PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI SEMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE AGGREGATE PLANNING DI PT. SEMEN GRESIK.

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran “ Jawa Timur

Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Teknik Industri Diajukan Oleh :

ERIK PRASETYO

NPM : 0632010097

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR SURABAYA


(2)

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir (Skripsi) ini dengan judul “ PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI SEMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE AGGREGATE PLANNING DI PT SEMEN GRESIK “

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam menyusun skripsi ini, mulai dari persiapan sampai dengan selesai. Penulis tidak lepas dari banyak pihak, yang secara langsung maupun secara tidak langsung telah turut membimbing dan mendukung penulisan skripsi ini yang semuanya sangat besar artinya bagi penulis. Oleh karena itu, tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya laporan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih sebesar – besarnya kepada :

1. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Teknik Industri Universitas Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Ir. H. MT. Safirin, MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(3)

terselesainya Tugas Akhir ini

5. Bapak Tri Edy selaku pembimbing dari PT. Semen Gresik (Persero) Tbk., dan seluruh staff dan karyawan yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian

6. Bapak, Ibu, Kakak, dan Keluarga Besarku yang penulis sayangi, karena telah memberikan semangat, perhatian serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar.

7. Semua teman–teman mahasiswa UPN TI satu angkatan, angkatan atas dan angkatan bawah, yang telah mengenal saya, atas bantuan dan dukungannya saya ucapkan banyak tarima kasih.

8. Penghuni kost MA 2 N no 22 yang selalu setia mengganggu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, tapi walaupun begitu tanpa kalian semua skripsi ini tidak akan terselesaikan (Tengsle, Me2t, Aris, Tex, Lucky, Ian). 9. Buat S Hafsoh Okta Fitria trimakasih atas semangat yang selalu diberikan

kepada penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Pihak-pihak lain yang membantu penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua keikhlasan dan bantuanya yang diberikan kepada penulis.

Seluruh kemampuan dan pengetahuan telah tercurahkan demi kesempurnaan skripsi ini, namun keterbatasan dan kekurangan tetaplah ada. Oleh karena itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan laporan ini masih


(4)

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama bagi penulis sendiri.

Surabaya, 23 Februari 2011


(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Asumsi-asumsi ... 3

1.5. Tujuan Penelitian ... 4

1.6. Manfaat Penelitian ... 4

1.7. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan dan Pengendalian Produksi ... 6

2.1.1. Perencanaan Produksi ... 6

2.1.2. Pengendalian Produksi………. 11

2.2. Peramalan………...………..……… 13

2.2.1. Peramalan Permintaan ……….... 14


(6)

2.3.2. Metode Bottom-Up……….. 23

2.3.3. Metode Delphi………. 23

2.3.4. Metode Nominal Group……….……….. 25

2.3.5. Metode Time Series ……… 26

2.4. Definisi Aggregate Planning... 31

2.4.1. Tujuan ... 31

2.4.2. Dasar-dasar Proses Aggregate Planning ... 32

2.4.3. Metode Aggregate Planning ... 33

2.4.3.1 Perencanaan Agregat dan JIP dengan Metode Transportasi... 34

2.4.3.2 Perencanaan Agregat Dengan Metode ’Dinamic Programming... 39

2.4.3.3 Perencanaan Agregat dan JIP Dengan Metode Linier Goal Programming... 43

2.4.4. Setrategi Perencanaan Agregat……….... 46

2.4.5. Perencanaan Produksi Agregat ………... 52

2.4.6. Konsep Perencanaan agregat ... 55

2.5. Disaggregate ... 55

2.6. Produk ... 58

2.6.1. Sejarah Singkat Perkembangan Semen ... 58


(7)

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 68

3.2 Identifikasi Variabel ... 68

3.3 Metode Pengumpulan Data ...………... 70

3.4 Metode Pengolahan Data ... 71

3.4.1 Peramalan Permintaan ... 71

3.4.2 Menentukan Safety Stock ... 73

3.4.3 Menghitung Kapasitas Produksi Bulanan Berdasarkan Hari Kerja... 74

3.4.4 Perencanaan Produksi Agregat dengan Menggunakan Metode Linier Programming... 75

3.5 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah... 76

BAB IV : HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ………... 82

4.1.1 Data Permintaan Produk Januari 2009 – Desember 2010 Untuk Produk OPC dan PPC………... 83

4.1.2 Data Persediaan Akhir Periode Desember 2009……... 84

4.1.3 Data Mesin………... 84

4.1.4 Kapasitas Produksi………... 85

4.1.5 Unit Production Cost…………... 85

4.1.6 Holding Cost………... 86


(8)

4.5 Peramalan Permintaan Januari 2011 – Desember 2011………... 98 4.6 Uji Verifikasi Dengan Moving Range Chart (MRC)…... 101

4.7 Perencanaan Agregat Januari 2011 – Desember 2011……... 104 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan…... 112 5.2 Saran…………... 113


(9)

Gambar 2.2. Strategi Variasi Tingkat Persediaan ... 47

Gambar 2.3. Strategi Variasi Jam Kerja ... 49

Gambar 3.1. Flow Chart Pemecahan Masalah ... 78

Gambar 4.1. Plot Data Produk OPC Januari 2010 – Desember 2010 ... 98

Gambar 4.2. Plot Data Produk PPC Januari 2010 – Desember 2010... 98

Gambar 4.3. Plot Data Produk OPC Januari 2009 – Desember 2009... 99

Gambar 4.4. Plot Data Produk PPC Januari 2009 – Desember 2009... 99


(10)

Tabel 2.2. Matriks Transportasi... 38

Tabel 2.3.Prosedur Fungsi Pencapaian... 46

Tabel 4.1. Data Permintaan Bulanan Januari 2009 – Desember 2010... 83

Tabel 4.2. Data Persediaan Akhir Periode Desember 2009... 84

Tabel 4.3. Data Mesin...………..………...…….. 85

Tabel 4.4. Rincian Biaya Pembuatan per Ton (Unit Cost)…...…...…….. 86

Tabel 4.5. Biaya Tenaga Kerja...……….………...…….. 88

Tabel 4.6. Jumlah Hari Kerja dan Jam Kerja……...……..…..…...…….. 92

Tabel 4.7. Safety Stock Periode Januari 2010 – Desember 2010 …...…….. 95

Tabel 4.8. Nilai MSE Dari Hasil Peramalan Masing - Masing Metode... 100

Tabel 4.9. Hasil Peramalan Dengan Metode Terpilih... 101

Tabel 4.10.Perhitungan Moving Range Chart (MRC)... 102

Tabel 4.11. Nilai MAD Hasil Peramalan...………...…….. 107

Tabel 4.12. Safety Stock Periode Januari 2011 – Desember 2011 ………... 109


(11)

Lampiran A : Gambaran Umum PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.

Lampiran B : Hasil Peramalan Permintaan Januari 2011 – Desember 2011 Lampiran C : Hasil Uji Verifikasi Dengan Moving Range Chart (MRC) Lampiran D : Hasil Perencanaan Produksi Agregat


(12)

memenuhi permintaan konsumen dengan tepat waktu, tentunya juga dengan biaya produksi seminimal mungkin.

PT Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri semen. Saat ini kapasitas terpasang Semen Gresik Group (SGG) sebesar 19 juta ton semen per tahun, dan menguasai sekitar 46% pangsa pasar semen domestik. Semen adalah produk yang esensial bagi masyarakat terutama pada negara berkembang seperti Indonesia. Kebutuhan semen ini tidak pernah berhenti, sehingga menimbulkan permintaan pasar yang bersifat dinamis dan fluktuatif. Sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan dengan tepat waktu yang mengakibatkan kehilangan penjualan pada waktu – waktu tertentu.. Juga timbulnya biaya persediaan yang tinggi diakibatkan kurangnya pengendalian dalam menentukan jumlah persediaan yang tepat disesuaikan dengan peramalan permintaan.

Perencanaan agregat merupakan cara untuk memperkirakan jumlah output yang akan diproduksi untuk memenuhi permintaan selama periode perencanaan (3 sampai 18 bulan) ke depan dan disesuaikan dengan kapasitas produksi perusahaan. Perencanaan agregat memungkinkan perusahaan untuk menyusun suatu cara pemanfaatan sumber daya perusahaan secara optimal, agar dapat mencapai kapasitas yang efektif dan efisien yang dibuat berdasarkan ramalan permintaan di masa yang akan datang.

Hasil penelitian didapatkan total biaya riil perusahaan untuk periode Januari 2010 – Desember 2010 sebesar Rp 2.061.701.494.700,00 sedangkan total biaya yang didapatkan dari hasil metode usulan sebesar Rp 1.985.085.000.000,00 terjadi penghemata sebesar 3,7 % dan dari hasil peramalan tahun 2011 diperoleh total biaya sebesar Rp 2,005,519,000,000.00.

Kata Kunci: Perencanaan Produksi Agregate, Peramalan (Forecasting), Biaya Produksi


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, dunia industri telah tumbuh dan berkembang dengan pesatnya. Seiring dengan perkembangannya tentunya persaingan antar perusahaan akan semakin ketat khususnya pada industri semen di tanah air. Dengan meningkatnya persaingan, tentunya perusahaan akan lebih meningkatkan kualitas menejemennya agar dapat tetap bertahan dalam persaingan. Salah satunya adalah memperbaiki kelangsungan produksi agar dapat memenuhi permintaan konsumen dengan tepat waktu, tentunya juga dengan biaya produksi seminimal mungkin.

PT Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Saat ini kapasitas terpasang Semen Gresik Group (SGG) sebesar 19 juta ton semen per tahun, dan menguasai sekitar 46% pangsa pasar semen domestik. Semen adalah produk yang esensial bagi masyarakat terutama pada negara berkembang seperti Indonesia. Kebutuhan semen ini tidak pernah berhenti, sehingga menimbulkan permintaan pasar yang bersifat dinamis dan fluktuatif.

Berdasarkan orientasi yang dilakukan penulis pada PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk untuk menghindari ketidakapastian permintaan, perusahaan sudah melakukan peramalan permintaan berdasarkan data penjualan tahun – tahun sebelumnya, tetapi hasil dari peramalan tersebut belum dapat diimplementasikan


(14)

dengan baik dikarenakan dalam perencanaan permintaan tersebut perusahaan tidak mempertimbangkan kapasitas dari sumber daya yang dimiliki perusahaan ( kapasitas mesin, tenaga kerja, teknologi yang dimiliki, dan lain-lain ). Sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan dengan tepat waktu yang mengakibatkan kehilangan penjualan pada waktu – waktu tertentu.. Juga timbulnya biaya persediaan yang tinggi diakibatkan kurangnya pengendalian dalam menentukan jumlah persediaan yang tepat disesuaikan dengan peramalan permintaan.

Perencanaan agregat merupakan cara untuk memperkirakan jumlah output yang akan diproduksi untuk memenuhi permintaan selama periode perencanaan (3 sampai 18 bulan) ke depan dan disesuaikan dengan kapasitas produksi perusahaan. Perencanaan agregat memungkinkan perusahaan untuk menyusun suatu cara pemanfaatan sumber daya perusahaan secara optimal, agar dapat mencapai kapasitas yang efektif dan efisien yang dibuat berdasarkan ramalan permintaan di masa yang akan datang. Efektif yang berarti keselarasan antara perencanaan dengan hasil yang didapat, sedangkan efisien berarti mampu memproduksi suatu output tertentu dengan sumber daya yang ada dengan seminimal mungkin.

Dalam hal ini penulis menyadari permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan sebuah penelitian yang difokuskan pada Perencanaan dan Pengendalian Produksi dengan metode aggregate planning guna mengatasi permasalahan tersebut yakni untuk menghindari tinggi rendahnya persediaan yang mengakibatkan biaya simpan terlalu tinggi disamping itu dapat mengurangi pelayanan kepada konsumen dikarenakan keterlambatan penyerahan produk. Dan melakukan peramalan permintaan di masa yang akan


(15)

datang agar dapat membuat suatu perencanaan dan pengendalian dalam mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, tentu saja juga untuk mengatasi permintaan konsumen yang dinamis dengan biaya yang minimal. Dengan harapan semua permintaan dapat terpenuhi secara tepat waktu dengan biaya yang minimal.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

Bagaimana merencanakan dan mengendalikan produksi semen untuk memenuhi

permintaan yang akan datang dengan total biaya produksi yang mínimum? “ 1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan-batasan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Masalah yang dibahas adalah kondisi yang ada diperusahaan yang bersangkutan dan terbatas pada perencanaan agregat dalam permintaan konsumen.

2. Faktor produksi yang dilibatkan adalah material, mesin, dan tenaga kerja. 3. Penelitian ditekankan pada produk semen jenis OPC dan PPC.

1.4 Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kelebihan persediaan dari suatu periode dapat digunakan untuk periode berikutnya.

2. Mesin produksi yang digunakan dalam keadaan baik dan tenaga kerja dianggap mempunyai kemampuan yang sama.


(16)

3. Harga bahan baku tidak mengalami perubahan dan selalu tersedia. 1.5 Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan produksi di 12 periode yang akan datang.

2. Menentukan penghematan biaya produksi dan menghitung total biaya produksi di 12 periode yang akan datang.

3. Menentukan jumlah persediaan pengaman di 12 periode yang akan datang sebagai langkah pengendalian dalam persediaan.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan tugas akhir ini adalah: 1. Bagi peneliti

Dengan penelitian ini, peneliti dapat mempelajari penerepan aggregate planning dalam perencanaan dan pengendalian produksi untuk mendukung rencana produksi.

2. Bagi universitas

Penelitian dapat digunakan sebagai pembendaharaan perpustakaan agar dapat berguna bagi mahasiswa yang akan datang dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

3. Bagi perusahaan

Dapat diketahui jumlah jam produksi dan penghematan biaya produksi setelah diterapkan perencanan produksi secara agregat sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan.


(17)

1.7 Sistematika Penulisan BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang gambaran mengenai latar belakang dilakukannya penelitian, batasan masalah, perumusan masalah yang akan dibahas, tujuan yang ingin dicapai, asumsi yang digunakan manfaat yang didapatkan dan sistematikan tugas akhir ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang teori perencanaan dan pengendalian produksi beserta aggregate planning dan studi lainya yang digunakan untuk memecahkan masalah.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini membahas lokasi penelitian, metode pengumpulan data, identifikasi variabel, langkah-langkah pemecahan beserta flowchartnya dan metode analisa data.

BAB IV : HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil penelitian serta pengolahan atau perhitungan data dan analisa terhadap hasil-hasil yang diperoleh pada bab-bab sebelumnya.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dirumuskan kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian dan saran sebagai bahan pertimbangan perbaikan selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Perencanaan dan pengendalian produksi dapat dideinisikan sebagai proses untuk merencanakan dan mengendalikan aliran material yang masuk , mengalir dan keluar dari system produksi/operasi sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang tepat, dan biaya produksi yang

minimum. (Hakim,1999;11)

Tujuan dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah merencanakan dan mengendalikan aliran material kedalam, didalam, dan diluar pabrik sehingga posisi keuntungan optimal yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai.

2.1.1. Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi dilakukan dengan tujuan menentukan arah awal dari tindakan-tindakan yang harus dilakukan dimasa mendatang, apa yang harus dilakukan, berapa banyak melakukannya, dan kapan kapan harus melakukannya. Perencanaan ini berkaitan dengan masa mendatang, maka perencanaan harus disusun atas dasar perkiraan yang dibuat berdasarkan data masa lalu dengan menggunakan beberapa asumsi. Setiap perencanaan yang dibuat harus dievaluasi secara berkala dengan jalan melakukan pengendalian,


(19)

Perencanaan produksi adalah perencanaan dan pengorganisasian sebelumnya mengenai orang-orang , bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan lain serta modul yang diperlukan untuk memprodusir barang-barang pada suatu periode tertentu dimasa depan dengan yang diperkirakan atau diramalkan.

Adapun beberapa tujuan perencanaan produksi antara lain :

1. Untuk mencapai tingkat/level keuntungan (profit) yang tertentu

2. Untuk menguasai pasar tertentu, sehingga hasil atau output perusahaan ini

tetap mempunyai pangsa pasar tertentu.

3. Untuk mengusahakan supaya perusahaan dapat bekerja pada tingkat efisien

tertentu.

4. Untuk mengusahakan dan mempertahankan supaya pekerjaan dan kesempatan

kerja yang sudah tetap pada tingkatnya dan berkembang.

5. Untuk menggunakan sebaik-baiknya fasilitas yang sudah ada pada perusahaan

yang besangkutan.

Dalam menentukan perencanaan produksi, ada beberapa hal yang harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :


(20)

a. Berjangka Waktu

Dalam menentukan perencanaan produksi, biasanya terdapat tiga jenis perencanaan berdasarkan periode waktu yang dicakup oleh perencanaan tersebut, yaitu :

1. Perencanaan Produksi Jangka Panjang

Perencanaan produksi jangka panjang biasanya melihat 5 tahun atau lebih kedepan. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengubah kapasitas yang tersedia. Perencanaan ini dibuat dengan pertimbangan ramalan kondisi umum perekonomian dan kependudukan, situasi politik dan social, perunahan teknologi dan perilaku pesaing, dimana semua factor tersebut akan dievaluasi dampaknya terhadap aktivitas

perusahaan. (Hakim,1999:4)

2. Perencanaan Produksi Jangka Menengah (Perancaan Agregat).

Perencanaan agregat mempunyai horizon perencanaan antara 1-12 bulan, dan dikembangkan berdasarkan kerangka yang telah ditetapkan pada perencanaan produksi jangka panjang. Perencanaan agregat didasarkan pada peramalan permintaan tahunan dari bulan ke bulan dan sumberdaya produktif ada dengan asumsi kapasitas produksi terap.


(21)

b. Perencanaan Produksi Jangka Pendek

Perencanaan produksi jangka pendek mempunyai horizon perencanaan kurang dari 1bulan, dan bentuk perencanaannya berupa jadwal produksi. Tujuan dari jadwal produksi adalah menyeimbangkan permintaan actual (yang dinyatakan dengan jumlah pesanan yang diterima) dengan sumberdaya yang tersedia sesuai batasan-batasan yang ditetapkan pada perencanaan agregat.

c. Berjenjang

Perencanaan produksi harus dilakukan secara bertahap dan berjenjang. Artinya, perencanaan produksi akan meningkat dari perencanaan produksi level tinggi sampai perencanaan produksi level rendah, dimanaperencanaan produksi pada alevel yang lebih rendah adalah merupakan penjabaran dari perencanaan produksi level yang lebih tinggi.

d. Terpadu

Perencanaan produksi akan melibatkan banyaak factor, dimana factor tersebut harus sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan dalam mencapai target produksi tertentu yang didasarkan atas perkiraan. Rencana harus dibuat dengan mengacu pada satu rencana terpadu untuk produksi, rencana tersebut juga harus terkait dengan rencana-rencana lain yang berpengaruh langsung terhadap rencana produksi.


(22)

e. Berkelanjutan

Perencanaan produksi disusun untuk satu periode tertentu yang merupakan masa berlakunya rencana tersebut. Setelah habis masa berlakunya, maka harus dibuat rencana baru untuk periode waktu berikutnya lagi. Rencana baru ini dibuat berdasarkan hasil evaluasi terhadap rencana sebelumnya. Denbgan demikian, rencana baru tersebut haruslah merupakan dari rencana yang dibuat sebelumnya.

f. Terukur

Selama perencanaan produksi, realisasi rencana produksi akan selalu dimonitor umtuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan. Maka rencana produksi harus menetapkan suatu nilai yang dapat diukur, sehingga dapat digunakan sebagai dasarnuntuk menetapkan ada tidaknya penyimpangan.

g. Realistic

Rencana produksi yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi yang ada diperusahaan, sehingga target yang ditetapkan merupakan nilai yang realistic untuk dapat dicapai dengan kondisi yang dimiliki perusahaan pada saat rencana dibuat. Dengan membuat rencana yang realistic, maka


(23)

akan dapat memotivasi pelaksana untuk berusaha mencapai apa yang telah disusun pada rencana tersebut.

h. Akurat

Perencanaan produksi harus dibuat berdasarkan informasi-informasi yang akurat tentang kondisi internal dan eksternal angka-angka yang dimunculkan dalam target produksi dapat dipertanggung jawabkan. Kesalahan dalam membuat perkiraan nilai parameter produksi akan berakibat fatal terhadap rencana produksi yang disusun.

i. Menantang

Meskipun rencana produksi harus dibuat serealistis mungkin, hal ini bukan berarti rencana produksi haarus menetapkan target yang dengan mudah dapat dicapai. Rencana produksi yang baik harus menetapkan target produksi yang hanya dapat dicapai dengan usaha yang

sungguh-sungguh. (Hakim,1999:5)

2.1.2 PengendalianProduksi

Rencana produksi yang telah disusun tidak akan dapat dilaksanakan tanpa adanya pengendalian terhadap rencana tersebut. Hal ini disebabkan karena rencana tersebut dibuat berdasarkan perkiraan yang bisa saja meleset. Pengendalian produksi adalah fungsi staff, dan karena itu tidak merupakan wewenang langsung dari lini


(24)

organisasi. Pengendalian produksi mungkin diadakan setiap tingkatan menajemen

tergantung dari kebutuhan langsung. (Hakim,1999:16)

Sesuai dengan fungsinya, pengendalian produksi melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut :

- Mengukur realisasi dari rencana produksi dalam aktivitas ini, hasil

pelaksanaan produksi dicatat dalam satuan ukuran seperti yang digunakan pada target produksi. Pengukuran harus dilakukan sesering mungkin sehingga penyimpangan akan dengan cepat dapat dideteksi.

- Membandingkan realisasi dengan produksi. Hasil pencatatan dari pelaksanaan

produksi harus dibandingkan dengan rencana atau target yang telah ditetapkan sebelumnya untuk dijadikan dasar dalam menentukan tindakan berikutnya.

- Mengamati penyimpangan yang terjadi. Penyimpangan yang terjadi dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyimpangan yang dapat ditolerir dan yang tidak dapat ditolerir. Penyimpangan yang tidak dapat ditolerir adalah penditolerir adalah penyimpangan yang terjadi karena proses produksi yang sedang berjalan sudah menyimpang dari yang direncanakan, sehingga perlu diadakan tindakan-tindakan perbaikan. Sedangkan penyimpangan yang masih bias ditolerir adalah penyimpangan bersifat semu yang terjadi karena factor acak.

- Menganalisa terjadinya sebab-sebab. Untuk dapat melakukan perbaikan secara


(25)

penyimpangan. Kita harus bisa membedakan manan yang merupakan gejala dan mana yang merupakan factor penyebab sesungguhnya.

- Melakukan tindakan perbaikan. Setelah penyebab diketahui dengan pasti,

maka tindakan perbaikan dapat dilakukan untuk menghilangkan penyebab tersebut dan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang dapat mengkompensasikan penyimpanan yang terjadi.

2.2 Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan dimasa dating yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kualitan, kuantitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa.

(Hakim,1999:21). Ramalan digunakan untuk mengetahui besarnya permintaan di

masa datang yang amsuk ke perusahaan. Sehingga dengan diketahuinya perkiraan permintaan di masa datang maka dapat ditentukan strategi atau kebijakan perencanaan kebutuhan material dan dan penjadwalan yang harus dilakukan. Adapun tipe-tipe peramalan yang dapat dilihat dalam table 2.1


(26)

Table 2.1.Tipe peramalan

Tipe peramalan berdasarkan kegunaan

Tipe permalan berdasarkan rincian hasil

Jangkauan waktu peramalan

Peramalan fasilitas Output maksimum yang

diharapkan (Volume dollar)

Waktu perencanaan fasilitas dan waktu produksi ditambah waktu pengembangan fasilitas

Peramalan perencanaan produksi

Volume produk sesuai dengan tipe yang dipilih

Beberapa siklus pembuatan atau paling sedikit satu siklus permintaan dengan penjualan musiman

Permalan produk Satuan produk yang dijual Tanggang waktu (waktu

tunggu) ditambah paling sedikit sat siklus pembuatan

2.2.1 Peramalan Permintaan

Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk yang diharapkan akan terealisir untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan dating. Peramalan permintaan ini digunakan untuk meramalan permintaan dari produk yang


(27)

bersifat bebas (tidak tegantung), seperti peramalan produk jadi. Adapun factor yang mempengaruhi permintaan, antara lain :

- Siklus bisnis. Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan

produk tersebut, dan permintaan akan suatu produk akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fase inflasi, resesi, depresi dan masa pemulihan.

- Siklus hidup produk. Siklus hidup suatu produk biasanya mengikuti suatu pola

yang biasa disebut kurva S. Kurva S menggambarkan besarnya permintaan terhadap waktu dimana siklus hidup suatu produk akan dibagi menjadi fase pengenalan, fase pertumbuhan, fase kematangan, dan akhirnya fase kejenuhan. Untuk mmenjaga kelangsungan usaha, perlu dilakukan inovasi produk pada saat yang tepat.


(28)

Gambar 2.1. Siklus hidup produk

- Factor-faktor lain. Beberapa factor lain yang mempengaruhi permintaah

adalah reaksi balik dari pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan usaha-usaha yang dilakukan sendiri oleh perusaha-usahaan seperti peningkatan kualitas, pelayanan, anggaran perikanan, dan kebijaksanaan pembayaran secara kredit.

(Hakim,1999:23)

2.2.2 Prosedur Peramalan Permintaan

Permalan permintaan memiliki karakteristik tertentu yang berlaku secara umum.karakteristik ini harus diperhatikan untuk menilai suatu proses peramalan

Penjualan

I II III IV

Perkenala Pertumbuhan Kejenuhan Penurunan


(29)

permintaan dan metode peramalan yang digunakan. Karakteristik peramaln adalah sebagai berikut :

1. factor penyebab yang berlaku di masa lalu diasumsikan dan akan

berfungsi juga di masa yang akan datang

2. Permalan tidak pernah sempurna, permintaan actual selalu berbeda dengan

permintaan yang diramalkan.

3. tingkat ketepatan ramalan akan berkurang dalam renatan waktu yang

semakin panjang. (Baroto,2002:26)

Secara umum untuk memastikan bahwa peramalan permintaan yan dilakukan dapat mencapai taraf ketepatan yang optimal, beberapa langkah yang perlu diperhatikan adalah :

1. Penentuan tujuan

Tujuan ramalan tergantung pada kebutuhan informasi para manajer. Analisis peramalan membicarakan dengan para “decision maker” untuk mengetahui apa kebutuhan mereka ada selanjutnya menentukan hal sebagai berikut :

a. variable apa yang diramalkan

b. siapa yang akan menggunakan hasil peramalan

c. untuk tujuan apa hasil peramalan digunakan


(30)

e. derajat ketepatan peramalan yang diingiinkan

f. kapan peramalan diperlukan

g. bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk

kelompok pembeli, kelompok produk, atau daerah geografis.

2. Pengembangan model

Model merupakan cara pengolahan dan penyajian data agar lebih sederhana sehingga mudah untuk dianalisis. Model adalah suatu kerangka analitik yang bila dimasukkan data input akan menghasilkan output berupa ramalan di masa yang akan datang. Pemilihan model yang dikembangkan bersifat krusial, setiap model memiliki asumsi yang harus sesuai dengan tipe data input sebagai syarat. Validitas dan realibilitas ramalan asangat ditentukan oleh model yang digunakan.

3. Pengujian model

pengujian model digunakan untuk tingkat akurasi, validitas, dan reabilitas yang diharapka. Nilai suatu model ditentukan oleh derajat ketepatan hasil peramlan dengan kenyatan (actual). Bila model telah memenuhi tinkat akurasi, validitas, dan rebilitas yang ditentukan,maka model ini dapat diterima. Perlu dipahami bahwa model yang dipilih belum tentu model yang terbaik.


(31)

4. Penerapan model

Penerapan dilakukan dengan cara memasukkan data histories (data masa lalu) untuk menghasilkan suatu peramalan.

5. Revisi dan evaluasi

Hasil peramaln yang dibuat harus senantiasa ditinjau unutk diperbaiki. Perbaikan perlu dilakukan apabila terdapat perubahan berarti. Pada variable input. Hasil peramalan harus dibandingkan dengan koindisi yang nyata untuk menentukan pakah model peramalan yang digunakan masih memiliki tingkat akurasi yang ditetapkan. Bila tidak, maka model peramalan harus dikembangkan ulang.

2.2.3 Ukuran Akurasi Hasil Peramalan

Ukuran akurasi hasil peramalan yang merupakan ukuran kesalahan peramalan adalah ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramlan dengan permintaan

yang sebenarnya terjadi.(Hakim,1999:25). Ada 4 jenis ukuran yang biasa digunakan,

antara lain yaitu :

1. Rata-Rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation=MAD)

MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan kenyataannya secara sitematis, MAD dirumuskan sebagai berikut :


(32)

n F A

MAD 1 1

Dimana : A = permintaan actual pada periode –t

Ft= Permalan permintaan (forecast) pada periode –t

n = Jumlah periodeperamalan yang terlibat

2. Rata-rata kuadrat kesalahan (Mean Square Error = MSE)

MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut :

  n F A MSE 2 1 1

3. Rata-rata kesalahan peramalan (Mean Forecast Error = MFE)

MFE sangat efektif untuk mengetahui pakah suatu hasil peramalan selama periode tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah. Bila hasil peramalan tidak biasa, maka nilai MFE akan mendekati nol. MFE dihitung dengan menjumlahkan semua kesalahan selama periode peramalan dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara sistematis, MFE dinyatakan sebagai :

  n F A


(33)

4. Rata-Rata Presentasi Kesalahn Absolute (Mean Absolute Percentage Error = MAPE)

MAPE merupakan kesalahan relative. MAPE biasanya lebih berarti dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentasi kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan actual selama periode tertentu yang akan memberikan informasi persentasi kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Secara sistematis MAPE dinyatakan sebagai berikut :

        1 1 1 100 A F A n MAPE

2.3 Metode Peramalan

Untuk peramalan permintaan, harus menggunakan suatu metode tertentu. Pada dasarnya, semua metode peramalan memiliki ide sama yaitu menggunakan data masa lalu untuk memperkirakan atau memproyeksikan data dimasa yang akan datang. Berdasarkan tekniknya, metode peramalan dapat dikategorikan sebagai metode kuantitatif. Berdasarkan tingkatan awal peramalan, metode peramalan dapat dibagi

menjadi top down, metode bottom-up, dan metode interpretsi permintaan. (Baroto,

20002:27)

Metode kalitatif biasanya digunakan bila tidak ada atau sedikit data masa lalu tersedia. Dalam periode ini, pendapat pakar dan prediksi mereka dijadikan prediksi untuk menetapkan permintaan yang akakn datang. Metode kualitatif yang banyak


(34)

dikenal adalah metode Delphi dan metode kelompok nominal (nominal group technique)

Metode kuantitatif. Pad metode ini suatu set data histories digunakan untuk mengekstrapolasi (meramalkan) permintaan masa depan. Ada dua kelompok besar metode kuantitatif,yaitu metode time series dan metode ‘non time series’ (structural model)

Metode time series adalah metode peramalan yang menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Yang termasuk dalam metode time series adalah :

1. Metode Free hand (grafis)

2. Metode Moving average

3. Metode Weight Moving Average

4. Metode Exponential Smoothing

5. Metode Regresi Linier Sederhana

2.3.1 Metode Top-Down

Metode ini sering dimulai dengan hasil-hasil peramalan berbagai kondisi

bisnis umum yang dibuat oleh para ekonomi dalam lembaga-lembaga pemerintahan, dalam perusahaan-perusahaan besar, atau perguruan tinggi. Ramalan-ramalan seperti ini sering muncul dalam publikasi pemerintah atau swasta. Ramalan yang lebih


(35)

terperinci dapat dibeli dari organisasi-organisasi khusus yang bergerak dalam bidang peramalan ‘ekonometrik’.

2.3.2 Metode Bottom-Up

Permalan dengan metode ini dimulai dengan perkiraan permintaan produk akhir individual. Pertama, dicari informasi pengecer mengenai permintaan konsumen, pendapat distributor mngenai prilaku permintaan produk, dan perkiraan dari orang-orang penjualan. Informasi selanjutnya ditambah dengan informasi mengenai pola permintaan dimasa lalu dan dianalisis untuk membuat perkiraan berapa banyak setiap produk akhir akan dapat dijual perusahaan tahun depan atau berapa jampelayanan akan diminta. Berikutna permal menambahkan ramalan produk-produk lainnya dan memperoleh hasil peramalan total (peramalan aggregate). Umumnya perusahaan menggunakan kedua metode bottom-up dan top-down secara bersamaan dan berikutnya menggunakan mettode Delphi untuk meyakinkan hasil ramalam tersebut.

2.3.3. Metode Delphi

Metode Delphi pada dasarnya merupakan proses untuk mencapai consensus (esepakatan kelompok) pakar yang terlibat dalam peramalan. Angota kelompo terdiri atas para pakar yang berpengalaman dalam bidangnya. Hasil yang lebih baik dapat diperoleh bila pakar memiliki latar belakang yang bervariasi.


(36)

Langkah-langkah metode Delphi adalah :

1. Seorang yang erpilih menjadi kordinator panel mengajukan kuisoner secara

tertulis kepada para angota panel. Isi pertanyaan dapat menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan perkiraan di masa yang akan datang. Pertanyaan ini dimasudkan untuk ditanggapi oleh setiap angota panel secara tertulis pula.

2. Masing-masing anggota kelompok menanggapi pertanyaan kordinator

tersebut dan menyerahkan hasilnya secara tertulis. Dalam menanggapi pertanyaan tersebut, tidak diadakan komunikasi antara anggota satu dengan anggota yang lain.

3. Koordinator mengedit tanggapan tertulis dari masing-masing angota,

merangkum jawaban kelompok dengan disertai penjelasan dan lain-lain informasi yang dikemukakan oleh para anggota panel. Hasil tersebut kemudian dikirimkan kepada para angota panel disertai dengan pertanyaan-pertanyaan berikutnya dengan ditanggapi secara tertulis.

4. Masing-masing anggota kelompok menanggapi pertanyaan coordinator.

Biasanya tangapan anggota panel ini diwarnai oleh hasil rekapan langkah 3.

5. Koordinator (seperti angkah 3) mengedit, merangkum, dan seterusnya.

Demikian prosesnya beruang antara tiga sampai empat kali, sehingga akhirnya kordinator menilai cukup memuaskan terhadap hasil panel yang merupakan konvergensi rasional dari kelompok.


(37)

Kunci keberhasilan metode ini pada dasarnya tergantung pada kompetensi koordinator dan kepakaran anggota panel serta variasi pengalamannya. Kordinator perlu memiliki kemampuan menjalin sintesa atas berbagai pendapat dan rramalan dari peserta yang bervariasi.

2.3.4. Metode Nominal Group

Metode ini melibatkan orang-orang yang berpengalaman dalam berbagai bidang. Perbedaan dengan metode Delphi terletak pada interaksi antara anggota panel. Dalam metode ini terdapat diskusi antara anggota secara langsung dan secara tatap muka, sedangkan dalam metode Delphi sama sekali tidak terdapat interaksi lisan. Langkah-langkah metode kelompok nominal adalah sebagai berikut :

1. Kelompok yang terdiri atas tujuh sampai sepuluh orang ahli bertemu dalam

suatu ruangan dan duduk dalam formasi “meja bundar”, sehingga masing-masing anggota panel dapat saling menatap. Seorang fasilitator membafikan berkas mengenai masalah tertentu kepada anggota kelompok dengan maksud untuk ditanggapi secara tertulis oleh masing –masing anggota.

2. Masing-masing anggota menulis tanggapan secara perorangan tanpa

mengadakan diskusi dengan orang lain. Fasilitator kemudian mempersilakan masing-masing anggota secara bergantian mempresentasikan ide-ide yang ditulis tanpa diberi komentar oleh anggoa lain. Fasilitator merekam ide-ide anggota panel agar semua dapat membaca.


(38)

3. Fasilitator mempersilahkan kelompok untuk mendiskusikan setiap gagasan yang telah direkam. Dalam proses diskusi ini, bila terdapat kesamaan gagasan antara anggota, maka fasilitator merangkum dan merumuskan.

4. Setelah setiap gagasan diolah oleh kelompok dan dirumuskan kembali,

fasilitator akan mempersilakan parqa anggota untuk membuat ranking dari gagasan-gagasan yang diterima oleh kelompok. Ranking perorangan dibuat berdasarkan persepsi anggota mengenai prioritas dan elevansi. Ranking dibuat oleh anggota secara tertulis.

5. Fasilitator mengumpulpkan hasil ranking yang telah dibuat oleh setiap

anggota dan menganalisanya untuk mendapatakan hasil perhitungan rata-rata dari ranking peserta. Hasil analisa inilah yang merupakan consensus ari kelompok nominal.

2.3.5. Metode Time Series

Metode time series adalah metode peramalan secara kuantitatif dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Secara umum, ppermintaan pada masa akan datang dipengaruhi oleh waktu. Untuk membuat suatu peramalan diperlukan data histories permintaan. Data inilah yang akan dianalaisa dengan mengguanakan

parameter waktu sebagai dasra analisa. (Baroto 2002:30 )

Metode yang memberikan hasil peramalan secara tepat belum tentu te[pat untuk meramalkan data yang lain. Dalam peramalan time series, metode peramalan yang terbaik adalah metode yang memenuhi criteria ketepatan ramalan. Criteria ini


(39)

berupa mean absolute deviation (MAD), mean sequare of error (MSE), atau mean absolute procentage of error (MAPE)

Procedure peramalan permintaan dengan metode time series adalah sebagai berikutt :

1. Tentukan pola data permintaan. Dilakukan dengan cara memplotkan data

secara grafis dan menyimpulkan apakah data itu berpola trend, musiman, siklika, atau eratik/random.

2. Mencoba beberapa metode time series yang sesuai dengan pola permintaan

tersebut untuk melakukan peramalan. Metode yang dicoba semakin banyak semakin bak. Pad setiap metode, sebaiknya dilakukan peramalan dengan parameter yang berbeda.

3. Mengevaluasi tingkat kesalahan dari tiap-tiap metode yang telah dicoba.

Tingkat kesalahan diukur dengan criteria MAD, MSE, MAPE, atau yang lainnya. Sebainya nilai tingkatan kesalahan (apakah MAD, MSE, atau MAPE) ini ditentukan dulu.tidak ada ketentuan mengenai berapa tingkat kesalahan maksimal dalam peramalan.

4. memilih metode peramalan terbaik diantara metode yang dicoba. Metode

terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan tersebut di bawah batas tingkat kesalahan yang telah ditetapkan.


(40)

Berikut ini merupakn beberapa macam metode yang termasuk dalam metode time series hanya terdiri dari komponen average level dan komponen random.

1. Metode simple moving average.

Metode ini merupakan metode time series yang paling sederhana. Pada metode ini dasumsikan bahwa pola time series hanya terdiri dari komponen average level dan random error.

Rumusnya :

Rata-rata demand dari jumlah periode N,

 

N D D

D

Attt1... tN1

Jika diasumsikan komponen time series adalah average level maka peramalan pada periode t+1 adalah sama denga rata-rata demand sebelumnya.

t

t A

F 1

2. Metode Weigh Moving Average

Model peramalan time series dalam bentuk lain dimana untuk

mendapatkan tanggapannya yang lebih cepat, dilakukan dengan cara memberikan bobot lebih pada data-data paeriode yang terbaru dari periode yang terdahulu.


(41)

Rumusnya :

Ft1A1W1DtW2Dt1 ...WNDtN1

Dengan kondisi :

  N i i W 1 1

3. Metode Exponensial Smoothing

Metode ini adalah salah satu jenis metode peramalan time series yang didasarkan pada asumsi bahwa angka rata-rata baru dapat diperoleh dari angka

rata-rata lama dan data demand yang terbaru.(Sumayang 2003:36)

Ada beberapa metode yang dikelompokkan dala metode exponential smooting, yaitu :

a. Single Exponential Smoothing

Rumus untuk metode ini adalah :

1

) 1

( 

t t

t D A

A  

Dimana : At = Perkiraan permintaan pada periode t

 = Pembobotan yang diberikan pada demand terbaru (0 1)

b. Doubel Single Exponential Smoothing

Double Single Exponential Smoothing adalah modifikasi dari exponential smoothing yang dirumuskan sebagai berikut :


(42)

 2

Xt =Xt X2t1

Dimana : Xt 2 : Permalan double exponential smoothing

 : Factor smoothing dan  1

j. Metode Regresi Linier

Regresi linier adalah metode popular untuk bebagai macam permasalahan. Untuk peramalan time series, formulasi regresi linier cocok digunakan bila pola data

adalah trend (Baroto,2002:41). Formulasi asli regresi linier adalah :

 

t a bt t

f0  .

Dimana : f

 

t = nilai dari fungsi permintaan pada periode t (variable terikat)

a0,b = intercept dan slope

t = periode (variable bebass)

t = error atau kesalahan atau penyimpangan pada periode t

Bila digunakan unutk peramalan, maka formula regresi linier adalah :

 

t a bt

f   .

Dimana :

 

 

 

 

2 2 2

.

t

t

n

t

f

t

t

t

f

t

a


(43)

 

 

 

 

   2 2 . t t n t f t t f t n b

2.4. Definisi Agregat Planning

Agregat planning adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang. Agregat planning juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply dan demand dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input, tranformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan agregat planning dibuat untuk produksi,

staffing, inventory, dan back order level. (Satria, 2007: Agregat Planning; on review)

2.4.1. Tujuan

Tujuan dari agregat planning adalah untuk meminimasi biaya akhir pada

periode perencanaan dengan mengetur : production raters, Labor levels, Inventory levels, Overtime work, Subcontracting, dan variabel yang terkontrol lainnya. Bisa dikatakan bahwa tujuan agregat planning pada dasarnya adalah membangkitkan (gregate) suatu rencana produksi dalam tingkatan top level production plans Output (Hasil).

Hasil dari agregar planning dihubungkan dengan strategi tujuan suatu perencanaan untuk individual product (Master production schedule / MPS).


(44)

Sedangkan pada perusahaan service / jasa. Agregat planning terkait dengan strategi untuk menghasilkan suatu penjadwalan tenaga kerja yang terperinci.

2.4.2 Dasar Proses Aggregat Planning

Dasar analisis dalam dalam agregat planning adalah hasil ramalan permintaan produk (Forcast) dan target produksi perusahaan. Hasil ramalan permintaan merupakan input utama dalam proses agregat planning. Selain peramalan, semua input untuk permintaan produk juga harus dimasukkan dalam proses agregat planning, misalnya pesanan-pesanan actual yang telah dijanjikan, kebutuhan persediaan gudanng, dan penyesuaian tingkat persediaan.

Target produksi ditentukan oleh top level business plan yang memperhatikan kapasitas dan kapabilitas perusahaan. Keterlibatan manajemen puncak sangat diperlukan pada tahap perencanaan produksi, khususnya perencanaan mengenai penentuan pabrikasi, pemasaran dan keuangannya. Agragat planning dikembangkan untuk merencanakan kebutuhan produksi bulanan atau triwulan bagi kelompok-kelompok produk sebagaimana yang telah dipikirkan dalam peramalan permintaan. Analisis dalam proses agregat planning dilakukan dalam kelompok produk (product family) dengan unit agregat, disamping itu proses agregat planning juga melibatkan pemilihan strategi planning adalah sebagaimana interface antara perusahaan atau system manufaktur dan pasar produknya.


(45)

2.4.3. Metode Agregat Planning

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada perencanaan produksi agregat. Beberapa diantaranya adalah

sebagai berikutnya : (Sritomo,2002:256)

1. Jumlah Tenaga Kerjanya Tetap dan Struktur Biayanya Linier

a. Trial dan Error

b. Program Linier

c. Transportasi

d. Program Dinamis

2. Jumlah Tenaga Kerjanya Berubah-ubah dan Struktur Biaya Linier

- Progran Linier

3. Jumlah Tenaga Kerjanya Berubah-ubah dan Struktur Biayanya Non Linier

a. Linier Decision Rule b. Heuristic Search

Perencanaan agregat menggunakan metode transportasi yang merupakan bagian dari perencanaan produksi program linier dengan jumlah tenaga kerja

(work-force) tetap. Metode ini mengijinkan penggunakan produksi regular,overtime,


(46)

dijamin optimal dengan asumsi optimistic bahwa tingkat produksi (yang dipengaruhi

oleh hiring dan training pekerja) dapat diubah dengan cepat. Agar metode ini dapat

diaplikasikan, kita harus memformulasikan persoalan perencanaan agregat sehingga :

1. Kapasitas tersedia (supply) ditanyakan dalam unit yang sama dengan

kebutuhan (demand)

2. Total kapasitas untuk horison perencanaan harus sama dengan total

peramalan kebutuhan. Bila tidak sama, kita gunakan variabel bayangan

(dummy) sebanyak jumlah selisih tersebut dengan unit cost = 0

3. Semua hubungan biaya merupakan hubungan linier. (Hakim,1999:71)

2.4.3.1. Perencanaan Agregat dan JIP dengan Metode Transportasi

Metode transportasi merupakan metode linier programming yang

disederhanakan. Metode ini memberikan hasil yang optimal jika kasus yang diselesaikan sesuai dengan asumsi/persyaratan masalah transportasi. Asumsi metode transportasi adalah sebagai berikut.

1. Kapasitas produksi dan permintaan dinyatakan dalam satuan yang sama.

2. Total kapasitas sama dengan total permintaan dalam horizon yang sama.

Jika ini tidak terpenuhi, maka harus dibuat kapasitas atau permintaan buatan

atau dummy dengan biaya nol per unit, sehingga system jadi seimbang.


(47)

Sasaran metode transportasi adalah meminimumkan biaya total (produksi regular, subkontrak , lembur, menganggur, dan penyimpanan). Metode matematis

untuk menyelesaikan maslah transportasi ini ada banyak, di antaranya metode north

west corner (NCR), metode vogel’s approximated methods (VAM), metode least

cost, dan lain-lain

Algoritma Metode Transportasi Nort West Corner Rule

a. Mendefinisikan Aternatif Produksi

Alternatif produksi dalam arti sempit adalah jenis sumber daya (kapasitas) yang akan disertakan dalam kegiatan produksi (pemenuhan permintaan). Karena alternative sumber daya produksi sifatnya bervariasi,maka kapasitas yang harus dinyatakan dalam satuan yang sama. Satuan untuk menyatakan kapasitas alternative produksi biasanya dinyatakan dalam satuan jam kerja, jam tenaga kerja, atau tenaga kerja. Produksi dapat dilakukan secara :

- regular time (RTt) dengan kapasitas per periode L,

- over time (OTt) dengan kapasitas Mt,

- subcontract (SCt),

- inventory (It) dengan kapsitas tidak terbatas.


(48)

b. Tentukan Biaya Per Unit

- Biaya Reguler Time (Cr)

- Biaya Over time (Co)

- Biaya Simpan (Ci)

- Biaya Back Order (Cb)

- Biaya subkontrak (Cs)

c. Menjumlahkan Semua Alternatif Kapasitas Produksi

Semua kapasitas yang tersedia selama satu tahun horizon perencanaan

(termasuk inventory awal) harus dijumlahkan. Jika suatau horizon terdapat n periode.

total kapasitas

jumlah total produksi selama periode adalah :

total permintaan

Dimana :

Yt = Permintaan pada periode t

Jika total kapasitas lebih besar dari total permintaan, maka harus dibuat


(49)

kapasitas, maka harus dibuat kapasitas dummy dengan biaya nol. Kenyataannya,

kapasitas atau permintaan dummy tidak akan diproduksi.

d. Memformulasikan Permasalahan dalam Matriks Transportasi

Matriks untuk formulasi masalah dengan horizon sebesar 4 periode. Kolom pertama dan terakhir menunjukan alternative produksi yang tersedia tiap periode dan kapasitasnya. Kolom kedua, ketiga, keempat, kelima menunjukan permintaan yang harus dipenuhi. Total permintaan per periode diletakkan pada baris terakhir, yaitu Y1, Y2, Y3, dan Y4. Tiap sel matriks berisi nilai r, v, dan seterusnya menunjukan biaya persatuan produksi jika permintaan dialokasikan ke sel tersebut.


(50)

Tabel 2.2 Matriks Transportasi

Periode Permintaan Sumber

1 2 3 4

Kapasitas Tak Terpakai

Kapsitas Produksi

10 0 C1 2C1 3C1 0 Pt0

RT1 Cr Cr+Ci Cr+2Ci Cr+3Ci 0 Pt1

1

OT1 C0 C0+Ci Cr+3Ci Cr+3Ci 0 Ot1

RT2 Cr Cr+Ci Cr+3Ci 0 Pt2

2

OT2 C0 C0+Ci C0+3Ci 0 Ot2

RT3 Cr Cr+3Ci 0 Pt3

3

OT3 C0 C0+3Ci 0 Ot3

RT4 Cr 0 Pt4

4

OT4 C0 0 Ot4

Peramalan

Permintaan Y1 Y2 Y3 Y4 R

e. Mengalokasikan Kapasitas (Sumber) Secara Optimal untuk Permintaan

Mengalokasikan tiap permintaan tiap periode pada sel biaya terendah lebih dahulu. Pemilihan sel hanya pada sel-sel kolom produksi yang bersangkutan. Bila semua permintaan sudah dialokasikan maka langkah terakhir adalah menjumlahkan


(51)

total produksi tiap periode (baris 2,3,4,5) dan hasilnya menjadi rencana agregat untuk horizon tersebut.

2.4.3.2. Perencanaan Agregat Dengan Metode ‘Dinamic Programming

Perencanaan agregat juga dapat dibuat dengan menerapkan metode program

dinamis (dynamic programming). Penerapan pada kondisi back order (kelambatan

pemenuhan permintaan) tidak diijinkan dan back order diijinkan 1. Back order tidak diizinkan

Asumsi bahwa biaya produksi k(Pi) adalah :

Di mana :

At = Biaya tetap produksi (set up)

C = Biaya Produksi Vvariabel Pt = Jumlah produksi pada periode t

Variabel yang lain :

Dt =Demand forecast pada periode t.


(52)

Cjk= Biaya produksi dalam periode j untuk memenuhi demand pada periode J, J+1, J+2, …+ k. Cjk termasuk biaya produksi dan biaya persediaan.

Biaya produksi pada selang waktu j hingga k, k(Pjk) adlah sebagai berikut : K(Pjk) = Aj + ct(Dj + Dj + 1 + Dj + 2 + … +Dk)

=Aj + ct Pj dan

di mana :

Hr = holding cost pada periode t

H(Pjk) = Biaya produksi pada interval j hingga k

K(Ir) = Biaya inventory pada akhir periode r

K(Ijk) = Biaya nventory selama interval j hinga k

Dari sini, total biaya produksi dan biaya inventory selama selang waktu j

hingga k adalah :

Cjk = k(Pjk) + k(Ijk)

= Aj + c Pj +

Cjk didefinisikan sebagai biaya selama sub periode j hingga k dari total

horizon perencanaan 0 hingga T. fungsi tujan untuk model dynamic programming


(53)

2. Back order diizinkan

Asumsi bahwa biaya produksi k(Pi) adalah :

Di mana :

At = Biaya tetap produksi (set up)

C = Biaya Produksi Vvariabel Pt = Jumlah produksi pada periode t

Variabel yang lain :

Dt =Demand forecast pada periode t.

It = Jumlah persediaan pada akhir periode t.

Cjk= Biaya produksi dalam periode j untuk memenuhi demand pada

periode J, J+1, J+2, …+ k. Cjk termasuk biaya produksi dan biaya persediaan.

Biaya produksi pada selang waktu j hingga k, k(Pjk) adlah sebagai berikut : K(Pjk) = A1 + ct(Dj + Dj + 1 + Dj + 2 + … +Dk)


(54)

=A1 + ct Pj dan

di mana :

Hr = holding cost pada periode t

H(Pjk) = Biaya produksi pada interval j hingga k

K(Ir) = Biaya inventory pada akhir periode r

K(Ijk) = Biaya nventory selama interval j hinga k

Dari sini, total biaya produksi dan biaya inventory selama selang waktu j

hingga k adalah :

Cjk = k(Pjk) + k(Ijk) + k(Sr)

Cjk didefinisikan sebagai biaya selama sub periode j hingga k dari total

horizon perencanaan 0 hingga T. fungsi tujan untuk model dynamic programming


(55)

2.4.3.3. Perencanaan Agregat dan JIP Dengan Metode Linier Goal Programming

Linier goal programming merupakan modifikasi atau variasi khusus dari

linier programming. Oleh karena itu, linier goal programming pada banyak aspek

memiliki persamaan dengan linierl programming. Di antaranya keduanya

menggunakan model matematis linier dan dapat diseleaikan dengan algoritma simpleks.

Perbadaan antara lain sebagai berikut.

1. Linierl programming hanya bergerak dalam analisis masalah-masalah yang

mempunyai satu tujuan, sedangkan linier goal programming dapat bergerak

dalam masalah-masalah yang mempunyai tujuan lebih dari satu.

2. Linier goal programming menggunakan struktur prioritas tujuan dan pembobotan. Struktur prioritas menentukan urutan kepentingan di antara tujuan-tujuan derajat preferensi untuk tujuan-tujuan yang berada pada level prioritas, yang lebih tinggi akan dipenuhi dahulu sampai mencapai nilai yang mungkin tidak diperbaiki lagi begitu seterusnya. Sedangkan untuk tujuan-tujuan yang berada level yang sama pemuasannya, akan lebih diutamakan pada tujuan yang memiliki nilai bobot yang lebih tinggi.

Model Umum Linier Goal Programming

Pada model Linier goal programming, fungsi f(x) ditransformasikan dalam

bentuk fungsi linier yang lebih spesifik, yaitu Cij dengan memperhatikan nilai

sebelumnya, bentuk umum dari permasalahan linier goal programming dapat


(56)

Tentukan agar meminimumkan

Sedemikian hingga memenuhi

Untuk semua I dan x, n, p ≥ 0 di mana;

I = Koefisien yang berkaitan dengan variabel keputusan ke j pada tujuan ke i

xj = Variabel keputusan ke j

bi = Tetapan sisi kanan untuk sasaran atau kendala i

fi(x) = Sisis kiri dari kendala untuk sasaran linier

gk (d-, d+) = fungsi linier variabel deviasi yang berkaitan dengan tujuan atau kendala

pada tingkat prioritas ke k

Perumusan Masalah Linier Goal Programming

Perumusan permasalahan linier goal programming hamper sama dengan

perumusan linier programming. Perbedaannya adalah dalam penentuan fungsi tujuan,

yang digunakan pada linier programming ada variabel simpangnya, sementara pada

linier goal programming adalah variabel keputusannya. Berikut ini beberapa langkah

dalam perumusan masalah linier goal programming.

1. Penentuan variabel keputusan, merupakan dasar dalam pembuatan model keputusan untuk mendapatkan solusi yang dicari.

2. Penetuan fungsi tujuan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam memformulasikan fungsi tujuan adalah sebagai berikut.


(57)

a. Setiap funsi tujuan harus dinyatakan sebagai fungsi dari variabel keputusan yang disimbolakan dengan fi (xi),

b. Setiap fungsi nilai tujuan memiliki nilai yang berhubungan dengan nilai

sisi kanan (bi) yang merupakan target atau tujuan dari fungsi tujuan

tersebut.

3. Perumusan fungsi sasaran. Pada langkah ini tiap tujuan pada sisi kirinya ditambahkan dengan variabel simpangan negatif. Dengan ditambahkannya variabel simpangan, maka bentuk fungsi dari sasaran menjadi fi(xi) + di- - di+ = bi.

4. Penentuan prioritas utama. Pada langkah ini dibuat urutan dari tujuan-tujuan. 5. Penentuan pembobotan. Pada tahap ini merupakan kunci dalam menentukan

urutan dalam suatu tujuan dibandingkan dengan tujuan yang lain.

6 Penentuan fungsi pencapaian (achievement fungsi). Di sini kuncinya adalah memilih variabel simpangan yang benar untuk dimasukkan dalam fungsi pencapaian dan kemudian ditambahkan prioritas dan bobot yang diperlukan. Langkah pertama yang dilakukan adalah fungsi linier variabel simpangan. Selanjutnya dalam memformulasikan fungsi pencapaian adalah menggabungkan setiap tujuan yang berbentuk meminimasi variabel simpangan sesuai dengan prioritasnya. Dengan demikian persamaan matematis dapat ditulis sebagai berikut.

Minimasi a = {P1 (gi, di-, di+), P2,(d2-, d2+), …, Pk (gk (dk-, dk+)}

Minimasi yang dilakukan tergantung pada pertimbangan nilai sisi kanannya terhadap nilai variabel keputusan yang diinginkan, terlihat pada table berikut ini.


(58)

Tabel 2.3 Prosedur Fungsi Pencapaian

Tujuan Kemungkinan Simpangan Prodesur

Xi ≥ bi Xi ≤ bi Xi = bi

di di- di, di+

Minimasi di Minimasi di- Minimasi di-, di+

2.4.4. Strategi Perencanaan Agregat

Terdapat 7 strategi yang digunakan dalam perencanaan agregat, yaitu :

1. Melakukan Variasi Tingkat Persediaan

Pada strategi ini jumlah karyawan dan waktu kerja dipertahankan tetap sehinggga rata-rata tingkat produksi akan tetap. Kelebihan produksi yang terjadi pada periode permintaan rendah disimpan sebagai persediaan yang nantinya digunakan untuk menutupi kekurangan produksi pada waktu terjadi permintaan yang lebih tinggi dari tingkat produksi (Gambar 2.2)

Kelemahan strategi ini adalah timbulnya biaya penyimpanan persediaan berupa biaya sewa gudang, adminitrasi, asuransi, kerusakan material, dan bertambahnya modal yang tertanam. Namun pihak lain, pada waktu terjadi permintaan tinggi perusahaan dapat menghindari terjadinya kehilangan penjualan karena memiliki kelebihan persediaan yang diperoleh pada waktu permintaan rendah. Kehilangan persediaan sebagai


(59)

Kelebihan produksi 

disimpan sebagai 

Permintaan 

Kekurangan produksi  dipenuhi dengan persediaan

Tingkat produksi

akibat tidak adanya persediaan membawa pengaruh kepada ketidakpuasan pelanggan, bahkan beralihnya pelanggan kepada pihak pesaing

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Gambar 2.2: Strategi Variasi Tingkat Persediaan

Strategi ini tidak dapat digunakan untuk kegiatan jasa (misalnya transportasi, kesehatan, atau pendidikan) karena jasa tidak dapat disimpan sebagai persediaan. Strategi ini juga tidak tepat bagi perusahaan yang produknya cepat rusah / tidak tahan lama, berhubungan dengan mode / fashion, bernilai tinggi / mahal, atau memerlukan ruang simpan yang sangat besar.

2. Melakukan Variasi Jam Kerja

Dalam strategi ini jumlah karyawan dijaga tetap untuk suatu tingkat produksi tertentu, perubahan hanya dilakukan terhadap jumlah jam kerja.


(60)

Jika permintaan naik, diadakan penambahan jamkerja (lembur, over time) untuk menambah produksi, sedangkan jika permintaan turun dilakukan

pengurangan jam kerja (Under time). Gambar 2.3 Menunjukkan keadaan

ini.

Lembur biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar karena upah lembur lebih besar dari pada upah pada waktu regular. Selain itu, terlalu banyak lembur dapat menurunkan produktivitas dan menambah biaya overhead. Under time disini bisa dalam bentuk seluruh atau sebagian karyawan bekerja dalam tingkat kecepatan yang lebih lambat tetapi dengan upah yang tetap (regular). Yang tentunya menimbulkan biaya tinggi, atau dengan melalui penggunaan jumlah hari / jam kerja yang lebih pendek yang dikaitkan dengan pengurangan jumlah upah. Apabila tingkat kecepatan kerja dan kerja dipertahankan tetap, untuk mengisi kekosongan jam kerja karyawan dapat dimanfaatkan untuk pemeliharaan masin dan peralatan, kebersihan atau pekerjaan lain yang bermaanfaat.


(61)

Permintaan  

Tingkat produksi 

pada jam kerja  l Pengurangan jam kerja Penambahan jam kerja

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Gambar 2.3: Strategi variasi jam kerja

3. Melakukan Variasi Jumlah Tenaga Kerja

Apabila terjadi permintaan tinggi maka dilakukan penambahan tenaga kerja. Sebaliknya, pada waktu permintaan rendah dilakukan pengurangan

tenaga kerja (Lay Off). Biaya yang timbul mencakup biaya pengadaan

tenaga kerja (Iklan, tes, wawancara, pelatihan) atau pesangon bagi tenaga kerja yang dikurangi.

Strategi ini cocok untuk ditetapkan apabila tenaga kerja yang disewa atau dikurangi mempunyai ketrampilan yang rendah (misalnya untuk hotel, retoran, perkebunan, atau beberapa pabrik) dan jika pasar tenaga kerja memiliki suplai yang besar. Bagi perusahaan yang memerlukan tenaga kerja dengan ketrampilan tinggi, strategi ini tidak mudah diterapkan karena tenaga kerja yang demikian lebih menyukai pekerjaan


(62)

yang tetap dan terjamin. Selain itu, pengurangan tenaga kerja yang terlalu sering dapat mempunyai pengaruh negatiuf, yaitu menurunkan moral kerja karyawan yang mengakibatkan penurunan produktivitas.

4. Sub Kontraak

Sub kontrak dilakukan apabila terjadi permintaan yang bertambah sementara kapasitas produksi tidak cukup untuk memenuhinya, sedangkan perusahaan tidak menghendaki kehilangannya permintaan atau pelanggan penting. Sub kontraktor yang dipilih tentunya yang dapat memenuhi standart mutu yang disyaratkan dan dapat memenuhi jadwal pengiriman. Kerugian strategi sub kontrakadalah harga pokok produksi menjadi lebih tinggi, bias memberikan kesempatan pada pesaing untuk maju, dan adanya resiko karena tidak dapat secara langsung mengontrol mutu produk dan penjadwalan.

5. Menggunakan Pekerja Paruh Waktu

Dalam sektor jasa, pekerja paruh waktu (part time) dalam memenuhi

kebutuhan tenaga kerja berketerampilan rendah, seperti direstoran, took eceran, dan supermarket. Metode ini membawa konsekuensi biaya yang

rendah dan lebih fleksibel dari pada menggunakan tenaga kerja tetap.

Kelemahan metode ini, mengakibatkan perputaran (turn over) tenaga kerja

dan biaya pelatihan yang tinggi, serta mempengaruhi konsistensi mutu produk. Apabila strategi ini diterapakan untuk pekerjaan yang


(63)

memerlukan ketrampilan tinggi, masalah yang perlu diantisipasi ialah tidak tersedianya tenaga kerja pada saat diperlukan karena mereka mencari kerja ditempat lain.

6. Mempengaruhi Permintaan

Jika permintaan turun / rendah, perusahaan berusaha menaikkan permintaan melalui iklan, promosi, pemotongan harga (diskon), atau mengalakkan bentuk kegiatan pemasaran ini. Misalnya, perusahaan penerbangan sering memberikan potongan harga pada akhir pecan atau pada musim-musim sepi. Biaya tambahan yang timbul tentunya berupa biaya iklan, potongan harga dan biaya program promosi lainnya.

Strategi ini juga termasuk menggeser permintaan dari periode permintaan tinggi ke periode permintaan rendah, seperti yang dilakukan perusahaan telekomunikasi. Pada saat siang hari, banyak permintaan telepon yang tidak terlayani karena seluruhnya penuh (kapasitas yang tersedia terpakai semua). Untuk itu, dilakukan strategi menggeser tarif yang sangat signifikan. Hal itu menyebabkan konsumen yang tadinya akan menggunakan jasa telepon siang hari beralih kemalam hari karena igin mendapatkan biaya rendah. Permintaan siang hari yang potensi hilang menjadi tetap ada karena pindah kemalam hari karena ingin mendapatkan biaya rendah. Permintaan siang hari yang potensi hilang menjadi tetap ada karena pindah ke malam hari.


(64)

7. Pemesanan Tertunda Selama Periode Permintaan Tinggi

Pemesanan tertunda (back-order)vadalah pemesanaan barang atau jasa

yang diterima perusahaan tetapi baru dapat dipenuhi kemudian setelah perusahaan mempunyai persediaan. Pemesanan tertunda berlaku umum

bagi perusahaan mail-order atau perusahaan yang memproduksi

barang-barang yang kompleks atau bernilai tinggi, seperti mesin-mesin khusus, pesawat terbang, kapal laut da, kendaraan bermotor. Demikian juga untuk perusahaan jasa tertentu, seperti reparasi yang sulit, jasa konsultasi, dan pelayanan dokter. Strategi ini sering tidak dapat dilaksanakan untuk perusahaan menjual barang-narang konsumsi, seperti makanan, obat-obatan, atau pakaian. Demikian pula bagi perusahaan yang memberikan jasa rutin, seperti restoran, bioskop dan kendaraan transportasi umum.

Keuntungan strategi ini, dapat menghindari lembur dan tetap menjaga kapasitas produksi yang konstan. Sementara kelemahannya adalah tertundanya penerimaan / penjualan hanya dapat dilakukan apabila permintaan lebih tinggi daripada penawaran.

2.4.5 Perencanaan Produksi Agregat

Perencanaan produksi agregat merupakan perencanaan produksi jangka menegah yang secara sistimatis menentukan pilihan terbaik dari serangkaian alternative fasilitas produksi untuk memenuhi total permintaan produk dengan total biaya produksi yang paling rendah dan juga untuk memanfaatkan secara optimal


(65)

semua sumber daya yang tersedia yang termasuk orang, mesin, energy dan lain-lain. Kata agregat dalam perencanaan agregat itu sendiri mempunyai maksud bahwa perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan nilai secara keseluruhan atau kelompok besar yang merupakan total dari nilai-nilai elemen yang ada.

Biaya yang terlibat dalam penambahan agregat antara lain :

1. Hiring Cost (Ongkos Penambahan tenaga kerja).

Tambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuki iklan, proses seleksi dan training. Ongkos training merupakan ongkos yang besar apabila tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga kerja baru yang belum berpengalaman.

2. Firing Cost (Ongkos pemberhentian tenaga kerja)

Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan drastis. Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pasongan bagi karyawan yang diPHK, menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social.

3. Overtime cost dan undertime cost atau (ongkos lembur atau ongkos menganggur )

Pengunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi,

tetapi konsekuensinya perusahaan harus mngeluarkan ongkos tambahan lembur yang biasanya 150 % dari ongkos kreja regular. Disamping ongkos tersebut, adanya lembur akan memperbesar tingkat absent kariyawqan karena lelah.


(66)

4. Inventori cost dan backorder cost (ongkos persediaan dan ongkos kehabisan persediaan)

Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada saat-saat tertentu. Konsekwensinya dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan adalah timbulnya ongkos penyimpanan (inventory cost/holding cost) yang berupa ongkos tertahannya modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan ongkos sewa gudang.

Kebalikan ari kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk ongkos kehabisan persediaan. Ongkos kehabisan persediaan ini dihitung berdasarkan berapa permintaan yang datang tetapi tidak dapat dilayani Karena barang yang diminta tidak tersedia.

5. Subcontrak cost (ongkos subkontrak)

Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular, biasanya perusahaan mensubkontrakkan kelebihan permintaan yang tidak bias ditanganinya sendiri kepada perusahaan lain. Konsekuwensi dari kebijaksanaan ini adalah timbulnya ongkos subkontrak, dimana biasanya ongkos ini lebih mahal disbanding memproduksi sendiri dan adanya resiko keterlambatan penyerahan dari kontraktor.


(67)

2.4.6 Konsep Perencanaan Agregat

Pembangunan suatu agregat dapat dicapai dengan mengidentifikasi suatu ukuran dari output yang dihasilkan. Hal ini tidak menjadi masalah apabila produk yang dihasilkan hanya satu jenis saja sedangkan pada kenyataannya produk yang dihasilkan ada beberapa jenis sehingga pengukuran jumlah output tidaklah mudah untuk dilakukan. Pengukuran selalu dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan setiap produk dalam suatu group (family), walaupun berbeda, tetapi mempunyai persamaan dalam proses produksi ataupun dalam bahan bakunya.

Perencanaan agregat akan menghasilkan master production schedule (MPS)

atau disebut juga jadwal induk produksi untuk produk akhir. Master production

schedule ini berisi jadwal kapan produk akhir tersebut harus selesai diproduksi. Hasil

dari MPS ini kemudian dibuat perencanaan kebutuhan material (material

requirements planning). Sedangkan tujuan dari perencanaan aggregate yaitu

menyesuaikan ramalan permintaan yang digunakan sebagai target produksi dengan kapasitas fasilitas yang dimiliki secara optimal sehingga maminimumkan total biaya

produksi yang dikeluarkan.

2.5 Disagregate

Proses disaggregate bertujuan untuk membuat jadwal produksi setiap item produk secara terperinci, karena perencanaan aggregate dilakukan pada tigkat surrogate product. Dalam tahap ini jadawal aggregate dipecah menjadi rencana


(68)

produksi terperinci untuk setiap produk. Metode untuk mendisagregasikan rencana aggregate yang di bahas dalam bab ini adalah metode HAX dan MEAL. Metode HAX adan MAEL ini pada dasarnya adalah masalah pengendalian produk jadi yang dibatasi oleh kapasitas produksi. Bedworth dan Bailey menyatakan bahwa model HAX dan MEAL ini merupakan model yang palikatif jika dibandingkan dengan model disagregasi lainya karena teknik perhitungannya tidak terlalu rumit,disamping juga memudahkan pengendalian tingkat persediaan produk jadi.

Kebanyakan fasilitas produksi menghasilkan beberapa family dalam satu lintas produksi yang sama. Family ialah kelompok produk sejenis yan diproduksi secara bersamaan, karena alas an teknologi atau ekonomi. Karena ongkos set up untuk penggantian famili yang diproduksi biasanya ebih mahal dari ongkos set up untuk penggantian item dalam famili yang bersangkutan sebelum melakukan set up untuk melakukan produksi item dalam famili yang lainnya. Dengan berlandaskan pada filosifi diatas, pada dasarnya metode HAX dan MEAL terdiri atas dua tahap, yaitu menentukan famili produk mana yang harus diproduksi pada periode yang akan datang dan menetukan jumlah iitem produk yang harus diproduksi dalam famili tersebut.

Algoritma Metode HAX dan MEAL

Langkah pertama dalam algoritma HAX dan MEAL ialah memilih famili yang akan dimasukkan dalam rencana produksi di jadwal induk. Langkah ini dilakukan dengan membandingkan persediaan produk jadi yang ada dengan ramalan


(69)

permintaan. Jika suatu produk dalam suatu famili diramalkan akan berada dibawah tingkat persediaan yang aman (safety stock) sebelum akhir periode, maka seluruh famili produk tersebut diputuskan untuk diproduksi. Idealnya semua produk dalam famili tersebut diproduksi pada saat yang bersamaan.

Langkah kedua ialah menetukan tiap item dalam tiap famili harus dproduksi. Konsekwensinya dapat diketahui bahwa jumlah siklus produksi untuk satu famili dalam satu tahun akan sama untuk satu famili, karena seluruh item dalam famili tersebut diproduksi secara bersamaan. Dengan demikian, total ongkos persediaan dalam satu tahun adalah :

Ongkos simpan :

2 ) / (

.I S T N

Cij ijij

Dimana :

ij

C = Harga satuan tiap item persediaan

I = Tingkat suku bunga

Ongkos set up dari satu famili ke famili lainnya (dalam satu tahun) dinyatakan sebagai :

Ongkos = SiNi


(70)

Dengan demikian didapatkan persamaan ongkos total yang selanjutnya dideferensiasikan dan hasilnya diset sama dengan nol. Hasil diferensiasi tersebut akan

menghasilkan N1optimal. Setelah N1 optimal dapat dihitung maka Qij akan dapat

dihitung.

2.6 Produk

Semen adalah campuran senyawa yang bersifat hidrolis artinya jika dicampur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahan-bahan lain menjadi satu kesatuan massa yang dapat memadat dan mengeras. Secara umum semen dapat didefinisikan sebagai alat perekat yang dapat merekatkan bagian-bagian benda padat menjadi bentuk yang kuat kompak dank keras.

2.6.1 Sejarah Singkat Perkembangan Semen

Hingga akhir tahun 2008, diperkirakan konsumsi semen mencapai 45 juta ton. Pada akhir 2007, penjualan semen hampir mencapai 42,2 juta ton. Apabila Dibandingkan dengan Negara lain, konsumsi semen per kapita penduduk Indonesia masih rendah. Konsumsi semen hanya sekitar 160 kilogram per kapita per tahun, sedangkan negara lain di kawasan Asia Tenggara di atas 200 kilogram per kapita per tahun (Tempo, 2007).

Di kawasan ASEAN, Indonesia pengguna semen terbesar kedua setelah Vietnam. Dari total produksi 121 juta ton semen di ASEAN, 20% diantaranya,


(71)

dikonsumsi di Indonesia. Sedangkan Vietnam yang tertinggi mencapai 27%. Data Asosiasi Semen ASEAN menyebutkan Singapura adalah pengguna semen terkecil yakni 2% (Suarasurabaya, 2003).

Minat investasi industri semen di Indonesia sangat tinggi menyusul terus

naiknya pertumbuhan permintaan semen di dalam negeri akibat meningkatnya

kegiatan konstruksi khususnya sektor perumahan di Pulau Jawa. Program

pembangunan jalan tol sepanjang 1.600 kilometer pada periode 2005-2009 merupakan program lain yang membutuhkan persediaan semen (Bisnis, 2005).

2.6.2 Bahan Baku Semen

Semen terdiri dari dua jenis, yaitu semen portland dan semen pusolan. Semen

Portland (Natural cement) adalah campuran antara batugamping, lempung dan

silika, setelah digerus dan dicampur dengan air menghasilkan semen bersifat keras.

Sedangkan Semen pusolan (Pozzolan Cement), yaitu campuran gamping halus dan

batuan gunungapi (tufa silikaan, abu gunungapi) atau bahan lain yang kemudian dicampur dengan air menjadi bahan yang keras. Semen portland adalah perekat hidrolis yang dihasilkan dari penggilingan klinker dengan bahan utamanya yaitu Kalsium Silikat (CaSiO2), dan satu atau dua bahan Kalsium Sulfat (CaSO4) sebagai bahan tambahan. Sesuai dengan fungsinya, bahan mentah dalam industri semen di bagi atas tiga kelompok yaitu :

a. Bahan mentah utama (Raw Materials)


(72)

kedudukannya dengan bahan lain, karena semen sebagian besar tersusun dari bahan ini, yaitu Batugamping dan Batulempung. Kedua bahan ini

memegang peranan yang sangat penting karena pada bahan ini

mineral calcareous (CaCO3 > 75%) dan mineral argillaceaus (CaCO3 < 75%) terdapatnya atau berupa CaO. Pada adonan semen Batugamping mempunyai komposisi 70% - 75% dan Batulempung 15% - 20%.

b. Bahan korektif (Corrective Materials)

Bahan korektif untuk pembuatan semen yaitu pasirbesi (Fe2O3) dan pasirkuarsa (SiO2). Komposisi untuk adonan semen dari kedua bahan ini termasuk unsur minor karena berjumlah paling kecil. Pasir kuarsa mempunyai komposisi 0,5% - 1,0% sedangkan pasirbesi 0,0% - 0,5% dari keseluruhan adonan semen. Bahan ini dipakai apabila terjadi kekurangan salah satu komponen pada pencampuran bahan-bahan mentah utama, misalnya kekurangan unsur CaO, SiO2 atau Al2O3 dalam adonan. Sedangkan pasir besi kadang-kadang dapat diganti atau bahkan tidak dipergunakan sama sekali, apabila unsur yang terkandung di dalamnya sudah tersedia.

c. Bahan tambahan (Additive Materials)

Bahan tambahan yaitu gipsum, yang ditambahkan pada saat pembuatan semen sedang berlangsung, dicampurkan pada klinker atau ditambahkan


(73)

keseluruhan bahan semen dan bahan ini dapat mengandung sulfat (SO4). Bahan-bahan mentah untuk semen tersebut mempunyai komposisi berbeda untuk pembuatan semen portland, begitu pula kandungan unsur tiap bahan bakunya berbeda pula satu sama lain, dan pada umumnya komposisi bahan pembentuk semen adalah sebagai berikut :

1. Batugamping = 70% - 75%

2. Batulempung = 15% - 20%

3. Gipsum = 4% - 6%

4. Pasirkuarsa = 0,5% - 1%

5. Pasir Besi = 0,0% - 0,5%

Kecuali pasirbesi, bahan baku semen di atas dikatagorikan sebagai mineral industri. (bahan galian golongan C menurut UU No.11/1967)

2.6.3 Komposisi Bahan Baku Semen

1. Batu gamping

Batu gamping dengan kadar CaCO3 antara 80%-85% sangat baik sebagai bahan baku semen karena lebih mudah digiling untuk menjadi homogen. Batugamping sebagai bahan baku utama semen harus memenuhi syarat kimiawi tertentu :


(74)

2. Al2O3 + Fe2O3 = 5% - 12%

3. SiO2 = 1% - 15%

4. MgO = < 5%

Faktor kejenuhan batu gamping yang baik yaitu lebih dari 1,02 dan tidak boleh kurang dari 0,66. Faktor kejenuhan (Fk) dihitung dengan memakai persamaan sebagai berikut :

Faktor kejenuhan (Fk) =

(% CaO) + 0,7 (% SiO2)

2,8(%SiO2)+1,2(%Al2O3)+0,65(%Fe2O3) 2. Batu lempung

Batu lempung yang akan dipakai sebagai bahan baku semen sebaiknya mempunyai kadar SiO2 lebih besar dari 70% dan Al2O3 lebih kecil dari 10%.

Kedua unsure pembentuk batu lempung ini berfungsi sebai bahan pengoreksi.

Jika kadar Fe2O3 dalam batu lempung lebih kecil dari 10% maka perlu memakai bahan pengoreksi yaitu berupa pasir besi.

3. Gipsum

Gipsum (CaSO4 2H2O) dipergunakan sebagai bahan tambahan (additve

material) pada pembuatan semen Portland dengan jumlah antara 4%-6%. Fungsi


(75)

pengerasan semen dan juga untuk menentukan kualitas semen.

Komposisi kimia gipsum untuk bahan baku semen Portland disyaratkan sebagai berikut :

1. CaO = 30% - 35% (sekitar 2/3 dari berat minimum SO3)

2. SO3 = 40% - 45%

3. H2O = 15% - 25%

4. Garam Mg dan Na = 0,1 %

5. Hilang pijar = 9%

6. Ukuran partikel = 95% (-14 mesh)

4. Pasir kuarsa

Dalam industri semen pasir kuarsa dipakai sebagai bahan koreksi bersama

pasir besi, pyrite, bauxite, laterit atau kaolin. Komposisi kimia yang disyaratkan adalah sebagai berikut :

1. Kadar SiO2 = 95 % - 99 %

2. Kadar Al2O3 = 3 % - 4 % 3. Kadar Fe2O3 = 0 % - 1 %


(1)

Production schedule adalah hasil dari perencanaan agregat yang merupakan dasar untuk membuat jadwal induk produksi. Dari hasil perencanaan produksi agregat Januari 2011 – Desember 2011 di dapatkan jadwal produksi untuk tahun 2011 adalah sebagai berikut :

4.13 Jadwal Produksi Januari 2011 – Desember 2011

3/21/2011     Regular  Overtime  Total  Ending  Number o

15:02:33  Demand  Production  Production  Production  Inventory  Employee

Initial              94,977.00  216 

Period 1  692,770  680,689  0  680,689  82,896.00  216 

Period 2  663,408  663,408  0  663,408  82,896.00  216 

Period 3  667,090  667,090  0  667,090  82,896.00  216 

Period 4  650,083  650,083  0  650,083  82,896.00  216 

Period 5  651,957  651,957  0  651,957  82,896.00  216 

Period 6  656,920  656,920  0  656,920  82,896.00  216 

Period 7  695,880  695,880  0  695,880  82,896.00  216 

Period 8  717,313  717,313  0  717,313  82,896.00  216 

Period 9  694,180  694,180  0  694,180  82,896.00  216 

Period 10  688,528  688,528  0  688,528  82,896.00  216 

Period 11  702,438  702,438  0  702,438  82,896.00  216 

Period 12  696,117  696,117  0  696,117  82,896.00  216 

                    

Total  8,176,685  8,164,604  0  8,164,604  994,752.00    

Sumber : Hasil Perhitungan Dengan Software Win QSB (Lampiran D).

Dari hasil perencanaan produksi agregat seluruh permintaan dapat dipenuhi dengan berproduksi seperti biasa tanpa jam lembur untuk periode Januari 2011 – Desember 2011 dengan total yang mampu diproduksi sebanyak 8164604 ton selama 12 periode


(2)

(1 tahun). Dan jumlah safety stock atau persediaan pengaman sebanyak 82896 ton tiap periode.

4.7. Analisa dan Hasil Perancanaan Produksi Agregat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(3)

Perencanaan produksi agregat dengan menggunakan program computer “Win QSB” dan memilih metode Linier Programming karena metode ini dianggap sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini. Dari hasil perencanaan produksi agregat seluruh permintaan dapat dipenuhi dari Januari 2011 – Desember 2011 dengan total yang mampu diproduksi sebanyak 8164604 ton dengan total biaya produksi sebesar Rp 1,972,795,000,000.00. Maka perencanaan produksi agregat merupakan kontribusi yang layak bagi PT. Semen Gresik (PERSERO) Tbk.

Disamping itu inventory dapat diatur sesuai dengan jumlah permintaan dan jumlah produk yang harus diproduksi sehingga tidak menimbulkan adanya over produksi dan under produksi yang menyebabkan kerugian perusahaan. Jam kerja yang dihasilkan sesuai dengan kemampuan pekerja sehingga overtime tidak terlalu tinggi, hal ini dapat membuat pekerja bekerja sebaik mungkin sedangkan perusahaan dapat memperkecil biaya overtime.


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil perencanaan agregat di 12 periode yang akan datang yakni Janurai 2011 – Desember 2011 diperoleh total produksi sebesar 8164604 ton.

2. Berdasarkan perencanaan produksi agregat Januari 2010 – Desember 2010 didapatkan total biaya produksi sebesar Rp 1.985.085.000.000,00 dan total biaya riil sebesar Rp 2.061.701.494.700,00 (Sumber : PT. Semen Gresik (PERSERO) Tbk.), maka diperoleh penghematan sebesar 3,7 % yakni Rp 76.616.494.700,00. Sedangkan untuk total biaya produksi di 12 periode yang akan datang yakni Januari 2011 – Desember 2011 sebesar Rp 1,972,795,000,000.00.

3. Dari hasil perhitungan persediaan pengaman atau safety stock didapatkan jumlah persediaan pengaman yang harus diproduksi sebagai langkah pengendalian persediaan tiap bulan untuk 12 periode yang akan datang yakni Januari 2011 – Desember 2011 adalah sebanyak 82896 ton/bulan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(5)

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang bisa kami berikan pada perusahaan yaitu antara lain : 1. Perusahaan diharapkan untuk menerapkan perencanaan produksi agregat

karena dengan metode tersebut mampu meminimasi biaya produksi sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dan dapat memenuhi seluruh permintaan dengan waktu yang tepat.

2. Untuk memudahkan perhitungan sebaiknya menggunakan software

komputer sehingga lebih sistematis dan memudahkan perusahaan dalam melakukan perencanaan dan apabila ada perubahan mendadak dapat diantisipasi lebih awal.


(6)

Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Baroto, T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Hakim, 1999. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Handoko T. H., 2000, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE Yogyakarta, 255-296.

Horngren, C. T., Foster G., and Datar S. M., 2000, 10th Edition, Cost Accounting: A Managerial Emphasis, Prentice-Hall, Inc, New Jersey, 378.

Kusuma, H., 2002, Edisi 1, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Andi, Yogyakarta, 41-42.

Sritomo, W. 2002. Pengantar Teknik dan Manajemen Industri, Penerbit Guna Widya, Jakarta .

Sumayang, L. 2003. Dasar-dasar Menejemen Produksi dan Operasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta .

Satria, 2007. Agregat Planning, Penerbit Guna Widya, Jakarta

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :