tema cerita mimpi yang telah ditentukan peneliti kepada subjek. Waktu pengambilan data dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati oleh
subjek yang bersangkutan.
4.2 Hasil Penelitian
Berikut adalah profil subjek dalam penelitian ini:
4.2.1 Subjek I 1.
Profil Subjek I Pandangan Diri Subjek
Subjek merupakan seorang remaja berusia 16 tahun dan merupakan siswa kelas 1 SMA yang bersekolah di SMAN Aliyah, Maguwoharjo.
Subjek mengalami kebutaan dengan golongan low vision yaitu tahap seseorang
yang dalam
belajarnya masih
dapat menggunakan
penglihatannya dengan adaptasi tertentu. Subjek memiliki hobi bermain bersama teman-temannya seperti nonton sepak bola dan konser musik.
Subjek juga merupakan seorang yang taat menjalankan sholat lima waktu serta membaca al-quran.Subjek memandang dirinya merupakan sosok
yang mudah bergaul dan bersosialisasi. Ia melihat kekurangan dirinya adalah sosok yang mudah marah ketika menghadapi sesuatu, seperti ketika
dirinya mendapatkan ejekan dari lingkungan sekitarnya mengenai dirinya yang memiliki keterbatasan dalam melihat. Subjek sendiri sebenarnya
merasa puas untuk menerima dirinya saat ini. Cita-cita yang diinginkan subjek adalah untuk menjadi seseorang
yang berguna bagi bangsa dan agama. Subjek selalu berusaha belajar
dengan baik dan menjalankan perintah agamanya. Subjek bercerita mengenai pengalaman menyenangkannya ketika dirinya masih kecil yaitu
ketika dimanjakan oleh orangtua dan saudara terdekat. Ketika menceritakan kembali pengalamannya subjek merasakan kerinduan dan
ingin mengulang waktu kembali. Ketika menceritakan pengalaman yang paling menakutkan yaitu saat mengalami gempa di tahun 2006, ia masih
merasa takut dan kekhawatiran jika kejadian tersebut terulang kembali.
Relasi Dengan Keluarga
Subjek memiliki kedua orangtua yang juga mengalami kebutaan. Subjek merasakan keharmonisan dan kedekatan di dalam keluarganya.
Ayah subjek bekerja sebagai tukang pijit, sedangkan ibu berwirausaha, yaitu membuka warung. Subjek memandang ayah sebagai sosok yang
penyayang dan selalu bekerja keras, namun memiliki kekurangan yaitu sering memaksakan kehendaknya dengan meminta anak agar menjadi
seperti dirinya. Subjek memandang ibu sebagai sosok yang penyayang dan
memiliki ketajaman perasaan tentang kejadian sekitarnya. Ketajaman perasaan yang dialami bermula ketika subjek mengalami kecelakaan
ketika berboncengan dengan teman sekolahnya. Ketika ibunya berada di rumah, ibu subjek sudah mengalami perasaan tidak enak dan mengetahui
bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan anaknya. Menurut Ibu Asrama relasi subjek dengan orangtua sangat baik, karena orangtua subjek
terkadang dating berkunjung untuk melihat kondisi anaknya di asrama.
Relasi dengan Teman Sebaya
Subjek memiliki banyak teman sebaya di asrama, di rumah, maupun di sekolah. Subjek bercerita mengenai perbedaan pengalaman
ketika berkumpul dengan teman-teman sekolahnya yang kebanyakan dapat melihat dan ketika berkumpul dengan teman asramanya yang seluruhnya
merupakan penyandang tunanetra. Subjek merasa lebih bebas dalam bergerak ketika berkumpul bersama dengan teman sekolahnya, seperti
contohnya ketika mengajak menonton bola di stadion maguwoharjo ataupun menonton konser, teman sekolahnya langsung menyetujui dan
akhirnya menonton bersama-sama. Berbeda ketika subjek mengajak teman sesama tunanetra, yang menolak karena merasa dirinya tunanetra dan
memiliki banyak kecemasan ketika mereka akan melakukan suatu hal. Subjek merasa ruang geraknya lebih bebas ketika berkumpul bersama
teman sekolahnya dibandingkan ketika berkumpul bersama teman asrama. Ketika subjek mengalami permasalahan dengan temannya, subjek
biasanya hanya membiarkannya sampai kondisinya kembali baik seperti semula.
Untuk relasi subjek dengan teman lawan jenis sendiri, subjek merasa suatu hal yang berbeda ketika berkumpul dengan teman perempuan
di sekolahnya dan teman teman di asrama. Subjek merasa bahwa teman perempuan di sekolahnya lebih santai dan terbuka, sedangkan teman di
asrama cenderung lebih tertutup. Subjek bercerita bahwa beberapa kali subjek dekat dengan seorang perempuan, namun mengalami penolakan.
Hal tersebut tidak menghentikan semangat subjek dan saat ini pun subjek sedang menjalin proses relasi pendekatan pada seorang perempuan. Ibu
Asrama menjelaskan bahwa subjek merupakan anak yang mudah bergaul dengan teman sebaya di asrama. Subjek pun rajin dalam menjalankan
kegiatan keanggotaan di asramanya.
Relasi dengan Lingkungan Sekitar
Ketika berelasi dengan orang sekitar, subjek tetap merasa bersyukur dan puas dengan keadaannya yang menyandang tunanetra.
Subjek cukup aktif dalam kegiatan sosial misalnya dalam keagamaan. Subjek hanya terkadang merasa marah ketika orang lain memandang
dirinya sebelah mata. Seperti ketika di rumahnya lingkungan sekitar berkata bahwa dirinya sebaiknya tidak boleh kemana-mana dan tidak usah
berpergian, karena tempatnya hanya di rumah. Subjek pun terkadang merasa sedih dan jatuh seketika, namun tidak daat berbuat apa-apa dan
hanya bisa mendiamkan saja apa yang dialami. Ketika dirinya berada di jalan subjek juga sering kali mendapatkan
perlakuan yang tidak baik dari lingkungan sekitarnya. Subjek pernah suatu ketika mendapatkan ejekan dari orang sekitarnya dengan berteriak padanya
“lurus, lurus, awas nabrak...” Subjek pun akhirnya membalas orang yang memperlakukan dirinya dengan tidak sopan dengan perkataan yang kasar
dan tidak sepantasnnya. Subjek seringkali merasa marah dan kecewa dengan pandangan lingkungan sekitarya yang hanya memandang dirinya
sebelah mata. Ibu Asrama menjelaskan bahwa subjek memiliki perilaku
yang sopan terhadap lingkungan sekitar dengan keterbatasan yang dia miliki.
2. Kebutuhan Psikologis Need dan Tekanan Press Subjek I