kandungan air yang tinggi 98-99, daya serap yang baik terhadap cairan, bersifat non-allergenik dan dapat disterilisasi tanpa mempengaruhi karakteristik
dari bahan tersebut. Selulosa bakteri dapat digunakan sebagai pengganti kulit untuk merawat luka bakar yang serius karena karakteristiknya yang mirip seperti
kulit manusia. Ciechanska, 2004.
C. Karakteristik Selulosa Bakteri
Meskipun selulosa bakteri mempunyai struktur kimia yang sama seperti selulosa yang berasal dari tumbuhan, selulosa bakteri tersusun oleh serat selulosa
yang lebih baik yang dihasilkan oleh bakteri. Setiap serat tunggal dari selulosa bakteri mempunyai diameter 50 nm, dan selulosa bakteri terdapat dalam bentuk
kumpulan serat-serat tunggal yang berdiameter sekitar 0,1-0,2 nm. Panjang seratnya tidak dapat ditentukan karena kumpulan serat-serat tunggal selulosa
saling melilit satu sama lain membentuk struktur jaringan. Diameter dari selulosa bentuk kristalin adalah 10
–30 nm Philips dan Williams, 2000.
D.
Acetobacter xylinum
Bakteri
Acetobacter xylinum
berbentuk elips atau tongkat yang melengkung. Kultur yang masih muda merupakan bakteri gram negatif,
sedangkan kultur yang sudah agak tua merupakan bakteri dengan gram yang bervariasi.
Acetobacter
merupakan bakteri aerob, yang memerlukan respirasi dalam metabolisme.
Acetobacter
dapat mengoksidasi etanol menjadi asam asetat, juga dapat mengoksidasi asetat dan laktat menjadi CO
2
dan H
2
O Warisno, 2004.
Bakteri
Actobacter xylinum
tumbuh baik dalam media yang memiliki pH 3
–4. Jika pH lebih dari empat atau kurang dari tiga, proses fermentasi tidak dapat berjalan sempurna. Suhu optimum untuk pertumbuhan.
Acetobacter xylinum
adalah 26 –27
C Warisno, 2004
.
E. Ketela Rambat
1. Sistematika Tanaman
Menurut Anonim 2012, ketela rambat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae Genus :
Ipomoea
Spesies :
Ipomoea batatas
Poir
2. Nama Tanaman
Berikut ini beberapa istilah nama tanaman ketela rambat menurut Anonin 2012:
Nama latin:
Ipomoea batatas
Poir Indonesia: Ketela rambat, ketela, ketela rambat
Nama daerah: Jawa: Telo rambat. Papua: Patatas. Sunda: Mantang
Common name
: Inggris: Sweet potato. Melayu: Ubi keledek. Thailand: Phak man thet. Filipina: Kamote. Jepang: Satsumaimo
3. Morfologi Tanaman
Tanaman ketela rambat merupakan tanaman semusim yang memiliki susunan tubuh utama yaitu batang, daun, bunga dan akar umbi. Batang
tanaman ketela rambat berakar banyak, berwarna hijau, kuning atau ungu, berbentuk bulat tidak berkayu, berbuku-buku dan tipe pertumbuhannya tegak
atau merambat menjalar dengan panjang tanaman 1 –3 m Rukmana, 1997.
Daun ketela rambat berbentuk bulat hati, bulat lonjong dan bulat runcing tergantung varietasnya. Bunga ketela rambat berbentuk terompet, ukurannya
relatif besar dengan warna putih atau putih keunguan pucat dengan warna ungu di bagian tengahnya Juanda dan Cahyono, 2000.
Tanaman ketela rambat mempunyai umbi akar yang merupakan simpanan energi bagi tumbuhan tersebut. Bentuk daunnya sangat bervariasi
dari bentuk lonjong sampai bentuk seperti jari dengan lekukan tepi yang banyak dan dalam. Ketela rambat dapat berwarna putih, orange sampai
merah, bahkan ada yang berwarna kebiruan, violet atau berbintik-bintik biru. Ubi yang berwarna kuning, orange sampai merah banyak mengandung
karatenoid yang merupakan prekursor vitamin A Sediaoetoma, 1993. Ketela rambat dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh
karena daerah penyebarannya terletak pada 30º LU dan 30º LS. Daerah yang paling ideal untuk mengembangkan ketela rambat adalah daerah bersuhu
antara 21 –27º C yang mendapat sinar matahari 11–12 jamhari dengan
kelembaban udara RH 50 –60 dan curah hujan 750–1500 mmtahun.
Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ketela rambat tercapai pada musim kemarau karena tanaman ini tahan terhadap panas dan
kering Rukmana, 1997.
4. Golongan Ketela Rambat
Menurut Juanda dan Cahyono 2004, ketela rambat dibedakan menjadi beberapa golongan sebagai berikut:
a. Ketela rambat putih, yakni jenis ketela rambat yang memilki daging umbi berwarna putih.
b. Ketela rambat kuning, yakni jenis ketela rambat yang memiliki daging umbi berwarna kuning, kuning muda atau putih kekuning-kuningan
c. Ketela rambat orange, yakni jenis ketela rambat yang memiliki daging umbi berwarna orange.
d. Ketela rambat jingga, yakni jenis ketela rambat yang memilki daging umbi berwarna jingga jingga muda.
e. Ketela rambat ungu, yakni jenis ketela rambat yang memilki daging umbi berwarna ungu hingga ungu muda.
5. Kandungan Kimia
Contoh komposisi zat gizi ketela rambat disajikan pada Tabel I. Komposisi zat gizi ketela rambat bervariasi tergantung pada cara penanaman,
iklim, tingkat kematangan dan lama penyimpanan. Ketela rambat memiliki kadar air yang cukup tinggi berkisar 61,2-89,0 bb sehingga bahan kering
yang terkandung didalamnya relatif rendah. Kandungan rata-rata bahan kering ketela rambat yaitu 30 dan sangat bervariasi tergantung pada
kultivar, lokasi, iklim, tipe tanah, serangan hama dan penyakit serta cara menanamnya Juanda, 2004.
Tabel I. Kandungan kimia ketela rambat Komponen
Jumlah Kadar air
72,84 Pati
24,28 Protein
1,65 Gula reduksi
0,85 Mineral
0,95 Asam askorbat mg100 g
22,7 K mg100 g
204,0 S mg100 g
28,0 Ca mg100 g
22,0 Mg mg100 g
10,0 Na mg100 g
13,0 Fe mg100 g
0,59 Mn mg100 g
0,355 Vitamin A IU100 g
20063,0 Energi kJ100 g
441,0 Kotecha dan Kadam, 1998.
6. Waktu Panen Ketela Rambat
Waktu panen ketela rambat yang baik berkisar sekitar umur 3-4 bulan setelah penanaman. Pada umur tersebut ketela rambat telah matang. Ciri fisik
ketela yang matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus dikukus rasanya
enak Rukmana, 1997.
F.
Chitosan
Chitosan
merupakan senyawa hasil deasetilasi kitin, terdiri dari unit N- asetil glukosamin dan N glukosamin. Adanya gugus reaktif amino pada atom C-2
dan gugus hidroksil pada atom C-3 dan C-6 pada
chitosan
bermanfaat dalam aplikasinya yang luas yaitu sebagai pengawet hasil perikanan dan penstabil warna
produk pangan, sebagai flokulan dan membantu proses
reverse
osmosis dalam penjernihan air, aditif untuk produk agrokimia dan pengawet benih Muzzarelli
,
1997; Shahidi, Arachchi dan Jeon, 1999.
Chitosan
sebagai bahan yang dapat diperbarui secara alami mempunyai sifat yang unik seperti biokompatibel,
biodegradable
, non-toksik, dan kemampuan untuk pembentukan lembaran yang bagus.
Chitosan
mempunyai dua gugus reaktif, yaitu amino dan hidroksil yang secara kimia dapat melakukan
interaksi pada temperatur ruangan. Adanya gugus amino memungkinkan untuk dilakukan beberapa modifikasi kimia Xiaoxiao, Wang dan Bai, 2009.
Berdasarkan sifat fisika dan kimia yang dimilikinya,
chitosan
banyak digunakan dalam bidang farmasi, produk kosmetik, penyaringan air, perawatan
kulit, dan perlindungan tanaman. Selain itu,
chitosan
dapat juga digunakan sebagai pasta gigi, pencuci mulut, dan permen karet kunyah. Hal ini karena
chitosan
dapat menyegarkan nafas, mencegah terjadinya plak pada mulut, dan mencegah kerusakan gigi. Dalam bidang teknologi jaringan,
chitosan
dan turunannya diaplikasikan sebagai penutup luka, sistem pengiriman obat, dan
pengisi
implant
Kumar, dkk., 2004. Struktur
chitosan
ditunjukkan melalui Gambar 2.
Gambar 2. Struktur
chitosan
Pardosi, 2008. Berdasarkan sifat fisika dan kimia yang dimilikinya,
chitosan
banyak digunakan dalam bidang farmasi, produk kosmetik, penyaringan air, perawatan
kulit, dan perlindungan tanaman. Selain itu,
chitosan
dapat juga digunakan sebagai pasta gigi, pencuci mulut, dan permen karet kunyah. Hal ini karena
chitosan
dapat menyegarkan nafas, mencegah terjadinya plak pada mulut, dan mencegah kerusakan gigi. Dalam bidang teknologi jaringan,
chitosan
dan turunannya diaplikasikan sebagai penutup luka, sistem pengiriman obat, dan
pengisi
implant
Kumar,
et.al,
2004.
G. Karakteristik
Chitosan
Chitosan
merupakan padatan putih yang tidak larut dalam air, pelarut organik, alkali, dan asam mineral, dalam berbagai kondisi.
Chitosan
larut dalam asam formiat, asam asetat, dan asam organik lainnya dalam keadaan dipanaskan
sambil diaduk.
Chitosan
larut dalam asam mineral pekat, apabila dalam kondisi yang bagus diperoleh dalam bentuk endapan. Namun dengan asam nitrat,
chitosan
yang terbentuk adalah
chitosan
nitrat yang sukar larut Manskaya, dan Drodzora, 1968. Pelarut yang paling sering digunakan adalah CH
3
COOH. Menurut Sugita 2009, kelarutan
chitosan
yang paling baik adalah dalam larutan asam asetat 2. Kelarutan
chitosan
dalam pelarut asam anorganik adalah terbatas.
Chitosan
dapat larut dalam HCl 1 tetapi tidak larut dalam asam sulfat dan asam
fosfat. Stabilitas larutan
chitosan
pada pH diatas tujuh adalah rendah akibat dari pengendapan ataupun pembentukan gel yang terjadi pada range pH alkali. Larutan
chitosan
membentuk kompleks poli-ion dengan hidrokoloid anionik dan menghasilkan gel Nadarajah, 2005.
Parameter lain yang berpengaruh pada sifat
chitosan
adalah berat molekul BM dan derajat deasetilasi DD. Derajat deasetilasi menunjukkan
berkurangnya gugus asetil dari
chitin
menjadi gugus amino pada
chitosan
. Penentuan DD dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti titrimetri HBr,
spektroskopi IR, FDUV-spektrofotometri,
X-Ray Diffraction
dan spektroskopi
1
H NMR. Penentuan DD dengan spektroskopi IR dilakukan dengan metode
base line.
Berikut ini rumus untuk perhitungan DD seperti ditunjukkan oleh Persamaan 1. DD =
……………………………………………... 1 Keterangan:
DD = Derajat Deasetilasi A
1655
= absorbansi pada bilangan gelombang 1655 cm
-1
yang menunjukkan serapan karbonil dari amida.
A
3450
= absorbansi pada bilangan gelombang 3450 cm
-1
yang menunjukkan serapan hidroksil dan digunakan sebagai standar internal.
Faktor 1,33 merupakan nilai perbandingan untuk
chitosan
terdeasetilasi 100 Khan, Peh dan Chang, 2002.
H. Gliserol