aquadest , sehingga yang terdapat dalam fase heksan hanya beta karoten dari
wortel. Dalam proses ekstraksi ini dilakukan penyeragaman kondisi percobaan,
seperti kecepatan putar sentrifuge dan stirer, serta lama waktu sentrifugasi dan ekstraksi. Hal ini bertujuan agar jumlah beta karoten yang terekstraksi antar
replikasi tidak berbeda jauh.
Tabel V. Serapan dan jumlah beta karoten dalam 1 g filtrat
Replikasi Serapan A
Σ beta karoten
dalam 1 g filtrat x ± SD
CV 1
1,067 0,08304
mg 2
1,056 0,08218
mg 3
1,059 0,08241
mg 0,08254± 0,00044
0,540
Dengan memasukkan nilai serapan beta karoten dalam filtrat ke dalam persamaan kurva baku Y = 0,15927 X + 0,00890 maka diperoleh jumlah beta
karoten dalam tiap 1 g filtrat perasan wortel yang akan dimasukkan dalam sediaan gel yaitu sebesar 0,08254± 0,00044 mg.
C. Optimasi Pembuatan Gel UV Protection Filtrat Perasan Wortel Daucus carota, Linn.
Pada optimasi formula gel UV protection filtrat perasan wortel Daucus carota,
Linn. yang dilakukan dalam penelitian, 7 g filtrat wortel yang dimasukkan dalam 200 g sediaan gel memberi hasil yang baik secara estetika
dimana gel yang dihasilkan berwarna oranye jernih. Sediaan gel tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengandung beta karoten sebanyak mg
x g
g 08254
, 200
7 = 2,8889 x 10
-3
mg b
b atau 0,28889 mg beta karoten dalam 200 g sediaan gel.
Umumnya dalam pembuatan sediaan gel digunakan etanol untuk memberi sensasi dingin pada kulit saat terjadi evaporasi etanol dari sediaan akibat suhu
tubuh dan suhu lingkungan. Namun adanya alkohol pada preparasi gel carbopol dapat menurunkan viskositas dan kejernihan gel yang dihasilkan Allen, 2005.
Penurunan viskositas ini dapat mempengaruhi daya sebar gel yang dihasilkan, sedangkan kejernihan gel berpengaruh pada segi estetika penerimaan konsumen.
Selain itu etanol sendiri bersifat iritatif terhadap kulit, apalagi jika penggunaannya dalam jumlah banyak. Oleh karena itu dalam penelitian ini tidak digunakan
etanol, melainkan aquadest. Aquadest juga dapat menghasilkan sensasi dingin seperti etanol dan tidak mengiritasi kulit.
Hal lain yang perlu diperhatikan pada sediaan gel yaitu bila terjadi evaporasi aquadest yang berlebihan maka akan mempengaruhi konsistensi
sediaan gel dan sifat fisisnya, selain itu dapat pula menyebabkan dehidrasi pada kulit. Oleh karena itu dalam optimasi formula gel ini digunakan humektan yang
berfungsi sebagai pelembab, dengan mekanisme kerja menarik uap air dari lingkungan di sekitarnya. Penggunaan dua macam humektan gliserol dan
proplenglikol secara bersamaan akan memperbaiki sifat fisis gel yang dihasilkan. Menurut Buchmann 2001 penggunaan gliserol dapat meningkatkan kelarutan
solut lipofilik, dalam penelitian ini yaitu beta karoten sehingga lebih terdispersi dalam matriks gel yang bersifat hidrofilik. Penggunaan propilenglikol yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bersifat higroskopis Boyland, 1986 akan menjaga konsistensi sediaan gel yang terbentuk.
Pada penelitian juga dilakukan modifikasi formula terhadap jumlah Trietanolamin TEA yang digunakan, dari semula 4,2 g dalam 200 g gel menjadi
1 g dalam 200 g gel. Penggunaan TEA dengan jumlah yang lebih sedikit ini disesuaikan dengan konsistensi gel yang terbentuk. Bila digunakan TEA dalam
jumlah yang lebih banyak sesuai formula awal yaitu 4,2 g, gel yang terbentuk terlalu viskous kental selain itu pH gel akan semakin basa sehingga kurang
isohidris dengan kulit sehingga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan.
Tabel VI. pH Gel
Formula pH
± SD
I 5,43
± 0,011
II 5,45
± 0,005
III 5,51
± 0,010
IV 5,76
± 0,000
V 5,80
± 0,010
Rata-rata pH gel yang dihasilkan berkisar antara 5,43-5,80 dimana pH ini termasuk dalam rentang pH kulit normal yaitu 4,5-6 Anonim, 2007 sehingga
bersifat isohidris dan kurang iritatif pada penggunaannya. Menurut Allen 2005, viskositas maksimum dan kejernihan gel terjadi pada pH 7, namun viskositas dan
kejernihan yang dapat diterima dimulai pada pH 4,5-5 sampai dengan pH 11. Sediaan gel yang dihasilkan bila dibandingkan dengan literatur sudah memiliki
viskositas dan kejernihan yang cukup baik dan dapat diterima masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada penelitian juga ditambahkan pengawet yaitu metil paraben sebanyak 0,2 ke dalam filtrat perasan wortel untuk menjaga kestabilan filtrat
sebelum dimasukkan ke dalam gel. Hal ini disebabkan karena filtrat yang digunakan mengandung banyak air yang merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan mikrobia. Namun pada sediaan gel tidak ditambahkan pengawet lagi karena humektan yang digunakan gliserol dan propilenglikol dapat berfungsi
sebagai pengawet Anonim, 1983; Ansel, 1989.
D. Prediksi Nilai SPF Beta Karoten dalam Filtrat Perasan Wortel Daucus carota, Linn.