sekali jika memungkinkan .” Pada item tersebut sikap religiusitas
ditunjukkan melalui kewajiban hadir ke tempat ibadah.
4. Tahap Perkembangan Religiusitas
James W. Fowler dalam Cremers,1995 telah mengembangkan teori mengenai
religiusitas keberagamaan.
Terdapat tujuh
tahap perkembangan kepercayaan menurut Fowler, yakni:
a. Kepercayaan Awal dan Elementer usia 0 – 2 tahun
Rasa percaya dan setia yang elementer pada semua orang dan lingkungan yang mengasuh sang bayi, serta pada gambaran kenyataan
yang paling akhir dan mendasar. b. Kepercayaan Intuitif
– Proyektif usia 2 – 6 tahun Tahapan ini terjadi pada masa kanak-kanak. Sifat anak-anak yang
masih egosentris menyebabkan mereka sulit membedakan pandangan mereka dengan pandangan dari orangtua terhadap Tuhan, malaikat,
dan surga neraka. Anak-anak memiliki pikiran bahwa menyembah Tuhan merupakan suatu kewajiban yang memiliki ganjaran bila tidak
dilakukan. c. Kepercayaan Mistis
– Harfiah usia 6 – 11 tahun Dalam tahapan ini, anak-anak mulai dapat berpikir secara logis
meskipun belum mampu berpikir secara abstrak. Cara pandang mereka terhadap keagamaan masih dipengaruhi oleh pandangan dari orangtua
dan lingkungan masyarakat. Segala pemahaman yang diperoleh dari keluarga maupun lingkungan dimaknai secara harafiah, sehingga
mereka memandang bahwa Tuhan memiliki kekuasaan dan kekuatan dalam hidup mereka.
d. Kepercayaan Sintetis – Konvensional usia 12 tahun – dewasa
Tahapan ini terjadi pada remaja awal yang merupakan masa transisi dari masa anak-anak. Dalam tahapan ini, remaja mulai mampu berpikir
secara abstrak sehingga lebih bersikap kritis terhadap pengetahuan yang berasal dari luar diri mereka. Remaja juga mulai menginginkan
hubungan yang intim dengan Tuhan, sehingga mereka mulai meyakini kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan dan tokoh yang menjadi
panutan dalam hal keagamaan. Kelemahan yang mereka alami pada tahap ini adalah ketidakmampuan untuk menganalisis alternative
ideology agama secara tepat, yang juga sering terjadi pada orang dewasa menurut Fowler.
e. Kepercayaan Individuatif – Reflektif dimulai pada usia 18 tahun
Tahap ini terjadi pada masa transisi dari masa remaja menuju dewasa awal. Individu telah memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan
dan melakukan tanggungjawab terhadap apa yang diyakininya. Individu pada tahap ini telah memiliki kesadaran bahwa keyakinan
yang mereka yakini memiliki arti bagi kehidupan mereka sehingga harus diperjuangkan.
f. Kepercayaan Konjungtif dimulai pada usai 35 tahun Tahap ini terjadi pada tengah baya dan selanjutnya, sekitar umur 35
tahun dan seterusnya. Batas-batas diri, kepribadian, dan pandangan
hidup yang sebelumnya telah ditetapkan dengan jelas kini menjadi kabur dan seakan-akan kosong. Mulai timbul kesadaran baru dan
pengakuan kritis terhadap berbagai macam polaritas, ketegangan, kedwiartian, dan multidimensionalitas yang dirasakan dalam diri
individu. g. Kepercayaan yang Mengacu pada Universalitas usia 30 tahun dan
seterusnya Tahap ini sebenarnya jarang terjadi, apabila terjadi umumnya setelah
umur 30 tahun. Individu yang telah mencapai tahap ini melepaskan diri sebagai pusat istimewa proses konstitusi kepercayaan dan semakin
mundur ke belakang. Individu ini mengalami perombakan radikal terhadap segala pikiran, nilai, dan komitmennya yang biasa. Dorongan
hati yang dimiliki semata-mata berasal dari kebajikan ilahi, seperti cinta kasih inklusif dan keadilan universal serta penghargaan yang
amat tinggi terhadap nilai hidup. Berdasarkan
penjelasan diatas,
dapat diketahui
mengenai karakteristik perkembangan kepercayaan pada individu dewasa. Individu
pada usia dewasa memasuki perkembangan kepercayaan yang dinamakan tahap Individuatif
– Reflektif. Pada tahap ini, individu memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan melakukan tanggungjawab
terhadap apa yang diyakininya. Dengan adanya kemampuan tersebut, individu mulai menyadari bahwa keyakinan diyakini memiliki arti bagi
kehidupan mereka sehingga harus diperjuangkan. Dapat dikatakan pula bahwa pada tahapan ini individu memiliki religiusitas yang lebih stabil.
5. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Religiusitas