31
yang netral, maka hal ini akan menjadikan petunjuk bagi subjek dalam menjawab pertanyaannya.
2.2 Remaja Tunanetra
2.2.1 Pengertian Remaja Tuna Netra
Santrock 2002 menjelaskan masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Hurlock 1980 membagi masa remaja
menjadi masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal berlangsung kira-kira antara usia 13-16 tahun, dan masa remaja akhir berlangsung antara usia
16-18 tahun. Menurut Santrock 2003 perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat
badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh badan
menjadi semakin panjang dan tinggi. Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki dan
tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh Sarlito Wirawan Sarwono, 2006: 52. Sementara itu, Erikson dalam Alwisol, 2009 mengatakan bahwa masa remaja
merupakan masa krisis. Hal ini dikarenakan pada masa ini remaja berusaha untuk menemukan indentitas dirinya. Kekacauan indentitas mungkin terjadi seperti
terbaginya gambaran diri, ketidakmampuan membina persahabatan yang akrab, dan lain sebagainya. Kekacauan identitas yang berlebih dapat mengakibatkan
penyesuaian diri yang patologis dalam bentuk regresi ke perkembangan sebelumnya.
Pengertian Individu yang mengalami tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya kedua-duanya tidak berfungsi sebagai saluran penerima
32
informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang yang punya penglihatan yang baik. Sementara itu, pemilihan subjek remaja yang memiliki kisaran umur
12-17 tahun yang dipilih oleh peneliti dengan asumsi bahwa remaja penyandang tunanetra sudah matang dalam berbahasa dibandingkan dengan anak penyandang
tunanetra.
2.2.2 Tunanetra dalam Tinjauan Mendetail
a. Jenis-jenis Tunanetra. Berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatan, tunanetra terbagi atas
dua macam yaitu buta dan low vision . Dikatakan buta jika individu sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar Somantri, 2007. Definisi
ketunanetraan menurut WHO didasarkan pada ketajaman penglihatan dan lantang pandang yang dimiliki seseorang. Seseorang dikatakan buta jika ketajaman
penglihatannya 360, sedangkan low vision jika 618 sampai ≥360, dengan lantang pandang 20 . Mason Mc Call, 1999. Kebutaan atau ketunanetraan
memiliki beberapa istilah dan pengertian. Menurut aspek pendidikan, definisi ketunanetraan didasarkan pada fungsi penglihatan untuk kepentingan pendidikan,
sehingga diklasifikasikan kedalam tiga kategori, yaitu : 1.
Blind buta: seseorang yang belajar menggunakan materi perabaan dan pendengaran
2. Low vision kurang lihat: seseorang yang dalam belajarnya masih
dapat menggunakan penglihatannya dengan adaptasi tertentu 3.
Limited vision: seseorang yang mengalami gangguan penglihatan dalam belajar pada situasi yang normal
33
b. Penyebab Gangguan Pengelihatan Klasifikasi dari gangguan penglihatan lazimya didasarkan pada daerah
permasalahan secara anatomis. Seperti kelainan dapat dikelompokkan ke dalam struktur refraktif mata, anomali otot di dalam sistem penglihatan, dan struktur
reseptif dari mata. a.
Masalah-Masalah Refraktif Jenis yang paling umum dari gangguan penglihatan adalah di dalam
masalah-masalah refraksi yang terjadi ketika struktur refraksi dari mata kornea atau lensa gagal untuk memfokuskan cahaya secara tepat ke
retina. Terdapat empat jenis masalah refraktif: hyperopia mata jauh, myopia mata dekat, astigmatismepenglihatan kabur, dan katarak lensa
menjadi buram atau tak tembus cahaya. b.
Kelainan-Kelainan Otot Kelainan-kelainan ini timbul ketika satu atau lebih otot mata yang utama
menjadi lemah dan tidak stabil, yang mengakibatkan hilangnya kontrol dan kemampuan untuk menjaga tegangan tension. Individu-individu
yang menderita
kelainankelainan otot
umumnya memiliki
kesulitanhambatan dalam menjaga fokus mereka terhadap benda tertentu bahkan untuk waktu yang sangat singkat. Terdapat tiga jenis kelainan-
kelainan otot: nystagmus gerakan mata cepat yang tak terkontrol, strabismus mata juling, amblyopia mata yang nampak normal, tetapi
tidak berfungsi seharusnya.
34
c. Masalah-Masalah Reseptif
Kelainan-kelainan ini diakibatkan dari degenerasi atau kerusakan retina dan syaraf optik. Kelainan yang diasosiasikan denga struktur
reseptif dari mata meliputi atrophy optik, retinitis pigmentosa, lepas retina, retinopathy prematur ROP. Usia terjadinya kehilangan penglihatan
secara signifikan mengubah tingkatan dan variasi dari dampak pada perkembangan seseorang. Apabila penglihatan hilang sebelum usia 5
tahun, gambaran-gambaran visual yang berguna dapat hilang dan pengaruh negatif pada fungsi secara keseluruhan cenderung menjadi yang paling
besar. Apabila penglihatan terganggu atau hilang pada usia setelah 5 tahun, beberapa ingatan-ingatan visual dapat tersimpan dan dapat
membantu “dalam membayangkan dan memahami konsep-konsep” Best, 1992, hal. 3. Ingatan-ingatan visual akan tersimpan selama beberapa
tahun.
2.2.3 Karateristik Tunanetra