14
2.2 Kajian Teori
Pemahaman akan teori pemungutan pajak berikut di harapka membawa suatu kesadaran akan pentingnya pemungutan pajak bukan lagi menjadi beban
semata, tetapi menjadi suatu kewajiban yang penting dalam hidup bermasyarakat, Mardiasmo 2009 :3-4, menjelaskan bahwa teori-teori pemungutan pajakyang
dimaksud yaitu: 1. Teori Asuransi, teori ini diartikan dengan Negara melindungi keselamatan jiwa
harta benda,dan hak-hak rakyatnya oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh
perlindungn tersebut. 2. Teori Kepentingan, teori ini diartikan sebagai pembagian beban pajak kepada
rakyat didasarkan pada kepentingan misalnya perlindungan masing-masing orang, emakin besar kepentingan seseorang terhadap negaramakin tinggi
pajak yang harus dibayar. 3. Teori Daya Pikul, teori ini diartika sebagai beban pajak untuk semua orang
harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuaidengan daya pikulmasing-masing orang.
4. Teori Bakti, teori ini diartikan sebagai dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga Negara yang
berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.
5. Teori Asas Daya Beli, teori ini diartikan sebagai dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti menarikdaya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
beli dari rumah tangga masyarakat untukrumah tangga Negara.selanjutnya Negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.
2.3 Landasan Teori 2.3.1 Pengertian Pajak
Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian definisi yang berbeda-beda mengenai pajak, namun demikian definisi tersebut
mempunyai inti atau tujuan yang sama. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam Mardiasmo 2002 :1
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undangundang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal kontraprestasi yang
langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut R. Santoso Brotodiharjo dalam Waluyo dan Wirawan B.Iiyas 2002 : 4 Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang
oleh yang membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditujukan dan gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka disimpulkan bahwa pajak adalah iuran wajib pajak masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan tanpa
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
mendapat kontra-prestasi secara langsung, dan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.
2.3.1.1 Fungsi Pajak
Adanya ciri-ciri yang melakat pada pajak, kita dapat melihat dua fungsi pajak yaitu :
a. Fungsi Penerimaan Budgeter Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pembangunan dan pengeluaran -pengeluaran pemerintah. Misalnya, dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
b. Fungsi mengatur regular Pajak berfungsi sebagai alat mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang
sosial dan ekonomi. Misalnya, dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras sehingga
konsumsi minuman keras dapat ditekan, demikian pula terhadap barang mewah.
Kedua fungsi tersebut lebih merupakan instrumen dari kebijakan fiskal yang diselenggarakan oleh Negara, dalam perkembangannya, menurut Pasaribu
dalam Veronika 2001 yang diadaptasi lagi oleh
Mutia Amanah Nastiti
2008,25, telah muncul fungsi-fungsi baru yang sangat penting yang salah satunya adalah fungsi demokrasi.
2.3.1.2 Pengelompokan pajak
Pajak dapat dikelompokkan kedalam klasifikasinya sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
a. Menurut Golongannya 1 Pajak Langsung
yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: pajak
penghasilan PPh. 2 Pajak Tak Langsung
yaitu pajak yang pada akhirnya apat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: pajak pertambahan nilai PPN.
b. Menurut Sifatnya 1 Pajak Subjektif
yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan wajib pajak. Contohnya: pajak penghasilan PPh.
2 Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya tanpa memperhatikan keadaan
dari wajib pajak. Contohnya: PPN dan PPnBM c. Menurut Lembaga Pemungutannya
1 Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga Negara. Contohnya: PPh, PPN, PPnBM, dan Bea Cukai.
2 Pajak Daerah yaitu pajak dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Contohnya:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
-
Pajak Daerah Tingkat I seperti pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor.
-
Pajak Daerah Tingkat II seperti pajak hotel dan restoran, pajak bumi dan bangunan, pajak hiburan, pajak reklame dan pajak penerangan
jalan.
2.3.1.3 Tarif Pajak
Ada empat macam tarif pajak, yaitu : a. Tarif SebandingProposional
Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional
terhadap hasil yang dikenai pajak. Contohnya: untuk penyerahan Barang Kena Pajak BKP di daerah
Pabean dikenakan pajak PPN sebesar 10. b. Tarif Tetap
Berapa jumlah yang tetap sama terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang adalah tetap.
Contohnya: besarnya tarif bea materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun adalah Rp 6.000,00.
c. Tarif Progresif Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar. Di Indonesia, pajak progresif diterapkan pada pajak penghasilan untuk
wajib pajak orang pribadi, yaitu :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
- Sampai dengan Rp. 50 juta, tarif pajaknya 5
- Diatas Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 250 juta, tarif pajaknya
15 -
Diatas Rp. 250 juta sampai dengan Rp. 500 juta, tarif pajaknya 25
- Diatas Rp. 500 juta, tarif pajaknya 30
d. Tarif Degresif Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
2.3.1.4 Tata Cara Pemungutan Pajak
a. Stelsel Pajak Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu Mardiasmo
2009 : 6 : 1 Stelsel Nyata
Pengenaan pajak didasarkan pada obyek penghasilan uang nyata sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak
yaitu setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. 2 Stelsel Anggapan
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.
3 Stelsel Campuran Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan
dimana pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
anggapan kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
b. Asas pemungutan Pajak 1 Asas Domosili
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya baik penghasilan yang berasal dari
dalam negeri maupun penghasilan yang berasal dari luar negeri. 2 Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib
pajak. 3 Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan seseorang. c. Sistem Pemungutan Pajak
1 Official Assessment System
Suatu cara pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya : a Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada ditangan
fiskus b Wajib pajak bersifat pasif
c Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
2 Self Assessment System
Suatu cara pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak terutang.
Ciri-cirinya : a Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada ditangan
wajib pajak b Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan
sendiri pajak terutang c Fiskus tidak ikut campur, hanya mengawasi.
3 With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak
terutang oleh wajib pajak.
2.3.2 Pajak Bumi dan Bangunana 2.3.2.1 Definisi PBB
Pengertian Bumi menurut Mardiasmo 2006:295 adalah sebagai berikut :
”Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman termasuk rawa-rawa tambak
perairan serta laut wilayah republik indonesia”. Pergertian bangunan menurut Mardiasmo 2006:295 adalah sebagai
berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
”Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap ditanah dan atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat
diusahakan”. Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah :
a. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan b. Jalan Tol
c. Kolam Renang d. Pagar Mewah
e. Tempat Olahraga f. Galangan kapal dan Dermaga
g. Taman Mewah h. Tempat Penampungan atau kilang minyak, air dan gas, pipa minyak
i. Faslitas lain yang memberikan manfaat. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak negara yang sebagian besar
penerimaannya merupakan pendapatan daerah yang antara lain dipergunakan untuk penyedia fasilitas yang juga dinikmati oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, oleh sebab itu wajar pemerintah juga ikut membiayai penyedian fasilitas tersebut melalui Pajak Bumi dan Bangunan.
2.2.3.2 Ketentuan Umum
BAB I, Pasal 1 : UMUM Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan, 2007:266
a. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
b. Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah atau perairan.
c. Nilai jual obyek pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, nilai obyek
pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis atau nilai perolehan baru atau nilai jual obyek pengganti.
d. Surat keputusan obyek pajak adalah surat yang dipergunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data obyek pajak menurut ketentuan undan-undang.
e. Surat pemberitahuan pajak terutang yang dipergunakan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutama kepada wajib
pajak. BAB II, Pasal 2 : OBYEK PAJAK
1. Yang menjadi obyek pajak adalah Bumi dan Bangunan. 2. Klasifikasi obyek pajak yang sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur
oleh menteri keuangan. Pasal 3 Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan, 2007:266
1 Obyek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah obyek pajak yang :
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional yang tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan. b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
c. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara belum dibebani
suatu hak. d. Dipergunakan oleh perwakilan diplomatic.
e. Dipergunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh menteri keuangan.
2 Obyek pajak yang dipergunakan oleh Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah. 3 Batas nilai jual bangunan tidak kena pajak ditetapkan sebesar Rp. 8 juta untuk
setiap satu bangunan. 4 Batas nilai jual bangunan tidak kena pajak sebagaimana dimaksudkan dalam
ayat 3 akan diselesaikan dengan suatu faktor penyelesaian yang ditetapkan oleh menteri keuangan.
2.3.2.3 Sifat Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak, maka oleh sebab itu yang dipentingkan adalah obyeknya dan oleh
karena itu keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan subyek pajak tidak penting dan tidak mempengaruhi basarnya pajak, maka sebab itu pajak Bumi dan
Bangunan disebut juga pajak obyektif, walaupun pajak ini merupakan pajak obyektif tetapi dipungut dengan surat ketetapan pajak yang pada prinsipnya setiap
tahun dikeluarkan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
2.3.2.4 Subyek Pajak
BAB III, Pasal 4 Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan, 2007:267
1 Yang menjadi subyek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi,
dan atau memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. 2 Subyek pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1 yang dikenakan
kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak menurut undang-undang ini. 3 Dalam hal obyek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, direktur jendral
pajak dapat menetapkan subyek pajak sebagaimana dimaksud pasal 1 sebagai wajib pajak.
4 Subyek pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 3 dapat memberikan keterangan secara tertulis pada direktur jendral pajak bahwa ia bukan wajib
pajak terhadap obyek pajak yang dimaksud. 5 Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam
ayat 4 disetujui maka direktur jendral pajak membatalkan penetapan sebagai wajib pajak sebagaimana dalam ayat 3 dalam jangka waktu satu bulan sejak
diterimanya surat keterangan dimaksud. 6 Bila keterangan yang dimaksud itu tidak disutujui, maka direktur jendral
pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan- alasannya.
7 Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak diterimanyan keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 4, direktur jendral pajak tidak
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
memberikan keputusan, maka keterangan yang diajukan dianggap tidak disetujui.
2.3.2.5 Subyek Pajak Bumi dan Bangunan
Subyek pajak dalam PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi atau memperoleh manfaat atas bumi atau
memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat atas bangunan antara lain pemilik, penghuni, penggarap, pemakai dan penyewa.
Beberapa ketentuan khusus tentang siapa saja yang menjadi subyek dalam hal ini adalah Tjahjono Achmad dan F. Husain, 1997:434 :
1. Jika suatu subyek pajak memanfaatkan atau menggunakan bumi dan bangunan milik orang lain bukan karena sesuatu hak berdasarkan undang-undang atau
bukan perjanjian, maka subyek pajak yang memanfaatkan atau menggunakan bumi dan atau bangunan ditetapkan sebagai wajib pajak.
2. Suatu obyek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan dipengadialan, maka orang atau badan yang memanfaatkan atau menggunakan obyek pajak tersebut
ditetapkan sebagai wajib pajak. 3. Subyek pajak dalam waktu yang lama berada di luar wilayah letak obyek
pajak, sedang untuk merawat obyek pajak tersebut dikuasakan kepada orang atau badan, maka orang atau badan yang diberi kuasa dapat ditunjuk sebagai
wajib pajak.
2.3.2.6 Maksud dan Tujuan
Yang dijadikan alasan untuk dilakukannya pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Vitriana, 2006 : 21 :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
a. Dasar falsafah yang dipergunakan dalam berbagai undang-undang yang berasal dari jaman kolonial adalah tidak sesuai dengan pancasila.
b. Berbagai undang-undang mengenakan pajak atas harta tak bergerak sehingga membingungkan masyarakat.
c. Undang-undang berasal dari jaman kolonial sukar dimengerti oleh rakyat. d. Undang-undang yang berasal dari jaman penjajahan masih tertulis dalam
bahasa dan perubahan tertulis dalam Indonesia, sehingga merupakan bahasa ”gado-gado” sedangkan terjemahan resmi tidak ada.
e. Undang-undang jaman kolonial tidak sesuai lagi dengan aspirasi dan kepribadian bangsa Indonesia.
f. Undang-undang lama tidak sesuai dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. g. Undang-undang lama kurang memberikan kepastian hukum.
Selanjutnya adalah yang menjadi tujuan pajak Bumi dan Bangunan adalah :
a. Menyederhanakan peraturan perundang-undangan pajak sehingga mudah dimengerti oleh rakyat.
b. Memberikan dasar yang kuat pada pungutan pajak atas harta tak bergerak dan sekalian menyerasikan atas harga tak bergerak disemua daerah dan
menghilang. c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, sehingga rakyat tahu
sajauh mana hak dan kewajibannya, menghilangkan pajak ganda yang terjadi sebagai akibat berbagai undang-undang yang sifatnya sama.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
d. Memberikan penghasilan kepada daerah yang sangat diperlukan untuk menegakkan otonomi daerah dan untuk pembangunan daerah.
e. Menambahkan penghasilan bagi daerah.
2.3.2.7 Tarif Pajak
BAB IV Pasal 5 Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan tarif pajak yang dikenakan atas obyek pajak adalah sebesar 0,5 lima persepuluh persen.
2.3.2.8 Dasar Penggenaan dan Cara Menghitung Pajak
BAB V, Pasal 6 Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan, 2007:267
1 Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual obyek pajak. 2 Besarnya nilai jual obyek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
ditetapkan setiap tiga tahun oleh menteri keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan.
3 Dasar perhitungan pajak adalah nilai jual kena pajak yang ditetapkan serendah-rendahnya 20 dua puluh persen dan setinggi-tingginya 100
seratus persen dari nilai jual obyek pajak. 4 Besarnya presentase nilai jual kena pajak sebagaimana dimaksudkan dalam
ayat 3 ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.
Pasal 7 Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalirkan tarif pajak
dengan nilai jual kena pajak.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
2.3.2.9 Tahun Pajak, Saat dan Tempat yang Menentukan Pajak Terhutang
BAB VI, Pasal 8 Undang-undang pajak Bumi dan Bangunan 1 Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwin.
2 Saat yang menentukan pajak yang terhutang adalah menurut keadaan obyek pajak pada tanggal 1 januari.
3 Tempat pajak yang terutang : a. Untuk daerah Jakarta, diwilayah daerah khusus Ibukota Jakarta
b. Untuk daerah lainnya, diwilayah Kabupaten daerah Tingkat II atau Kotamadya Daerah Tingkat II, yang meliputi letak obyek pajak.
2.3.3 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib
Pajak, Kepatuhan Perpajakan Wajib Pajak, dan Kemampuan Perpajakan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan.
2.3.3.1 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Tentang Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan. Mengacu pada Prospect theory Kahneman dan Tversky, Betty R. Jackson
dan Sally M. Jones 1995 seperti disitir oleh Tubagus Chairul Zandjani 1992 : 41-45 dikutip dari jurnal Bambang Suhardito dan Bambang Sudibyo, 1999 : 5
mempelajari tentang perilaku wajib pajak. Menurut Kahneman dan Tversky, Betty R. Jackson dan Sally M. Jones, persepsi wajib pajak terhadap kesederhanaan dan
daya jangkau hukum pajak akan mempengaruhi perilaku wajib pajak dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
keberhasilan perpajakan. Pemahaman wajib pajak terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan Pajak Bumi dan Bangunan berfungsi penting, karena ini
merupakan elemen kognitif dai sikap wajib pajak terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan PBB, dan sikap wajib pajak mempengaruhi perilaku
perpajakan wajib pajak, dan akhirnya perilaku perpajakan mempengaruhi keberhasilan perpajakan.
Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat tentang pajak mengakibatkan sikap masyarakat cenderung apatis terhadap pajak yang akhirya berpengaruh
terhadap perilaku atau praktek masyarakat dalam hal kedisiplinan membayar pajak. Pemahaman masyarakat tentang pajak bisa diperoleh melalui pendidikan
formal maupun penyuluhan dari aparat perpajakan yang terkait. Pendidikan formal dalam jangka panjang sangat diperlukan, karena beberapa jenis pajak
memerlukan pemahaman tertentu agar formulir pajak dapat diisi dengan baik. Paradigma pendidikan pajak yang baru dikenal dengan pendidikan pajak dua arah,
dimana pendidikan pajak harus diberikan kepada wajib pajak eksternal dan petugas pajak internal secara bersama-sama.
2.3.3.2 Pengaruh Kesadaran
Perpajakan Wajib
Pajak Terhadap
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Kesadaran bernegara merupakan faktor penentu adanya kesadaran perpajakan. Kesadaran bernegara merupakan sikap sadar mempunyai negara dan
sikap sadar terhadap fungsi negara. Sikap yang demikian merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif yang berinteraksi dalam memahami dan
merasakan dan berprilaku terhadap makna dan fungsi negara atau siapapun yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
merasa menjadi warga negara, yaitu kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintahan cara
membayar kewajiban pajaknya Suparmoko, 2003 :218. Pengertian komponen kognitif, afektif, dan konatif dapat dijelaskan
sebagai berikut Schiffman dan Kanuk, 1994 : 242 : 1.
Cognitif Component are knowledge and perception that are acquired by a combination of direct experience with the attitude object and related
information from various source. 2.
Affective component : a consumer’s emotion of feeling about a particular product or brand.
3. Conative component : it is concerned with the likehood or tendency that an
individual will under take specivic action or behave in particular way with regard to the attitude object.
Maksud dari pernyataan diatas adalah komponen Cognitif adalah pengetahuan dan persepsi yang diperoleh dari pengalaman langsung atas sikap
terhadap objek dan variasi sumber informasi lain yang relevan. Komponen affective merupakan sebuah emosi konsumen atau perasaan terhadap
keistimewaan produk atau merek. Komponen conative adalah perhatian atas kemungkinan atau tendensi bahwa seorang individual akan berusaha melakukan
tindakan khusus atau berprilaku hormat dalam sikap terhadap objek.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32
2.3.3.3 Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Sejak reformasi perpajakan Tahun 1923 yang terakhir 1994 dengan diubahnya Undang-undang perpajakan tersebut menjadi UU No.9 Tahun 1994,
UU No. 10 tahun 1994, UU No.11 tahun 1994 dan UU No.12 Tahun 1994, maka sistem pemungutan pajak di indonesia adalah ”self Assesment system”. Menurut
Waluyo 2 002 : 16, ”Self Assesment system” adalah suatu system pemungutan
pajak yang memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Dalam sistem ini
mengandung pengertian bahwa wajib pajak mempunyai kewajiban untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya
pajak yang harus dibayar. Dalam self assesment system fungsi dan peranan dari Wajib Pajak
ditingkatkan. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemunggutan pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada Wajib Pajak
sendiri. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku. Seperti yang dikemukakan oleh E.Eliyani 1989 : 29 dikutip dari jurnal Kiryanto, 1999 : 7
, ”kepatuhan wajib pajak didefinisan sebagai memasukan dan melaporkan pada waktunya informasi yang diperlukan, mengisi secara benar
jumlah pajak yang terutang, dan membayar pajak pada waktunya, tanpa ada tindakan pemaksaan. Ketidakpatuhan timbul kalau salah satu syarat definisi tidak
dipenuhi”.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33
Jadi semakin tinggi tingkat kebenaran menghitung dan memperhitungkan ketetapan menyetor, serta mengisi dan membayar jumlah pajak yang terutang
tepat pada waktunya, tanpa adanya tindakan pemaksaan, maka diharapkan semakin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan dan
memenuhi kewajiban pajaknya dalam hal ini PBB. Kiryanto, 1999 : 8
2.3.3.4 Pengaruh Kemampuan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
PBB sebagai pajak objektif tidak memperhatikan status ekonomi pendapatan subjek pajaknya. Hal ini sering menimbulkan kontradiksi dan rasa
ketidakadilan atas pemungutan pajaknya terhadap masyarakat sebagai wajib pajak. Namun pada dasarnya keadilan dalam hal pemungutan pajak di nilai dari
seorang membayar pajak dibandingkan manfaat yang diperolehnya dari pembayaran tersebut
serta tingkat pendapatannya. Landasan pengaruh kemampuan wajib pajak terhadap Keberhasilan
penerimaan pajak bumi dan bangunan PBB dengan mengacu pada gaya pikul. mardiasmo,2009,3
teori ini mengandung kesimpulan bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada jasa yang diberikan negara kepada warganya,
yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya, untuk kepentingan tersebut perlu biaya yang harus dipikul oleh segenap orang yang menikmati perlindungan itu,
yaitu menekan pada azas keadilan, bahwasanya pajak haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus dibayar menurut gaya pikul seseorang. Gaya pikul
seseorang dapat
diukur berdasarkan
besar penghasilannya
dengan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
34
memperhitungkan pengeluaran atau pembelanjaan dinyatakan dengan sejumlah penghasilan tertentu yang tidak di kenakan pajak Siti Resmi, 2008:5-6.
Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan dari wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan dapat dilihat dari harta benda
yang dimiliki, dan besarnya beban pajak yang dikeluarkan pemerintah sesuai dengan tingkat kemampuan yang wajib pajak miliki.
2.4 Diagram Kerangka Pikir
Berdasakan teori-teori penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dibuat sebuah diagram kerangka pikir sebagai berikut :
1. Pemahaman Wajb Pajak X1
2. Kesadaran Wajib Pajak X2
3. Kepatuhan Wajib Pajak X3
Regresi Linier Berganda Keberhasilan
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Y
4. Kemampuan Wajib Pajak X4
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
35
2.5 Hipotesis