dan keterhubungan dengan menjaga otonomi diri, selama tetap terhubung dengan sistem relasi Bowen dalam Timm Keiley, 2011.
Scnarch dalam Timm Keiley, 2011 berpendapat bahwa kemampuan diferensiasi diri dalam relasi intim mengarahkan pasangan
untuk dapat berbicara secara terbuka mengenai berbagai masalah, kebutuhan, dan fantasi seksual tanpa dibebani rasa cemas.
Beebe, S.A, et al 2011 memandang komunikasi seksual sebagai ungkapan individuakan hasrat seksual secara verbal maupun
nonverbal. Ungkapan akan hasrat seksual tersebut, baik secara verbal maupun nonverbal, merupakan salah satu bentuk dari ekspresi seksual.
Beberapa penelitian yang dirangkum dalam Murray, Ciarrocchi, dan Murray-Swank 2007 telah menunjukkan bahwa terhambatnya
ekspresi seksual disebabkan oleh pengaruh sikap religiusitas dengan sex guilt sebagai mediatornya. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa perilaku komunikasi seksual turut dipengaruhi pula oleh sikap religiusitas yang dimiliki oleh individu.
C. Perempuan Dewasa Menikah
1. Definisi
Usia dewasa dikategorikan menjadi dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa lanjut Hurlock, 1980. Subjek dewasa pada penelitian ini
adalah perempuan dewasa awal usia18-40 tahun dan perempuan dewasa madya usia 40-60 tahun. Didalam tahap perkembangan psikososial
Erikson, isu utama permulaan masa dewasa ditandai dengan munculnya rasa intimasi versus isolasi Papalia et al., 2008. Apabila pada tahap ini
seorang individu dewasa tidak dapat membuat komitmen personal terhadap orang lain, maka mereka akan terisolasi dan lebih terpaku pada
pikiran atau kegiatannya sendiri. Oleh karena itu, setiap individu pada tahap ini akan berusaha menyelesaikan tugas perkembangannya yakni
dengan mencapai intimasi. Masa dewasa mencirikan adanya sikap kedewasaan yang
menunjukkan adanya sikap pertanggungjawaban penuh atas pembentukan diri sendiri Kartono, 1992. Dalam hal ini, perempuan dianggap dewasa
apabila seorang perempuan mampu memahami dirinya sendiri dan mulai merencanakan pola hidup bagi masa depannya. Menurut Kartono 1992,
perempuan dewasa adalah perempuan yang sudah memiliki bentuk dan sifat yang relatif stabil. Kestabilan pribadi pada perempuan dewasa
memungkinkannya untuk memilih bidang studi, profesipekerjaan, dan relasi sosial yang bersifat stabil pula, termasuk didalam relasi pernikahan.
Seorang individu dewasa akan menjalin relasi pernikahan dengan pasangan yang telah dianggap cocok. Definisi pernikahan atau perkawinan
berdasarkan Undang Undang No. 1 Tahun 1974 yaitu suatu ikatan lahir batin antara pria dan wanita dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa Asmin, 1986. Definisi tersebut menunjukkan bahwa suatu ikatan pernikahan memiliki
suatu tujuan yang mulia, yakni mencapai kebahagiaan bersama.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, perempuan dewasa menikah adalah seorang perempuan usia 18-60 tahun yang telah terikat
lahir-batin dengan seorang laki-laki untuk membentuk keluarga berdasarkan agama yang dianut.
2. Pola Komunikasi