UNDANG-UNDANG NO.20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
A. Tinjauan Umum Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana atau peristiwa pidana adalah sebagai terjemahan dari bahasa Belanda “Strafbaar Feit” atau “delict”. Istilah peristiwa pidana dikenal pula
beberapa terjemahan, antara lain perbuatan pidana, pelanggaran pidana, perbuatan yang boleh dihukum dan perbuatan yang dapat dihukum.
51
Tindak pidana atau delik ialah perbuatan yang melanggar undang-undang, dan oleh karena itu bertentangan
dengan undang-undang yang dilakukan dengan sengaja oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan.
52
Pembentuk Undang-undang telah menggunakan perkataan tindak pidana dengan istilah “Strafbaar Feit”. Perkataan “feit” dalam bahasa Belanda berarti
sebagian dari suatu kenyataan atau “een gedeelte van de werkelijkheid”, sedangkan “strafbaar” berarti dapat dihukum, sehingga secara harafia perkataan “strafbaar
feit”. Pembentuk Undang-undang tidak memberikan sesuatu penjelasan mengenai apa yang sebenarnya “strafbaar feit”, maka timbullah doktrin berbagai pendapat tentang
apa sebenarnya yang “strafbaar feit” tersebut.
53
51
C. S. T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hal. 36.
52
Ibid., hal. 30.
53
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia III, PT.Citra Adtya Bakti, Bandung, 1997, hal.181.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa sarjana memberikan perumusan mengenai pengertian tindak pidana, diantaranya
54
yaitu D.Simon menyatakan bahwa peristiwa pidana adalah “Een Strafbaargestelde, onrechtmatige, met schuld in verband staande handeling van een
toerekeningsvatbaar person” yang mempunyai arti yaitu perbuatan salah dan melawan hukum yang diancam pidana dan dilakukan oleh seseorang yang mampu
bertanggung jawab.Peristiwa pidana merupakan perbuatan melawan hukum yang berkaitan dengan kesalahan schuld seseorang yang mampu bertanggung jawab.
Kesalahan yang dimaksud adalah kesalahan dalam arti luas meliputi dolus sengaja dan culpa late alpa dan lalai. Simon mencampurkan unsur-unsur perbuatan pidana
yang meliputi perbuatan dan sifat melawan hukum dan pertanggungjawaban pidana, mencakup kesengajaan, kealpaan serta kelalaian dan kemampuan bertanggung
jawab.
55
Van Hamel menguraikannya sebagai perbuatan manusia yang diuraikan oleh undang-undang, melawan hukum, patut atau bernilai untuk dipidana, dan dapat dicela
karena kesalahan.
56
Pompe memberikan dua definisi yaitu bersifat teoretis dan yang bersifat perundang-undangan. Definisi teoretis, ialah pelanggaran norm kaidah, tata hukum
yang diadakan karena kesalahan pelanggar dan yang harus diberikan pidana untuk Vos, menyatakan peristiwa pidana adalah suatu peristiwa yang
dinyatakan dapat dipidana oleh undang-undang Een strafbaar feit is een door de wet strafbaar gesteld feit.
54
C. S. T. Kansil Op.Cit., hal. 37.
55
Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana 1, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal. 224.
56
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dapat mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum. Menurut hukum positif, peristiwa pidana itu suatu peristiwa yang oleh undang-
undang ditentukan mengandung handeling perbuatan dan nalaten pengabaian, tidak berbuat, berbuat pasif biasanya dilakukan dalam beberapa keadaan, merupakan
bagian suatu peristiwa. Van Bemmelem menyatakan toerekenbaarheid van het feit of
toerekeningsvatbaarheid van de dader yaitu bahwa syarat untuk pemidanaan pembuat delik ialah peristiwa tersebut dapat dipertanggungjawabkan kepada pembuat. Van
Bemmelem juga menambahkan bahwa dari asas-asas hukum yang diterima umum disyaratkan pembuat harus mempunyai Schuld kesalahan dan peristiwa itu
menyebabkan pembuat dapat disesali serta dilakukan atau diwujudkan dengan melawan hukum.
Hazewinkel-Suringa istilah Strafbaar feit terpilih untuk setiap langka yang dilarang disertai ancaman pidana, terdiri atas berbuat maupun pengabaian. Ia menolak
istilah strafwaardig feit, dengan alasan bahwa tiap-tiap peristiwa yang bernilai untuk dipidana belum tentu dapat dipidana. Definisi strafbaar feit karena batasan demikian
dapat memperkecil atau memperluas uraian delik yang tercantum di dalam pasal- pasal KUHPidana.
Moeljatno mengatakan bahwa pengertian perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman sanksi yang
Universitas Sumatera Utara
berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
57
Bahwa pokok pikiran dalam perbuatan pidana diletakkan pada sifatnya perbuatan dan bukan
pada sifatnya orang yang melakukannya.
58
Moeljatno berpendapat yang dikutip oleh Adam Chazawi perbuatan pidana lebih tepat digunakan dengan alasan sebagai berikut :
59
a. Perbuatan yang dilarang adalah perbuatannya perbuatan manusia, yaitu suatu
kejadian atau keadaan yang ditimbulkan oleh kelakuan orang, artinya larangan itu ditujukan pada perbuatannya. Sementara itu, ancaman pidananya itu ditujukan
pada orangnya. b.
Antara larangan yang ditujukan pada perbuatan dengan ancaman pidana yang ditujukan pada orangnya, ada hubungan yang erat. Oleh karena itu, perbuatan
yang berupa keadaan atau kejadian yang ditimbulkan orang tadi, melanggar larangan dengan orang yang menimbulkan perbuatan tadi ada hubungan erat
pula. c.
Untuk menyatakan adanya hubungan yang erat itulah, maka lebih tepat digunakan istilah perbuatan pidana, suatu pengertian abstrak yang menunjuk
pada dua keadaan konkret yaitu pertama, adanya kejadian tertentu perbuatan, dan kedua, adanya orang yang berbuat atau yang menimbulkan kejadian itu.
57
Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1983, hal. 11.
58
Ibid., hal. 14
59
Adam Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana bagian I, Raja Grafindo Persada.2002, Jakarta, hal. 73
Universitas Sumatera Utara
Komariah Emong Supardjadja berpendapat bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan manusia yang memenuhi perumusan delik, melawan hukum dan pembuat
bersalah melakukan perbuatan itu. Pada dasarnya tindak pidana adalah perbuatan atau serangkaian perbuatan yang padanya diletakkan sanksi pidana. Perbuatan pidana
dengan demikian dilihat dari istilahnya, hanya sifat-sifat dari perbuatan saja yang meliputi suatu tindak pidana sedangkan sifat-sifat orang yang melakukan tindak
pidana menjadi bagian dari persoalan lain, yaitu pertanggungjawaban pidana. Terdapat pemisahan antara pertanggungajwaban pidana dan tindak pidana, yang
dikenal dengan paham dualisme, yang memisahkan antara unsur yang mengenai perbuatan dengan unsur yang melekat pada diri orangnya tentang tindak pidana.
60
Pembedaan ini menimbulkan konsepsi yang bukan hanya perlu memisahkan antara tindak pidana dan pertanggungajwaban pidana, tetapi lebih jauh memisahkan
pertanggungjawaban pidana dengan pengenaan pidana. Berdasarkan hal ini pengkajian juga diarahkan untuk mendalami bagaiman teori pemisahan tindak pidana
dan pertanggungjawaban pidana seharusnya diterapkan dalam mempertanggungjawabkan dan mengenakan pidana terhadap pembuat tindak
pidana.
61
Indrianto Seno Adji mengatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan seseorang yang diancam pidana, perbuatannya bersifat melawan hukum, terdapat
60
Chairul Huda,Dari Tiada Pidana Tanpa kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan,Prenada Media, Jakarta, 2006, hal 28.
61
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
suatu kesalahan dan bagi pelakunya dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya.
62
Marshall mengatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan atau omisi yang dilarang oleh hukum untuk melindungu masyarakat dan dapat dipidana
berdasarkan prosedur hukum yang berlaku. Konsep KUHP, tindak pidana diartikan sebagai perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana. Konsep ini juga mengemukakan bahwa untuk dinyatakan sebagai
tindak pidana, selain perbuatan, harus juga bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat. Tindak pidana selalu dipandang
bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan pembenar.
63
Aturan mengenai tindak pidana dapat dikenali dengan perbuatan-perbuatan yang dilarang dan karenanya tidak boleh dilakukan, seperti yang dikatakan “The rules
which all of you us what we can and cannot do”. Aturan tersebut menentukan perbuatan yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.
64
2. Unsur dan Jenis Tindak Pidana