyono,1974:5 hanya merefleksikan keadaan pada saat tertentu. Istilah cermin ini akan merujuk pada berbagai perubahan dalam masyarakat. Dalam pandangan
Lowenthal Laurenson dan Swingewood 1972:16-17 sastra sebagai cermin nilai dan perasaan , akan merujuk pada tingkatan perubahan yang terjadi dalam
masyarakat yang berbeda dan juga cara individu menyosialisasikan diri melalui struktur sosial. Perubahan dan cara individu bersosialisasi biasanya akan menjadi
sorotan pengarang yang tercermin lewat teks. Cermin tersebut, menurut Stendal dapat berupa pantulan langsung segala aktivitas kehidupan sosial. George Lukacs
adalah tokoh sosiologi sastra yang mempergunakan istilah ”cermin” sebagai ciri
Universitas Sumatera Utara
khas dalam keseluruhan karya. Mencerminkan menurut George Lukacs berarti menyusun sebuah struktur mental. Sebuah novel tidak hanya
mencerminkan ”realitas” melainkan lebih dari itu memberikan kepada kita ”sebuah refleksi realitas yang lebih besar , lebih lengkap, lebih hidup, dan
lebih dinamik” yang mungkin melampaui pemahaman umum. Sebuah karya sastra tidak hanya mencerminkan fenomena individual secara tertutup melainkan lebih
merupakan sebuah ”proses yang hidup”. Menurut pandangan Wolf dalam Faruk, 1994: 3, sosiologi sastra
merupakan disiplin tanpa bentuk, tidak terdefenisikan secara baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai percobaan pada teori yang agak lebih
general, yang masing-masing hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan dengan hubungan sastra dengan masyarakat.
Rasionalisasi penelitian sosiologi sastra hadir dari Glickberg 1967: 75 bahwa” all literature, however fantastic or mystical in content, is animated by a
profound social cocern, and this is true of even the most flagrant nihilistic work”. Maksudnya apa pun bentuk karya sastra, baik bersifat fantasi atau pun mistis,
akan besar perhatiannya terhadap fenomena sosial. Karya tersebut bisa dikatakan tetap menampilkan kejadian-kejadian yang ada dalam masyarakat. Pendapat ini
jelas merepresentasikan bahwa seperti apa bentuk karya sastra fantastis dan mistis pun akan besar perhatiannya terhadap fenomena sosial.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti mengarahkan penelitian terhadap isi karya sastra dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
pendekatan teori sosiologi sastra yang memfokuskan pembahasan pada gambaran pendidikan yang terdapat di dalam novel Pincalang karya Idris Pasaribu.
2.3 Tinjauan Pustaka