Nilai Pendidikan Sosial Konsep Pendidikan dalam Novel Pincalang Karya Idris Pasaribu .1 Pendidikan Formal

”Kau harus rajin belajar, Yung. Jangan bodoh seperti aku. Kalau kau pintar, kau akan jadi orang kaya dan senang,” nasihat Amat.” Hal. 107 Kutipan di atas mengandung nasihat dari seorang ayah kepada anaknya dalam sebuah keluarga untuk menjadi seorang yang pintar. Kepintaran tentunya akan banyak menjawab beragam tantangan kehidupan anak di masa yang akan datang. Salah satunya seperti terhindarnya dari kasus pembodohan. Dengan rajin belajar serta menjadi pintar dapat menghindarkan kita dari problematika kehidupan yang berhubungan dengan pembodohan yang merugikan diri kita sendiri serta keluarga. Nasihat yang baik tentunya juga terus-menerus diberikan oleh kedua orang tua kepada anaknya sebagai bahan pembelajaran bagi anak yang terkadang masih buta dengan persoalan masa depan. Nasihat yang baik seperti kutipan di atas akan mendukung perkembangan pola pemikiran anak untuk dapat melakukan hal-hal yang berguna untuk masa depannya agar lebih baik dan sesuai dengan yang diharapakan oleh orang tua.

4.2.3 Nilai Pendidikan Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki sikap ketergantungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya di dalam masyarakat. Manusai tidak dapat hidup sendiri tanpa keterlibatan manusia lain dalam kehidupannya. Interaksi di dalam kehidupan bermasyarakat haruslah berjalan dengan baik demi tujuan kehidupan yang harmonis dan terjaga dari hala-hal yang dapat merusak ketentraman dan kesejahteraan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Pincalang karya Idris Pasaribu tergolong novel yang kaya akan nilai sosial. Di dalam novel Pincalang tergambar kehidupan orang-orang perahu yang memiliki sikap tolong-menolong, kompak, dan memiliki solidaritas yang tinggi di antara sesamanya. ”Keduanya disambut oleh orang-orang yang sudah lebih dahulu berlindung di pulau itu. Mereka berteduh di gubuk tanpa dinding. Di gubuk itu ada tungku dan beberapa potong kayu kering. Biasanya di setiap pulau ada gubuk yang dibangun oleh mereka, dipelihara oleh mereka. Siapa pun mereka selalu menitipkan beberapa potong kayu kering di tempat berlindung. Itu sudah adatnya, adat yang tidak tertulis. Selalu ditaati dan diikuti. Kalau tak mau kualat.” Hal. 13 Kutipan di atas mengandung nilai pendidikan tentang kepedulian sosial yang dimiliki oleh orang-orang perahu. Membuat tempat berteduh untuk dimiliki bersama serta dirawat bersama adalah sebuah kerjasama sosial demi kepentingan bersama yang sangat bernilai. Dari kutipan di atas dapat kita lihat tentang tingginya rasa kebersamaan dan kepedulian sosial di antara orang-orang perahu. Hal tersebut menggambarkan masyarakat yang memegang teguh rasa kebersamaan yang akan sangat berguna untuk selalu diterapkan di dalam berkehidupan bermasyarakat. ”Salah seorang di antara mereka membawa ceret dari Pincalangnya dan air bersih serta bubuk teh dan gula. Biasanya oleh orang yang pertama tiba. Kemudian mereka menunggu Pincalang mana yang akan datang berlindung dan mereka memberikan perlindungan. Seperti sebuah perjanjian tak tertulis. Kenyataannya demikianlah adatnya.” Hal. 13 Kutipan di atas menggambarkan sebuah sisi humanisme yang tinggi yang dimiliki oleh orang-orang perahu. Mereka mempersiapkan segala sesuatunya pada sebuah pulau untuk keperluan orang-orang perahu lainnya yang akan mendarat di pulau tersebut. Memberikan perlindungan atau pertolongan kepada orang lain Universitas Sumatera Utara adalah perbuatan yang sangat mulia yang dapat dilakukan oleh manusia di dalam masyarakat. Manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia memiliki ketergantungan terhadap manusia lain. Dengan tolong-menolong atau saling menjaga dan melindungi di dalam masyarakat akan memupuk rasa persatuan sosial yang berguna bagi kelanjutan dan perkembangan kehidupan. Masyarakat yang seperti ini dapat dijadikan cerminan dan contoh yang baik bagi masyarakat lainnya. ”Maryam datang membawa sepiring nasi, dilumuri kecap kental dan sepotong ikan asin yang dibakar. Sembari menyantap hidangannya, Amat tak melepas kemudinya. Dengan udara cerah seperti itu, matanya boleh awas ke haluan nun di sana. Tak lama kemudian hidangan yang sama diberikan kepada Buyung dan ia memakannya dengan lahap. Kalau Amat mendapatkan segelas kopi, Buyung mendapat segelas teh manis panas. Di tengah laut itu mereka berpapasan dengan empat Pincalang lainnya. Mereka saling melambai, walau susuah mengenal wajah mereka dari kejauhan. Lambaian menjadi pengganti sapaan yang hangat, ucapan selamat mengarungi laut lepas yang ganas dan buas.” Hal. 16 Kutipan di atas menggambarkan tentang kebersamaan yang hangat di kalangan orang-orang perahu. Saling menyapa akan menumbuhkan keakraban di antara masyarakat. Masyarakat yang akrab tentunya akan menemukan keindahan kehidupan dari cara tersebut. Nilai estetis dari kehidupan itu sendiri juga akan dapat dimiliki oleh masyarakat yang akrab seperti yang tergambar dalam kutipan di atas. ”Mari kita kuburkan mereka dengan layak. Mereka adalah manusia ciptaan Tuhan juga. Kuburkan saja, walau kita tidak mengetahui apa agamanya. Kita hanya mampu mendoakan mereka dengan kepercayaan kita,” lagi-lagi si pemegang kemudi meminta dengan santun dan penuh wibawa.” Hal. 42 Orang-orang perahu dalam kutipan di atas menguburkan dan mendoakan mayat bajak laut yang sebelumnya ingin memebunuh dan merampas harta mereka. Rasa kemanusiaan mereka tidak terbatas pada orang-orang tertentu saja, sikap ini Universitas Sumatera Utara tentunya adalah sikap yang sangat mulia yang digambarkan oleh masyarakat Pincalang atau orang-orang perahu. Tidak semua manusia mampu memperlakukan musuhnya dengan sikap yang baik. Akan tetapi hal tersebut mampu dilakukan oleh orang-orang perahu. Hal ini tentunya dapat menjadi contoh yang baik di bagi masyarakat lainnya untuk mencapai kulitas sosial masyarakat yang tinggi. ”Mentari pagi mulai mengintip dari ujung laut sebelah timur. Cahayanya kuning keemasan, bercampur sedikit merah. Cahayanya membias di permukaan laut yang tenang, seakan tidak memiliki ombak dan gelombang. Perlahan mentari melepaskan diri dari balik gunung di ujung sana. Bias- bias warna merah sudah senyap. Cahaya kuning emas mendominasi, berpendar-pendar di atas permukaan laut. Satu-satu terbangun dari tidurnya setelah matahari mengelus-elus mata mereka. Silau. ” Silahkan Minum kopi, ” Amat menyapa mereka yang sudah terbangun.” Hal. 62 Melayani sesama tergambar dalam kutipan di atas yang dilakukan oleh seorang Amat terhadap orang-orang perahu lainnya. Saling melayani akan menumbuhkan rasa kebersamaan yang bermanfaat di dalam masyarakat. Sikap tersebut dapat mengubah perbedaan yang ada menjadi hal yang positif dan bermanfaat bagi sesama. Melayani juga merupakan wujud dari kepedulian sosial yang harus dimiliki oleh setiap masyarakat. ”Tidak dengan Amat. Tubuhnya kelihatan kokoh dengan bisepnya yang menonjol dan tatapan matanya yang tajam penuh wibawa. Cepat mengambil keputusan dan tak mau surut jika sudah mengambil keputusan. Sekali layar terkembang, pantang lari dari gelombang, begitulah sosoknya. Sikapnya yang suka menolong dan teguh pendirian itu membuat banyak orang-orang Pincalang menyeganinya”. Hal. 72 Kutipan di atas mengajarkan tentang nilai keteguhan pendirian dalam menghadapi segala tantangan hidup. Manusia dalam masyarakat yang berpendirian teguh dalam menjalani hidup tidak akan pernah lari dari permasalahan kehidupan. Semakin banyak permasalahan akan berdampak pada Universitas Sumatera Utara kualitas pribadi individu tersebut yang akan semakin meningkat. Suka menolong juga tergambar dalam kutipan di atas. Suka menolong merupakan sikap sosial yang mencerminkan kepedulian antara sesama masyrakat. Manusia yang memiliki sikap demikian tentunya akan selalu mendapat tempat yang baik serta penilaian yang baik di mata masyarakat. ” Ayah Amat tampak tak terlalu percaya. Dia minta agar ibu Amat ikut mendampingi mereka. Besok dia akan menyusul naik perahu. Amat menyetujui. Malam itu mereka melanjutkan pelayaran ke pulaunya. Perasaan ayah Amat tak tenang. Di benaknya pasti ada sesuatu. Jika tiada berada, tak mungkin tempua bersarang rendah.” Hal. 108 Kutipan di atas mengandung nilai pendidikan yang disampaikan melalui sebuah pribahasa yang megandung arti jika ada sesuatu hal yang tidak lazim terjadi berarti hal tersebut mengindikasikan sesuatu hal yang tidak lazim pula. Ada sesuatu yang harus kita telusuri di balik ketidaklaziman tersebut. Atas dasar hal itu, manusia dalam masyarakat tentunya harus peka serta memahami segala gejala yang ada disekitarnya. Dengan bersikap demikian manusia dapat mempersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi dinamika kehidupan yang sangat beragam. ”Maryam senang mendengarkan. Dia membayangkan hidup di darat. Dalam bayangannya, mereka hidup seperti orang-orang darek. Punya sepeda dan tidak takut lagi diterpa hujan, gelombang, dan angin kencang. Dipeluknya suaminya itu dan diciumnya. Itu membuat hati Amat menjadi senang. Banyak orang Pincalang tak mampu hidup berdampingan dengan orang-orang yang bermukim di darat karena berbagai alasan. Orang di darat itu jahat, jangan didekati. Orang darat itu kerjanya menipu saja. Amat justru berpikiran lain. Dia harus mencobanya dulu.” Hal. 109 Kutipan di atas mengajarkan kepada masyarakat untuk tidak berhenti melakukan sesuatu karena alasan kekahwatiran akan berdampak buruk bagi kehidupannya. Tokoh Amat dalam kutipan di atas menunjukan sikap beraninya Universitas Sumatera Utara mencoba sesutau yang belum pernah ia coba sebelumnya. Untuk dapat melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik, di dalam kehidupan manusia memang harus memiliki keberanian dalam menghadapi suatu hal yang tergolong baru dalam kehidupannya. Sikap berani tentunya adalah sebuah jalmencobaan yang dapat ditempuh masyarakat yang ingin mengubah nasibnya menuju kehidupan yang lebih bermartabat. ”Amat selalu melihat kapal terbang di langit tinggi. Dari pantat kapal terbang keluar asap putih. Alangkah senangnya orang-orang yang bisa terbang. Selain kapal terbang, Amat juga pernah melihat kapal laut besar nun jauh di ujung pulaunya. Dia juga mendengar ada kapal yang bisa menyelam, seperti manusi saat menombak ikan.” Hal. 110 Kutipan di atas mengandung nilai keindahan dalam menggapai cita-cita atau impian. Masyarakat dalam kehidupan tentunya memiliki harapan-harapan tertentu terhadap masa depannya. Akan tetapi tidak semua orang mampu atau bahkan memiliki keinginan yang direalisasikannya dengan perbuatannya dalam kehidupan untuk menggapai harapan-harapan tersebut. Ada orang yang pada akhirnya mengabaikan harapan-harapan yang ada di dalam pikirannya tentang sebuah cita-cita. Masyarakat yang demikian adalah orang-orang ynag tidak menyadari akan keindahan menggapai impian. Kutipan di atas tentunya mengajarkan kepada masyarakat tentang nilai keindahan dalam bercita-cita serta nilai keindahan dalam menjaga dan mencapai sebuah impian. ”Bagi ayah Amat yang terpenting adalah mencari uang banyak. Beli Pincalang yang banyak. Bila sudah punya dua atau tiga Pincalang, tinggal duduk tenang dan uang datang sendiri. Tapi, tidak bagi Amat. Dia harus Universitas Sumatera Utara punya rumah di darat dan punya otoprah. Anaknya harus jadi orang pintar.” Hal. 111 Kutipan di atas mengajarkan nilai mengenai keluasan tujuan hidup yang tidak hanya terbatas pada memiliki uang banyak saja. Ada tujuan-tujuan hidup lainnya yang lebih mulia dari pada hanya sekedar memiliki uang banyak yang dapat memenuhi kebutuhan hidup yaitu dengan bersekolah dan menjadi orang pintar. ”Kepada kedua orang suruhannya, Sangkot dan Lokot, yang sudah diangkat menjadi adiknya, Amat tetap mengajarkan bagaimana bekerja keras untuk meniti hidup.” Hal. 122 Nilai mengenai kerja keras dalam kehidupan jelas tergambar dalam kutipan di atas. Kerja keras adalah pilihan yang harus dipilih oleh manusia dalam masyarakat jika ingin menjadi seseorang yang berhasil dalam mencapai tujuan- tujuan dalam kehidupannya. Kerja keras dapat menyelesaikan banyak tanggung jawab yang dibebankan terhadap manusia dalam kehidupan. ”Mengikuti kehendak alam saja bukan sesuatu yang buruk. Akan lebih baik jika segala sesuatunya dipelajari lebih dalam, kata pak haji pada Amat waktu itu.” Hal. 124 Kutipan di atas mengandung nilai tentang totalitas. Segala sesuatu yang benar-benar dipahami secara mendalam dapat mengurangi risiko yang tidak baik dalam pelaksanaan hal tersebut. Universitas Sumatera Utara ”Hanya dengan sekolah dan kerja keras, nasib bisa berubah menjadi lebih baik. Tuhan tidak akan memberi rezeki kepada orang-orang bodoh dan pemalas. Ingat ceramah guru ngajimu,” Amat menyemangati.” Hal.141. Kutipan di atas mengandung nilai tentang pendidikan serta kerja keras. Pendidikan dan kerja keras adalah jalan yang dapat ditempuh masyarakat dalam kehidupan jika ingin merubah nasibnya. Pendidikan dan kerja keras adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, pendidikan tanpa kerja keras akan menuai hasil yang kurang maksimal, begitu juga sebaliknya, kerja keras tanpa pendidikan akan menurunkan standar tentang hal-hal yang dapat diperoleh dari kerja keras tersebut. ”Sopan santun dan tata krama lebih kuat dari bentakan. Percayalah .” Hal.167 Kutipan di atas mengindikasikan tentang betapa tingginya nilai serta kedudukan dari tata krama serta sopan santun di dalam kehidupan. Segala aktifitas kehidupan manusia dalam masyarakat akan lebih baik jika dalam pelaksanaannya mengedepankan kedua hal tersebut di atas.

4.2.4 Nilai Pendidikan Religius