B. Hasil Pemilihan Bahan
Berdasarkan hasil pemilihan bahan penelitian, ketela rambat yang digunakan adalah ketela rambat yang bagian dalamnya atau bagian daging
umbinya berwarna putih dan sedikit terdapat bercak kekuningan dan kulit umbinya berwarna kekuningan. Menurut sumber yang diwawancara oleh
wartawan Surat Kabar Harian Republika pada tanggal 21 Juli 2011 pada bagian rubrik kuliner
menyatakan bahwa “
Untuk membuat tepung pati ubi jalar, menurut Ratih Suratih, dari Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa, menjelaskan pada
dasarnya semua ubi jalar dapat dijadikan tepung pati
. “Tapi yang paling bagus
yang putih, dibanding yang kuning atau ungu
”
Tepung pati ubi jalar juga
menurutnya yang paling mudah dibuat juga dari ubi jalar putih. “Karena jumlahnya lebih banyak, lebih mudah mencarinya,” ujarnya.” Selain itu menurut
Suprapta, Antara, Arya, Sudana, Duniadji dan Sudarma 2003, kandungan pati dan gula tereduksi dari ketela rambat yang berwarna putih ini merupakan
kandungan pati dan gula tereduksi yang tertinggi jika dibandingkan dengan ketela rambat yang lain. Ketela rambat yang digunakan adalah ketela rambat yang telah
matang. Kriteria ketela rambat yang telah matang adalah dapat dipanen bila ubi- ubinya sudah tua matang fisiologis.
C. Preparasi Limbah Ketela Rambat
Preparasi limbah ketela rambat ini mengikuti tata cara pembuatan tepung pati ketela rambat seperti yang dikutip dari sumber yang diwawancara oleh
wartawan Surat Kabar Harian Republika pada tanggal 21 Juli 2011 pada bagian rubrik kuliner. Preparasi limbah ketela rambat dilakukan sedikit modifikasi yaitu
pada proses pencucian dan pengupasan ketela, ketela lalu langsung dipotong kecil-kecil lalu diblender dengan menambahkan sedikit air lalu hasil
pemblenderan dari ketela rambat disaring dengan kain mori. Saat penyaringan campuran tersebut dilakukan penambahan air kembali lalu hasil saringan
ditampung dalam wadah pengendapan. Cairan pertama hasil penyaringan yang diperoleh langsung diambil dan dipindahkan ke dalam botol plastik sambil
diendapkan kembali sisa pati selama kurang lebih 3 jam. Alasan digunakan cairan pertama hasil penyaringan karena cairan pertama hasil penyaringan ini memiliki
kandungan nutrisi yang tertinggi dibandingkan cairan hasil penyaringan berikutnya. Setelah 3 jam, maka cairan dalam botol plastik ini digunakan sebagai
bahan pembuatan biomaterial.
D. Orientasi Pembuatan Membran
Chitosan
Membran
chitosan
digunakan sebagai kontrol positif. Kontrol positif ini digunakan untuk melihat kemampuan dari
chitosan
dalam mempercepat penyembuhan luka ketika diaplikasikan pada luka yang dibuat pada punggung
tikus. Saat pembuatan membran
chitosan
digunakan asam asetat dengan konsentrasi 2 sebagai pelarut dari
chitosan
. Hasil orientasi menunjukkan bahwa 2 gram
chitosan
ini dapat terlarut sempurna dalam 100 mL asam asetat 2. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sugita 2009. Adanya interaksi ionik
antara gugus amina pada
chitosan
yang terprotonasi dengan gugus asetil pada asam asetat ini akan membentuk garam
chitosan
yang larut air seperti yang dikemukakan oleh Dunn, Grandmaison dan Goosen 1997.
Saat orientasi ini, digunakan cawan petri sebagai tempat untuk membuat membran
chitosan
. Larutan
chitosan
yang dibuat dimasukkan ke dalam 4 cawan petri bersih dan ditutup lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama
beberapa hari. Namun setelah beberapa hari, larutan
chitosan
ini tidak dapat kering dan membentuk membran dengan sempurna. Selanjutnya dicoba cara lain
yaitu dengan memasukkan larutan
chitosan
yang dibuat oleh peneliti ini ke dalam cawan petri dan langsung dikeringkan dengan diangin-anginkan di udara terbuka
selama beberapa hari tanpa menutup cawan petri tersebut. Setelah beberapa hari, ternyata larutan
chitosan
tersebut dapat mengering dengan sempurna dalam cawan petri tersebut dan menghasilkan membran
chitosan
dengan sempurna. Namun membran tersebut sulit diambil dari cawan petri karena membran
chitosan
ini terlalu lengket dengan petri tersebut sehingga justru merusak membran yang terbentuk. Akhirnya mencoba mengganti cawan
petri dengan tempat lain yang sesuai dan tidak menyebabkan membran
chitosan
lengket dan rusak ketika membran yang sudah terbentuk ini akan dikeluarkan dari tempatnya.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso 2006, yang menyatakan bahwa untuk melepaskan suatu membran
chitosan
dari suatu pelat kaca atau bahan yang terbuat dari kaca maka bioplastik ini harus
dimasukkan dalam suatu bak koagulan yang berisi larutan NaOH 4 sampai bioplastik terlepas dari kaca. Dalam hal ini larutan NaOH berfungsi sebagai non
pelarut yang dapat berdifusi kebawah lapisan bioplastik sehingga membran
terangkat ke atas dan mudah untuk dilepas Santoso, 2006. Berikut ini skema pengelupasan bioplastik akibat difusi larutan NaOH.
Gambar 11. Skema pengelupasan bioplastik
E. Pembuatan Membran