Perencanaan Produksi Agregat Definisi Agregat Planning

7. Pemesanan Tertunda Selama Periode Permintaan Tinggi Pemesanan tertunda back-order vadalah pemesanaan barang atau jasa yang diterima perusahaan tetapi baru dapat dipenuhi kemudian setelah perusahaan mempunyai persediaan. Pemesanan tertunda berlaku umum bagi perusahaan mail-order atau perusahaan yang memproduksi barang- barang yang kompleks atau bernilai tinggi, seperti mesin-mesin khusus, pesawat terbang, kapal laut da, kendaraan bermotor. Demikian juga untuk perusahaan jasa tertentu, seperti reparasi yang sulit, jasa konsultasi, dan pelayanan dokter. Strategi ini sering tidak dapat dilaksanakan untuk perusahaan menjual barang-narang konsumsi, seperti makanan, obat- obatan, atau pakaian. Demikian pula bagi perusahaan yang memberikan jasa rutin, seperti restoran, bioskop dan kendaraan transportasi umum. Keuntungan strategi ini, dapat menghindari lembur dan tetap menjaga kapasitas produksi yang konstan. Sementara kelemahannya adalah tertundanya penerimaan penjualan hanya dapat dilakukan apabila permintaan lebih tinggi daripada penawaran.

2.4.5 Perencanaan Produksi Agregat

Perencanaan produksi agregat merupakan perencanaan produksi jangka menegah yang secara sistimatis menentukan pilihan terbaik dari serangkaian alternative fasilitas produksi untuk memenuhi total permintaan produk dengan total biaya produksi yang paling rendah dan juga untuk memanfaatkan secara optimal Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. semua sumber daya yang tersedia yang termasuk orang, mesin, energy dan lain-lain. Kata agregat dalam perencanaan agregat itu sendiri mempunyai maksud bahwa perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan nilai secara keseluruhan atau kelompok besar yang merupakan total dari nilai-nilai elemen yang ada. Biaya yang terlibat dalam penambahan agregat antara lain : 1. Hiring Cost Ongkos Penambahan tenaga kerja. Tambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuki iklan, proses seleksi dan training. Ongkos training merupakan ongkos yang besar apabila tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga kerja baru yang belum berpengalaman. 2. Firing Cost Ongkos pemberhentian tenaga kerja Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan drastis. Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pasongan bagi karyawan yang diPHK, menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social. 3. Overtime cost dan undertime cost atau ongkos lembur atau ongkos menganggur Pengunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi konsekuensinya perusahaan harus mngeluarkan ongkos tambahan lembur yang biasanya 150 dari ongkos kreja regular. Disamping ongkos tersebut, adanya lembur akan memperbesar tingkat absent kariyawqan karena lelah. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4. Inventori cost dan backorder cost ongkos persediaan dan ongkos kehabisan persediaan Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada saat-saat tertentu. Konsekwensinya dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan adalah timbulnya ongkos penyimpanan inventory costholding cost yang berupa ongkos tertahannya modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan ongkos sewa gudang. Kebalikan ari kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk ongkos kehabisan persediaan. Ongkos kehabisan persediaan ini dihitung berdasarkan berapa permintaan yang datang tetapi tidak dapat dilayani Karena barang yang diminta tidak tersedia. 5. Subcontrak cost ongkos subkontrak Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular, biasanya perusahaan mensubkontrakkan kelebihan permintaan yang tidak bias ditanganinya sendiri kepada perusahaan lain. Konsekuwensi dari kebijaksanaan ini adalah timbulnya ongkos subkontrak, dimana biasanya ongkos ini lebih mahal disbanding memproduksi sendiri dan adanya resiko keterlambatan penyerahan dari kontraktor. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.4.6 Konsep Perencanaan Agregat