FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (studi di Desa Sambungrejo Sukodono.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

NURIL ALFIAH 0913010090 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2013


(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Diajukan Oleh :

NURIL ALFIAH 0913010090 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2013


(3)

Disusun Oleh : NURIL ALFIAH 0913010090 / FE / EA

telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

pada tanggal : 27 September 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji

Ketua

Drs. Ec. Sjafii, MM, Ak Dr. Gideon Setyo Budi W, M.si Sekretaris

Drs. Ec. Sjafii, MM, Ak Anggota

Drs. Ec. Eko Riyadi, M.Aks

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. H.R.Dhani Ichsanuddin Nur, SE.MM NIP. 19630924 198903 1001


(4)

i

pengatur semesta alam, yang telah memberikan kesehatan, kesabaran, kekuatan serta melimpahkan segala rahmat hidayah dan karuniaNya serta kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan”. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam penyusunan ini penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak DR. Dhani Ichsanuddin Nur,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs.Ec.RA Suwaidi,Msi selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Dr.Hero Priono,SE,M.si,Ak selaku Ketua Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak DRS. Ec. Sjafi‟I, AK.MM selaku Dosen Pembimbing yang dengan kerelaan dan kesabarannya telah membimbing dan memberi petunjuk-petunjuk yang sangat berguna, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.


(5)

ii

Pembangunan Nasional “Vetean” Jawa Timur yang telah membekali dengan

ilmu-ilmu pengetahuan yang sangat berguna dan berharga.

8. Kepada ayahanda dan Ibunda, Kakak-kakakku Afni Ulul Azmi, Moh. Sofi Qomarudin dan adiku Sephia Arda Latifah , terima kasih telah memberikan doa dan semangat sehingga skripsi akhirnya dapat terselesaikan.

9. Tak lupa sahabat dan teman-teman seperjuanganku Mandalina Qitry Dewi, Dwi Ayu Setyaningrum, Novia Doris W, Yudha, Rizky, Yuniar, Okky, keluarga besar HMAK dan teman-teman akuntansi „09. Yang selalu memberikan semangat serta dengan kompaknya mengerjakan skripsi bersama-sama dan saling berbagi.

10.Serta pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pengerjaan skripsi ini yang nama-namanya tidak saya sebutkan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas keikhlasan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.

Surabaya, Agustus 2013

Penulis


(6)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I : PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Tinjauan Teori ... 14

2.3. Landasan Teori ... 15

2.3.1 Pengertian Pajak ... 15

2.3.1.1. Fungsi Pajak ... 16

2.3.1.2. Pengelompokan Pajak ... 17

2.3.2.3. Tarif Pajak ... 18

2.3.2.4. Tata Cara Pemungutan Pajak ... 19

2.3.2. Pajak Bumi dan Bangunan ... 21

2.3.2.1. Definisi PBB ... 21

2.3.2.2. Ketentuan Umum ... 23

2.3.2.3. Sifat Pajak Bumi dan Bangunan ... 24

2.3.2.4. Subyek Pajak ... 25

2.3.2.5. Subyek Pajak Bumi dan Bangunan ... 26

2.3.2.6. Maksud dan Tujuan ... 27

2.3.2.7. Tarif Pajak ... 28


(7)

iv

Menentukan Pajak Terhutang ... 29

2.3.3. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan, Wajib Pajak, dan Kemampuan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 30

2.3.3.1. Pengaruh Pemahaman Perpajakan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 30

2.3.3.2. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 31

2.3.3.3. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 32

2.3.3.4. Pengaruh Kemampuan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 33

2.2 Diagram Kerangka Pikir ... 34

2.3 Hipotesis ... 35

BAB III : METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Vaiabel ... 36

3.1.1. Definisi Operasional ... 36

3.1.1.1. Variabel Bebas (X) ... 37

3.1.1.2. Variabel Terikat (Y) ... 37

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 37

3.2. Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.2.1. Populasi ... 41

3.2.2. Sampel ... 42


(8)

v

3.4. Teknik Analisis ... 44

3.4.1. Uji Kualitas Data ... 44

3.4.1.1. Validitas (Validity) Data ... 44

3.4.1.2. Reliabilitas (Reliability) ... 45

3.4.1.3. Uji Normalitas ... 45

3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 46

3.4.2.1. Autokorelasi ... 46

3.4.2.2. Multikoloineritas ... 47

3.4.2.3. Heteroskedasitas ... 47

3.4.3. Analisis Regresi Berganda ... 48

3.4.4. Uji Hipotesis ... 48

3.4.4.1. Uji F ... 48

3.4.4.2. Uji t ... 50

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 52

4.1.1. Gambaran Umum ... 52

4.1.2. Struktur Organisasi ... 52

4.1.3. Tugas dan Fungsi Lembga Pemerintahan ... 53

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 56

4.2.1. Karekteristik Responden ... 56

4.2.2. Deskripsi Variabel ... 58

4.2.2.1. Variabel Pemahaman Wajib Pajak (1) ... 58

4.2.2.2. Variabel KesadaranWajib Pajak (2) ... 58

4.2.2.3. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (3) ... 59


(9)

vi

PBB (Y) ... 61

4.3. Uji Kualitas Data ... 62

4.3.1. Uji Validitas ... 62

4.3.1.1. Uji Validitas Pada Variabel Pemahaman Wajib Pajak (1) ... 63

4.3.1.2. Uji Validitas Pada Variabel Kesadaran Wajib Pajak (2) ... 63

4.3.1.3. Uji Validitas Pada Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (3) ... 64

4.3.1.4. Uji Validitas Pada Variabel Kemampuan Wajib Pajak (X4) ... 64

4.3.1.5. Uji Validitas Pada Variabel Keberhasilan Penerimaan PBB (Y) ... 65

4.3.2. Uji Realibilitas ... 65

4.4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 66

4.4.1 Uji Normalitas Data ... 66

4.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 67

4.4.2.1. Uji Multikolinearitas ... 68

4.4.2.2. Uji Heteroskedastisitas ... 69

4.4.3. Persamaan Regresi Linier Berganda ... 70

4.4.4. Pengujian Hipotesis ... 71

4.4.1.1. Pengujian Secara Simultan ( F ) ... 71

4.4.1.2. Pengujian Secara Parsial (t) ... 73

4.5. Pembahasan dan Penelitian ... 74

4.5.1. Implikasi Praktis ... 74

4.5.2. Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu ... 75


(10)

vii

5.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

viii

Tabel 1 : Data penerimaan PBB Desa Sambungrejo ... 3

Tabel 2 : Rekapitulasi jawaban responden Variabel Pemahaman Wajib Pajak (1) ... 58

Tabel 3 : Rekapitulasi jawaban responden Variabel Kesadaran Wajib Pajak (2) ... 59

Tabel 4 : Rekapitulasi jawaban responden Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (3) ... 60

Tabel 5 : Rekapitulasi jawaban responden Variabel Kemampuan Wajib Pajak (X4) ... 61

Tabel 6 : Rekapitulasi jawaban responden Variabel Keberhasilan Penerimaan PBB (Y) ... 62

Tabel 7 : Hasil Uji Validitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak (1) ... 63

Tabel 8 : Hasil Uji Validitas Variabel Kemampuan Wajib Pajak (2) .. 63

Tabel 9 : Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (3) ... 64

Tabel 10 : Hasil Uji Validitas Variabel Kemampuan Wajib Pajak (X4) ... 64

Tabel 11 : Hasil Uji Validitas Variabel Keberhasilan Penerimaan PBB (Y) ... 65

Tabel 12 : Hasil Uji Realibilitas ... 66

Tabel 13 : Hasil Uji Normalitas ... 66

Tabel 14 : Hasil Uji Normalitas ... 67

Tabel 15 : Hasil Pengujian Multikolinearitas (VIF) ... 68

Tabel 16 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas (Rank Spearman) ... 69

Tabel 17 : Persamaan Regresi Linier Berganda ... 70


(12)

ix

Tabel 20 : Hasil Uji t ... 73 Tabel 21 : Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 76


(13)

x

Gambar 1 : Diagram Kerangka Pikir ... 34 Gambar 2 : Struktur Organisasi ... 53 Gambar 3 : Grafik Karakteristik Responden ... 57


(14)

xi Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden

Lampiran 3 : Output Uji Validitas dan Reliabilitas Variable Kesadaran Wajib Pajak (X1)

Lampiran 4 : Output Uji Validitas dan Reliabilitas Variable Kemampuan Wajib Pajak (X2)

Lampiran 5 : Output Uji Validitas dan Reliabilitas Variable Kepatuhan Wajib Pajak (X3)

Lampiran6 : Output Uji Validitas dan Reliabilitas Variable Keberhasilan Penerimaan PBB (Y)

Lampiran 7 : Input Regresi Linier Berganda Lampiran 8 : Output Uji Normalitas

Lampiran 9 : Output Uji Regresi Linier Berganda


(15)

x

Nuril Alfiah

Abstraksi

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan satu-satunya pajak properti di Indonesia sebagaimana tertulis dalam undang-undang Nomor 12 tahun 1994. Pajak Bumi dan Bangunan sebagai pajak obyektif, yaitu pajak negara yang sebagaian besar penerimanya merupakan pendapatan daerah yang antara lain dipergunakan untuk penyediaan fasilitas yang juga dinikmati oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. oleh sebab itu, wajar bila pemerintah pusat juga ikut membiayai penyediaan fasilitas tersebut melalui pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Pajak bumi dan bangunan (PBB) memiliki nilai rupiah kecil dibandingkan dengan pajak pusat lainnya, tetapi mempunyai dampak luas sebab hasil penerimaan pajak bumi dan bangunan dikembalikan untuk daerah yang bersangkutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh kesadaran wajib pajak,kemampuan wajib pajak,kepatuhan wajib pajak terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan didesa Sambungrejo Sukodono.

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Populasi pada penlitian ini adalah seluruh wajib Pajak Bumi dan Bangunan dengan menggunakan Simple Random Sampling untuk wilayah Kelurahan Desa Sambungrejo yang berjumlah 2.194 WP rumahan, dengan jumlah sampel 100 WP. Alat uji yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda yang menggunakan program SPSS.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pemahaman wajib pajak, Kesadaran wajib pajak, Kepatuhanwajib pajaan Kemampuan wajib pajak, berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, teruji kebenarannya. Keyword : Pajak Bumi dan Bangunan, Pemahaman wajib pajak, Kesadaran wajib

pajak, Kepatuhan wajib pajak, dan Kemampuan wajib pajak.


(16)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Iuran dan pungutan timbul karena adanya suatu pertanyaan mengenai siapa yang akan membiayai segala kepentingan dan kebutuhan bersama, dalam suatu lingkungan peradaban, manusia pasti mempunyai kepentingan dan kebutuhan yang sama seperti misalnya kepentingan akan rumah peribadatan, kebersihan lingkungan, keamanan dan fasilitas-fasilitas lainnya, karena itu diantara mereka timbulah pertanyaan-pertanyaan seperti siapa yang akan membiayai kepentingan-kepentingan tersebut di atas, dari mana dana pembangunannya akan diperoleh, dan siapa yang akan mengurus itu semua. Kelompok diatas ingin mewujudkan keinginan itu, maka mereka mau tidak mau harus memenuhinya sendiri. Salah satu jalan yang mereka pikir paling baik untuk memecahkan masalah diatas adalah masing-masing memberikan sumbangan dan membentuk suatau tim untuk mengelola sumbangan itu, guna merealisasikan keinginan mereka.

Jelaslah bagi kita untuk membiayai seeluruh kepentingan umum, salah satu yang dibutuhkan dan terpenting adalah suatu peran serta yang aktif dari warga untuk ikut memberikan iuran kepada negaranya dalam bentuk pajak, dalam pembiayaan, selain pajak pendapatan dan penghasilan, maka pajak bumi dan bangunan juga memberikan peranan penting dalam sumber pembiayaan daerah.

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)


(17)

yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2009:1).

PBB ini merupakan pajak obyektif atau kebendaan, yang dibayar oleh pendapatan wajib pajak dimana tingkat kemampuan wajib pajak akan mempengaruhi tingkat penerimaan pajak.

Ditinjau dari fungsinya, pajak dibedakan menjadi dua fungsi, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi regularend (mengatur). Fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan, sedangkan fungsi regularend, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan, dari kedua fungsi ini, pada dasarnya pemerintah ingin kembali menegaskan peran penting pajak baik sebagai alat penerimaan negara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maupun sebagai alat untuk melaksanakan berbagai kebijakan di bidang sosial dan ekonomi (Siti Resmi, 2003 :2)

Pajak bumi dan bangunan (PBB) memiliki nilai rupiah kecil dibandingkan dengan pajak pusat lainnya, tetapi mempunyai dampak luas sebab hasil penerimaan pajak bumi dan bangunan dikembalikan untuk daerah yang bersangkutan, pada dasarnya PBB mempunyai wajib pajak terbesar dibandingkan pajak-pajak lainnya, namun kenyataannya juga tidak menutup kemungkinan peneriman PBB selalu berada dibawah pokok ketetapan seperti yang terjadi pada Desa Sambungrejo kecamatan Sukodono, Sidoarjo, hal ini disebabkan kurangnya


(18)

kesadaran dari wajib pajak atas pentingnya pajak yang di bayarkan pembiayaan pembangunan. Adapun data yang diperoleh dari kelurahan Sambungrejo bahwa target dan realisasi penerimaan PBB selama 3 (Tiga) tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Tabel 1: (Data penerimaan PBB di Desa Sambungrejo Kecamatan Sukodono

Kota Sidoarjo tahun 2009-2011)

No Tahun Rencana

Penerimaan

Realisasi

Penerimaan Selisih Persentase

1 2009 98.243.462 83.028.985 (15.214.477) 84,51% 2 2010 126.455.252 92.931.473 (33.523.779) 73,49% 3 2011 124.165.107 81.386.061 (42.779.048) 65,55%

Sumber : Arsip kantor pemerintahan kecamatan Sukodono

Tabel 1 diatas tampak bahwa rtealisasi penerimaan PBB di Desa Sambungrejo Kecamatan Sukodono Kota Sidoarjo selalu dibawah rencana penerimaan. hal ini berarti masih ada potensi pajak yang tidak tertagih, secara keseluruhan rata-rata realisasi sebesar 74,51% sehingga masih sekitar 25,49% yang tidak tertagih dalam tiga tahun terakhir.

Berdasarkan 1 diatas persentase rencana penerimaan dan realisasi penerimaan PBB di Desa Sambungrejo tidak stabil, dimana persentase penerimaan PBB antara tahun 2009-2010 mengalami penurunan 11,02% yang kemudian mengalami penurunan kembali pada tahun 2011. hal ini berarti ada beberapa faktor yang mempengarui tingkat keberhasilan penerimaan PBB di Desa Penerimaan PBB yang selalu dibawah pokok ketetapan hal ini berarti bahwa pajak masih merupakan “momok” bagi masarakat meskipun telah


(19)

dilakukan reformasi pajak hal ini kemungkinan disebabkan karena dengan membayar pajak maka biaya yang dikeluarkan wajib pajak akan semakin besar, selain itu keanekaragaman tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan didalam masyarakat serta peralihan masyarakat dari desa menjadi kota sehingga tingkat kesadaran dalam membayar pajak masih rendah, dan semakin tinggi penghasilan Wajib Pajak, maka semakin baik kemampuan wajib pajak dalam membayar pajak tepat waktu, dalam hal ini adalah PBB.

Kesadaran dan kemampuan yang dimiliki Wajib Pajak mengenai perpajakan, kepatuhan wajib pajak juga harus diperhatikan oleh segenap instansi yaitu Kantor Pelayanan Pajak Wilayah Sidoarjo dalam proses pembayaran atau pelunasan pajak.

Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, maka perlu diperhatikan Pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak, dan kepatuhan wajib pajak, dan Kemampuan wajib pajak berpengaruh terhadap realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dalam penelitian ini akan melihat pengaruh dari Pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak, kepatuhan wajib pajak, Kemapuan wajib pajak terhadap keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) ( Studi di Desa Sambungrejo Sukodono).


(20)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Apakah Tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran wajib pajak, tingkat kepatuhan wajib pajak, dan tingkat kemampuan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB) di Desa Sambungrejo kabupaten Sidoarjo

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan untuk menguji dan mengkaji secara empiris pengaruh tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran wajib pajak, tingkat kepatuhan wajib pajak, dan tingkat kemampuan terhadap keberhasilan PBB di desa Sambungrejo.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan kepustakaan dan menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin meneliti lagi masalah-masalah yang relevan dengan topik ini.


(21)

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat sebagai penerapan teori yang didapat selama pendidikan yang telah ditempuh dan bekal pengetahuan bagi penulis apabila akan mengembangkan penelitian lebih lanjut.

c. Bagi Pemerintahan Kota Sidoarjo

Penelitian ini merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan PBB dan dampaknya terhadap penerimaan daerah di Kota Sidoarjo, sehingga diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah Kota Sidoarjo dalam mengelola keuangan daerah dan mencari upaya-upaya dalam meningkatkan penerimaan pajak khususnya PBB.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pardi (jurnal) a. Judul

“Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak bumi dan bangunan di Surakarta”

b. Rumusan Masalah

1) Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan WP tentang pajak terhadap kesadaran perpajakan?

2) Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pelayanan petugas pajak terhadap kesadaran perpajakan?

3) Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pengenaan sanksi pajak terhadap kesadaran perpajakan?

4) Apakah ada pengaruh yang signifikan antara manfaat pajak bagi wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan?

5) Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan wajib pajak tentang pajak, pelayanan petugas pajak, pengenaan sanksi pajak dan manfaat pajak bagi wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan secara umum?

7


(23)

c. Hipotesis

1) Diduga faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di kota Surakarta.

d. Kesimpulan

1) Pengetahuan WP tentang pajak secara partial berpengaruh signifikan positif terhadap kesadaran perpajakan.

2) Pelayanan petugas pajak secara partial berpengaruh signifikan positif terhadap kesadaran perpajakan.

3) Pengenaan sanksi pajak secara berpengarus signifikan positif terhadap kesadaran perpajakan.

4) Manfaat pajak bagi WP secara partial berpengaruh signifikan positif terhadap kesadaran perpajakan.

5) Secara simultan variabel independen (pengetahuan WP tentang pajak, pelayanan petugas, pajak, pengenaan sanksi dan manfaat pajuak bagi WP) berpengaruh signifikan terhadap kesadaran perpajakan.

2. Furry Retno Indah S. (2010) a. Judul

“Pengaruh pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak, dan kepatuhan wajib pajak terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan”.


(24)

b. Rumusan Masalah

1) Apakah tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran perpajakan wajib pajak, serta tingkat kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di klurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo.

c. Hipotesis

1) Diduga bahwa tingkat pem,ahaman wajib pajak, tingkat kesadaran perpajakan wajib pajak, serta kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Klurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo.

d. Kesimpulan

1) “Diduga bahwa tingkat pemahaman wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Klurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo” terbukti kebenarannya. 2) “Diduga bahwa tingkat kesadaran perpajakan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Klurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo” terbukti kebenarannya.

3) “Diduga bahwa kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Klurahan Kluruk Kecamatan Candi Sidoarjo”. tidak terbukti kebenarannya. hal ini dikarenakan masyarakat sudah tidak dipercaya dengan dirjen


(25)

pajak terkait adanya mafia pajak yang sudah menghabiskan uang pajak rakyat.

3. Haris Setyawan (2011) a. Judul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB)”.

b. Rumusan Masalah

1) Apakah Tingkat Kesadaran perpajakan wajib pajak, Tingkat pemahaman wajib pajak, dan Sistem Pemungutan berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Pulorejo Kota Mojokerto?

c. Hipotesis

1) Diduga tingkat tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran perpajakan wajib pajak, serta kapatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Pulorejo Kota Mojokerto.

d. Kesimpulan

1) kesadaran perpajakan wajib pajak, pemahaman wajib pajak, dan sistem pemungutan wajib pajak mempunyai pengaruh terhadap tingkat penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, namun variabel keasadaran perpajakan wajib pajak (1) dan sistem pemungutan

(3) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap tingkat


(26)

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dibandingkan dengan pemahaman wajib pajak (2).

4. Kiryanto (1999) a. Judul

“pengaruh penerapan struktur pengendalian intern terhadap kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi pajak penghasilan”.

b. Rumusan Masalah

1) Apakah terdapat hubungan antara penerapan struktur pengendalian intern dengan kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan ?

2) Apakah penerapan struktur pengendalian intern berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi pajak penghasilan ?

c. Hipotesis

1) Diduga terdapat hubungan antara penerapan struktur pengendalian intern dengan kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak peghasilan.

2) Diduga terdapat pengaruh antara penerapan struktur pengendalian intern terhadap kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan.

d. Kesimpulan

1) Hasil analisis menunjukan bahwa penerapan struktur pengendalian intern mempunyai hubungan dan pengaruh yang signifikan dengan kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan . hasil penelitian ini mendukung tentang perlunya


(27)

penilaian struktur pengendalian intern dalam setiap penugasan pemeriksaan dalam setiap perusahaan (Norma Pemeriksaan)

5. Agnelya Ralen Cova a. Judul

Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pajak bumi dan bangunan

b. Rumusan Masalah

1) Apakah tingkat kesadaran perpajakan WP, tingkat pemahaman WP, tingkat kemampuan WP, dan sistem pemungutan berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di kelurahan Kelun Madiun

c. Hipotesis

Diduga tingkat kesadaran WP, tingkat pemahaman WP, tingkat kemampuan WP, dan sistem pemungutan berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di kelurahan Kelun Madiun

d. Kesimpulan

1) Bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat kesadaran WP, tingkat pemahaman WP, kemampuan WP, dan sistem pemungutan yang diduga berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu keberhasilan penerimaan pajak. Baik secara simultan dan secara parsial tiungkat kesadaran WP tidak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak, tidak terbukti kebenaranya.

Persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah :


(28)

No Nama

Peneliti Judul Variabel Hasil Analisis

1 Pardi Faktor-faktor yang

mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam memenuhi

kewajiban pajak

bumi dan

bangunan di Surakarta

Pengetahuan WP, pelayanan petugas pajak, pengenaan sanksi pajak, manfaat pajak bagi WP.

1. Pengetahuan WP tentang pajak secara partial berpengaruh signifikan positif terhadap kesadaran perpajakan.

2. Pelayanan petugas pajk secara partial berpengaruh signifikan positif terhadap kesadaran perpajakan.

3. Pengenaan sanksi pajak secara berpengarus signifikan positif terhadap kesadaran perpajakan. 4. Manfaat pajak bagi WP secara

partial berpengaruh signifikan positif terhadap kesadaran perpajakan.

5. Secara simultan variabel independen (pengetahuan WP tentang pajak, pelayanan petugas, pajak, pengenaan sanksi dan manfaat pajuak bagi WP) berpengaruh signifikan terhadap kesadaran perpajakan. 2 Haris

Setyawan (2011)

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak

Bumi dan

Bangunan (PBB)”.

Tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran

perpajakan, serta kepatuhan wajib pajak.

kesadaran perpajakan wajib pajak, pemahaman wajib pajak, dan sistem pemungutan wajib pajak mempunyai pengaruh terhadap tingkat penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, namun variabel keasadaran perpajakan wajib pajak (1) dan sistem pemungutan (3) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap tingkat penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dibandingkan dengan pemahaman wajib pajak (2) 3 Nuril

Alfiah

“faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan penerimaan pajak

bumi dan

bangunan

Pemahaman WP, kesadaran WP, kepatuhan WP, kemampuan WP

Masih dilakukan penelitiuan


(29)

2.2 Kajian Teori

Pemahaman akan teori pemungutan pajak berikut di harapka membawa suatu kesadaran akan pentingnya pemungutan pajak bukan lagi menjadi beban semata, tetapi menjadi suatu kewajiban yang penting dalam hidup bermasyarakat, Mardiasmo (2009 :3-4), menjelaskan bahwa teori-teori pemungutan pajakyang dimaksud yaitu:

1. Teori Asuransi, teori ini diartikan dengan Negara melindungi keselamatan jiwa harta benda,dan hak-hak rakyatnya oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh perlindungn tersebut.

2. Teori Kepentingan, teori ini diartikan sebagai pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing orang, emakin besar kepentingan seseorang terhadap negaramakin tinggi pajak yang harus dibayar.

3. Teori Daya Pikul, teori ini diartika sebagai beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuaidengan daya pikulmasing-masing orang.

4. Teori Bakti, teori ini diartikan sebagai dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga Negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli, teori ini diartikan sebagai dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti menarikdaya


(30)

beli dari rumah tangga masyarakat untukrumah tangga Negara.selanjutnya Negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.

2.3 Landasan Teori 2.3.1 Pengertian Pajak

Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian definisi yang berbeda-beda mengenai pajak, namun demikian definisi tersebut mempunyai inti atau tujuan yang sama.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (dalam Mardiasmo 2002 :1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut R. Santoso Brotodiharjo (dalam Waluyo dan Wirawan B.Iiyas 2002 : 4) Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditujukan dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka disimpulkan bahwa pajak adalah iuran wajib pajak masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan tanpa


(31)

mendapat kontra-prestasi secara langsung, dan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

2.3.1.1 Fungsi Pajak

Adanya ciri-ciri yang melakat pada pajak, kita dapat melihat dua fungsi pajak yaitu :

a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pembangunan dan pengeluaran -pengeluaran pemerintah. Misalnya, dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

b. Fungsi mengatur (regular)

Pajak berfungsi sebagai alat mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi.

Misalnya, dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras sehingga konsumsi minuman keras dapat ditekan, demikian pula terhadap barang mewah.

Kedua fungsi tersebut lebih merupakan instrumen dari kebijakan fiskal yang diselenggarakan oleh Negara, dalam perkembangannya, menurut Pasaribu dalam Veronika (2001) yang diadaptasi lagi oleh Mutia Amanah Nastiti

(2008,25), telah muncul fungsi-fungsi baru yang sangat penting yang salah satunya adalah fungsi demokrasi.

2.3.1.2 Pengelompokan pajak

Pajak dapat dikelompokkan kedalam klasifikasinya sebagai berikut :


(32)

a. Menurut Golongannya 1) Pajak Langsung

yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: pajak penghasilan (PPh).

2) Pajak Tak Langsung

yaitu pajak yang pada akhirnya apat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: pajak pertambahan nilai (PPN).

b. Menurut Sifatnya 1) Pajak Subjektif

yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan wajib pajak. Contohnya: pajak penghasilan (PPh). 2) Pajak Objektif

yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya tanpa memperhatikan keadaan dari wajib pajak. Contohnya: PPN dan PPnBM

c. Menurut Lembaga Pemungutannya 1) Pajak Pusat

yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contohnya: PPh, PPN, PPnBM, dan Bea Cukai.

2) Pajak Daerah

yaitu pajak dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contohnya:


(33)

- Pajak Daerah Tingkat I seperti pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor.

- Pajak Daerah Tingkat II seperti pajak hotel dan restoran, pajak bumi dan bangunan, pajak hiburan, pajak reklame dan pajak penerangan jalan.

2.3.1.3 Tarif Pajak

Ada empat macam tarif pajak, yaitu : a. Tarif Sebanding/Proposional

Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap hasil yang dikenai pajak.

Contohnya: untuk penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di daerah Pabean dikenakan pajak PPN sebesar 10%.

b. Tarif Tetap

Berapa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang adalah tetap. Contohnya: besarnya tarif bea materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun adalah Rp 6.000,00.

c. Tarif Progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

Di Indonesia, pajak progresif diterapkan pada pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi, yaitu :


(34)

- Sampai dengan Rp. 50 juta, tarif pajaknya 5%

- Diatas Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 250 juta, tarif pajaknya 15%

- Diatas Rp. 250 juta sampai dengan Rp. 500 juta, tarif pajaknya 25%

- Diatas Rp. 500 juta, tarif pajaknya 30% d. Tarif Degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

2.3.1.4 Tata Cara Pemungutan Pajak

a. Stelsel Pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu (Mardiasmo 2009 : 6) :

1) Stelsel Nyata

Pengenaan pajak didasarkan pada obyek (penghasilan uang nyata) sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak yaitu setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.

2) Stelsel Anggapan

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.

3) Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan dimana pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu


(35)

anggapan kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.

b. Asas pemungutan Pajak 1) Asas Domosili

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun penghasilan yang berasal dari luar negeri.

2) Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

3) Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan seseorang. c. Sistem Pemungutan Pajak

1) Official Assessment System

Suatu cara pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya :

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada ditangan fiskus

b) Wajib pajak bersifat pasif

c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.


(36)

2) Self Assessment System

Suatu cara pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak terutang.

Ciri-cirinya :

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada ditangan wajib pajak

b) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak terutang

c) Fiskus tidak ikut campur, hanya mengawasi. 3) With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.

2.3.2 Pajak Bumi dan Bangunana 2.3.2.1 Definisi PBB

Pengertian Bumi menurut Mardiasmo (2006:295) adalah sebagai berikut :

”Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa tambak

perairan) serta laut wilayah republik indonesia”.

Pergertian bangunan menurut Mardiasmo (2006:295) adalah sebagai berikut :


(37)

”Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap ditanah dan atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat diusahakan”.

Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah :

a. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan b. Jalan Tol

c. Kolam Renang d. Pagar Mewah e. Tempat Olahraga

f. Galangan kapal dan Dermaga g. Taman Mewah

h. Tempat Penampungan atau kilang minyak, air dan gas, pipa minyak i. Faslitas lain yang memberikan manfaat.

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak negara yang sebagian besar penerimaannya merupakan pendapatan daerah yang antara lain dipergunakan untuk penyedia fasilitas yang juga dinikmati oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah, oleh sebab itu wajar pemerintah juga ikut membiayai penyedian fasilitas tersebut melalui Pajak Bumi dan Bangunan.

2.2.3.2 Ketentuan Umum

BAB I, Pasal 1 : UMUM (Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan, 2007:266)

a. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.


(38)

b. Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah atau perairan.

c. Nilai jual obyek pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, nilai obyek pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis atau nilai perolehan baru atau nilai jual obyek pengganti.

d. Surat keputusan obyek pajak adalah surat yang dipergunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data obyek pajak menurut ketentuan undan-undang.

e. Surat pemberitahuan pajak terutang yang dipergunakan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutama kepada wajib pajak.

BAB II, Pasal 2 : OBYEK PAJAK

1. Yang menjadi obyek pajak adalah Bumi dan Bangunan.

2. Klasifikasi obyek pajak yang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh menteri keuangan.

Pasal 3 (Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan, 2007:266)

(1) Obyek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah obyek pajak yang :

a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.

b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu.


(39)

c. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara belum dibebani suatu hak.

d. Dipergunakan oleh perwakilan diplomatic.

e. Dipergunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh menteri keuangan.

(2) Obyek pajak yang dipergunakan oleh Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

(3) Batas nilai jual bangunan tidak kena pajak ditetapkan sebesar Rp. 8 juta untuk setiap satu bangunan.

(4) Batas nilai jual bangunan tidak kena pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (3) akan diselesaikan dengan suatu faktor penyelesaian yang ditetapkan oleh menteri keuangan.

2.3.2.3Sifat Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak, maka oleh sebab itu yang dipentingkan adalah obyeknya dan oleh karena itu keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan subyek pajak tidak penting dan tidak mempengaruhi basarnya pajak, maka sebab itu pajak Bumi dan Bangunan disebut juga pajak obyektif, walaupun pajak ini merupakan pajak obyektif tetapi dipungut dengan surat ketetapan pajak yang pada prinsipnya setiap tahun dikeluarkan.


(40)

2.3.2.4 Subyek Pajak

BAB III, Pasal 4 (Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan, 2007:267)

(1) Yang menjadi subyek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. (2) Subyek pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) yang dikenakan

kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak menurut undang-undang ini. (3) Dalam hal obyek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, direktur jendral

pajak dapat menetapkan subyek pajak sebagaimana dimaksud pasal (1) sebagai wajib pajak.

(4) Subyek pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (3) dapat memberikan keterangan secara tertulis pada direktur jendral pajak bahwa ia bukan wajib pajak terhadap obyek pajak yang dimaksud.

(5) Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) disetujui maka direktur jendral pajak membatalkan penetapan sebagai wajib pajak sebagaimana dalam ayat (3) dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud.

(6) Bila keterangan yang dimaksud itu tidak disutujui, maka direktur jendral pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya.

(7) Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak diterimanyan keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), direktur jendral pajak tidak


(41)

memberikan keputusan, maka keterangan yang diajukan dianggap tidak disetujui.

2.3.2.5 Subyek Pajak Bumi dan Bangunan

Subyek pajak dalam PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi atau memperoleh manfaat atas bumi atau memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat atas bangunan antara lain pemilik, penghuni, penggarap, pemakai dan penyewa.

Beberapa ketentuan khusus tentang siapa saja yang menjadi subyek dalam hal ini adalah (Tjahjono Achmad dan F. Husain, 1997:434) :

1. Jika suatu subyek pajak memanfaatkan atau menggunakan bumi dan bangunan milik orang lain bukan karena sesuatu hak berdasarkan undang-undang atau bukan perjanjian, maka subyek pajak yang memanfaatkan atau menggunakan bumi dan atau bangunan ditetapkan sebagai wajib pajak.

2. Suatu obyek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan dipengadialan, maka orang atau badan yang memanfaatkan atau menggunakan obyek pajak tersebut ditetapkan sebagai wajib pajak.

3. Subyek pajak dalam waktu yang lama berada di luar wilayah letak obyek pajak, sedang untuk merawat obyek pajak tersebut dikuasakan kepada orang atau badan, maka orang atau badan yang diberi kuasa dapat ditunjuk sebagai wajib pajak.

2.3.2.6 Maksud dan Tujuan

Yang dijadikan alasan untuk dilakukannya pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan adalah (Vitriana, 2006 : 21) :


(42)

a. Dasar falsafah yang dipergunakan dalam berbagai undang-undang yang berasal dari jaman kolonial adalah tidak sesuai dengan pancasila.

b. Berbagai undang-undang mengenakan pajak atas harta tak bergerak sehingga membingungkan masyarakat.

c. Undang-undang berasal dari jaman kolonial sukar dimengerti oleh rakyat. d. Undang-undang yang berasal dari jaman penjajahan masih tertulis dalam

bahasa dan perubahan tertulis dalam Indonesia, sehingga merupakan bahasa ”gado-gado” sedangkan terjemahan resmi tidak ada.

e. Undang-undang jaman kolonial tidak sesuai lagi dengan aspirasi dan kepribadian bangsa Indonesia.

f. Undang-undang lama tidak sesuai dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. g. Undang-undang lama kurang memberikan kepastian hukum.

Selanjutnya adalah yang menjadi tujuan pajak Bumi dan Bangunan adalah :

a. Menyederhanakan peraturan perundang-undangan pajak sehingga mudah dimengerti oleh rakyat.

b. Memberikan dasar yang kuat pada pungutan pajak atas harta tak bergerak dan sekalian menyerasikan atas harga tak bergerak disemua daerah dan menghilang.

c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, sehingga rakyat tahu sajauh mana hak dan kewajibannya, menghilangkan pajak ganda yang terjadi sebagai akibat berbagai undang-undang yang sifatnya sama.


(43)

d. Memberikan penghasilan kepada daerah yang sangat diperlukan untuk menegakkan otonomi daerah dan untuk pembangunan daerah.

e. Menambahkan penghasilan bagi daerah.

2.3.2.7Tarif Pajak

BAB IV Pasal 5 (Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan) tarif pajak yang dikenakan atas obyek pajak adalah sebesar 0,5% (lima persepuluh persen).

2.3.2.8 Dasar Penggenaan dan Cara Menghitung Pajak

BAB V, Pasal 6 (Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan, 2007:267)

(1) Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual obyek pajak.

(2) Besarnya nilai jual obyek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan setiap tiga tahun oleh menteri keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan.

(3) Dasar perhitungan pajak adalah nilai jual kena pajak yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-tingginya 100% (seratus persen) dari nilai jual obyek pajak.

(4) Besarnya presentase nilai jual kena pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (3) ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.

Pasal 7

Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalirkan tarif pajak dengan nilai jual kena pajak.


(44)

2.3.2.9 Tahun Pajak, Saat dan Tempat yang Menentukan Pajak Terhutang

BAB VI, Pasal 8 (Undang-undang pajak Bumi dan Bangunan) (1) Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwin.

(2) Saat yang menentukan pajak yang terhutang adalah menurut keadaan obyek pajak pada tanggal 1 januari.

(3) Tempat pajak yang terutang :

a. Untuk daerah Jakarta, diwilayah daerah khusus Ibukota Jakarta

b. Untuk daerah lainnya, diwilayah Kabupaten daerah Tingkat II atau Kotamadya Daerah Tingkat II, yang meliputi letak obyek pajak.

2.3.3 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib

Pajak, Kepatuhan Perpajakan Wajib Pajak, dan Kemampuan Perpajakan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

2.3.3.1 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Tentang Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Mengacu pada Prospect theory Kahneman dan Tversky, Betty R. Jackson dan Sally M. Jones (1995) seperti disitir oleh Tubagus Chairul Zandjani (1992 : 41-45) dikutip dari (jurnal Bambang Suhardito dan Bambang Sudibyo, 1999 : 5) mempelajari tentang perilaku wajib pajak. Menurut Kahneman dan Tversky, Betty R. Jackson dan Sally M. Jones, persepsi wajib pajak terhadap kesederhanaan dan daya jangkau hukum pajak akan mempengaruhi perilaku wajib pajak dan


(45)

keberhasilan perpajakan. Pemahaman wajib pajak terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan Pajak Bumi dan Bangunan berfungsi penting, karena ini merupakan elemen kognitif dai sikap wajib pajak terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan PBB, dan sikap wajib pajak mempengaruhi perilaku perpajakan wajib pajak, dan akhirnya perilaku perpajakan mempengaruhi keberhasilan perpajakan.

Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat tentang pajak mengakibatkan sikap masyarakat cenderung apatis terhadap pajak yang akhirya berpengaruh terhadap perilaku atau praktek masyarakat dalam hal kedisiplinan membayar pajak. Pemahaman masyarakat tentang pajak bisa diperoleh melalui pendidikan formal maupun penyuluhan dari aparat perpajakan yang terkait. Pendidikan formal dalam jangka panjang sangat diperlukan, karena beberapa jenis pajak memerlukan pemahaman tertentu agar formulir pajak dapat diisi dengan baik. Paradigma pendidikan pajak yang baru dikenal dengan pendidikan pajak dua arah, dimana pendidikan pajak harus diberikan kepada wajib pajak (eksternal) dan petugas pajak (internal) secara bersama-sama.

2.3.3.2 Pengaruh Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak Terhadap

Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Kesadaran bernegara merupakan faktor penentu adanya kesadaran perpajakan. Kesadaran bernegara merupakan sikap sadar mempunyai negara dan sikap sadar terhadap fungsi negara. Sikap yang demikian merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif yang berinteraksi dalam memahami dan merasakan dan berprilaku terhadap makna dan fungsi negara atau siapapun yang


(46)

merasa menjadi warga negara, yaitu kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintahan cara membayar kewajiban pajaknya (Suparmoko, 2003 :218).

Pengertian komponen kognitif, afektif, dan konatif dapat dijelaskan sebagai berikut (Schiffman dan Kanuk, 1994 : 242) :

1. Cognitif Component are knowledge and perception that are acquired by a combination of direct experience with the attitude object and related information from various source.

2. Affective component : a consumer’s emotion of feeling about a particular product or brand.

3. Conative component : it is concerned with the likehood or tendency that an individual will under take specivic action or behave in particular way with regard to the attitude object.

Maksud dari pernyataan diatas adalah komponen Cognitif adalah pengetahuan dan persepsi yang diperoleh dari pengalaman langsung atas sikap terhadap objek dan variasi sumber informasi lain yang relevan. Komponen affective merupakan sebuah emosi konsumen atau perasaan terhadap keistimewaan produk atau merek. Komponen conative adalah perhatian atas kemungkinan atau tendensi bahwa seorang individual akan berusaha melakukan tindakan khusus atau berprilaku hormat dalam sikap terhadap objek.


(47)

2.3.3.3Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Sejak reformasi perpajakan Tahun 1923 yang terakhir 1994 dengan diubahnya Undang-undang perpajakan tersebut menjadi UU No.9 Tahun 1994, UU No. 10 tahun 1994, UU No.11 tahun 1994 dan UU No.12 Tahun 1994, maka sistem pemungutan pajak di indonesia adalah ”self Assesment system”. Menurut Waluyo (2002 : 16), ”Self Assesment system” adalah suatu system pemungutan pajak yang memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Dalam sistem ini mengandung pengertian bahwa wajib pajak mempunyai kewajiban untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

Dalam self assesment system fungsi dan peranan dari Wajib Pajak ditingkatkan. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemunggutan pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada Wajib Pajak sendiri. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Seperti yang dikemukakan oleh E.Eliyani (1989 : 29) dikutip dari (jurnal Kiryanto, 1999 : 7), ”kepatuhan wajib pajak didefinisan sebagai memasukan dan melaporkan pada waktunya informasi yang diperlukan, mengisi secara benar jumlah pajak yang terutang, dan membayar pajak pada waktunya, tanpa ada tindakan pemaksaan. Ketidakpatuhan timbul kalau salah satu syarat definisi tidak dipenuhi”.


(48)

Jadi semakin tinggi tingkat kebenaran menghitung dan memperhitungkan ketetapan menyetor, serta mengisi dan membayar jumlah pajak yang terutang tepat pada waktunya, tanpa adanya tindakan pemaksaan, maka diharapkan semakin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban pajaknya (dalam hal ini PBB). (Kiryanto, 1999 : 8)

2.3.3.4 Pengaruh Kemampuan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

PBB sebagai pajak objektif tidak memperhatikan status ekonomi (pendapatan) subjek pajaknya. Hal ini sering menimbulkan kontradiksi dan rasa ketidakadilan atas pemungutan pajaknya terhadap masyarakat sebagai wajib pajak. Namun pada dasarnya keadilan dalam hal pemungutan pajak di nilai dari seorang membayar pajak dibandingkan manfaat yang diperolehnya dari pembayaran tersebut serta tingkat pendapatannya.

Landasan pengaruh kemampuan wajib pajak terhadap Keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB) dengan mengacu pada gaya pikul. (mardiasmo,2009,3) teori ini mengandung kesimpulan bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada jasa yang diberikan negara kepada warganya, yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya, untuk kepentingan tersebut perlu biaya yang harus dipikul oleh segenap orang yang menikmati perlindungan itu, yaitu menekan pada azas keadilan, bahwasanya pajak haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus dibayar menurut gaya pikul seseorang. Gaya pikul seseorang dapat diukur berdasarkan besar penghasilannya dengan


(49)

memperhitungkan pengeluaran atau pembelanjaan dinyatakan dengan sejumlah penghasilan tertentu yang tidak di kenakan pajak (Siti Resmi, 2008:5-6).

Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan dari wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan dapat dilihat dari harta benda yang dimiliki, dan besarnya beban pajak yang dikeluarkan pemerintah sesuai dengan tingkat kemampuan yang wajib pajak miliki.

2.4 Diagram Kerangka Pikir

Berdasakan teori-teori penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dibuat sebuah diagram kerangka pikir sebagai berikut :

1. Pemahaman Wajb Pajak (X1)

2. Kesadaran Wajib Pajak (X2)

3. Kepatuhan Wajib Pajak (X3)

Regresi Linier Berganda Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)

4. Kemampuan Wajib Pajak (X4)


(50)

2.5 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian dan landasan teori maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

“Bahwa tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran wajib pajak, tingkat kepatuhan wajib pajak, dan tingkat kemampuan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.


(51)

36

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Defenisi Operasional

Menurut Nazir (1998 : 152) Definisi Operasional adalah suatu defenisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau spesifikasi kegiatan, ataupun memberikan operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Berdasarkan perumusan masalah yang telah diajukan pada bab I dan hipotesis yang diajukan pada bab II, maka dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel, yaitu pemahaman perpajakan (X1), tingkat kesadaran wajib pajak (X2), tingkat kepatuhan wajib pajak (X3), dan tingkat kemampuan wajib pajak (X4) dengan menggunakan sematic differential (skala interval). variabel terikat merupakan penerimaan pajak bumi dan bangunan yang disimbolkan dengan Y.

3.1.1.1 Variabel Bebas (X)

1. Pemahaman Wajib Pajak atas PBB (X1)

Pemahaman Wajib Pajak adalah persepsi Wajib Pajak terhadap kesederhanaan dan daya jangkau hukum pajak akan mempengaruhi perilaku Wajib Pajak dan keberhasilan perpajakan.

2. Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2)

Kesadaran Perpajakan adalah kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah dengan cara membayar kewajiban pajaknya.


(52)

3. Tingkat Kepatuhan wajib pajak (3)

Kepatuhan Wajib Pajak adalah ketaatan untuk melakukan ketentuan-ketentuan perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan. 4. Tingkat Kemampuan Wajib Pajak (4)

Kemampuan Wajib Pajak adalah kesanggupan wajib pajak membayar pajak yang di tinjau dari rasio pokok ketetapan dengan pendapatan wajib pajak.

3.1.1.2 Variabel terikat (Y)

Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)

Adalah peningkatan sikap proaktif wajib pajak terhadap pajak (PBB). Sikap proaktif wajib pajak merupakan salah satu elemen konatif dari sikap wajib pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan. (Ika, 2010 : 23) Komponen konatif (tindakan), merupakan aspek kecenderungan bertindak dan bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang, dengan demikian, keberhasilan penerimaan dalam hal ini diasumsikan sebagai kecenderungan untuk bersikap positif oleh wajib pajak atau reaksi positif wajib pajak terhadap Pajak (PBB) dengan cara-cara tertentu yang dimiliki wajib pajak.

3.1.2 Pengukuran Variabel

A. Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)

Adalah rasio tingkat kepatuhan pembayaran oleh wajib pajak (WP) dibandingkan dengan ketetapannya pada tahun yang bersangkutan.


(53)

Pengukurannya menggunakan Semantic Defferensial skala Interval (Sugiyono, 2001 : 71). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian (Effi Sulistyorini,2003) yang diadaptasi lagi oleh Retti (2008). Variabel ini diukur dengan empat pertanyaan.

Indikator untuk variabel ini adalah 1. Kebenaran petugas menghitung pajak 2. Penjelasan perhitungan petugas pajak 3. Keberatan ketidaksamaan perhitungan pajak 4. berdiskusi tentang masalah pajak

1 2 3 4 5

Sangat Tidak setuju Sangat setuju

Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel diatas adalah : 1 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang rendah

3 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang cukup 5 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang tinggi

B. Tingkat Pemahaman Wajib Pajak (X1)

Adalah tingkat pemahaman wajib pajak Bumi dan Bangunan akan fungsi dan pentingnya membayar pajak Bumi dan Bangunan.

Indikator untuk mengukur variabel ini adalah (Effi Sulistyorini, 2003) yang diadaptasi lagi oleh Vitriana (2006). :

1. PBB merupakan sarana atau sumber pendapatan daerah

2. PBB dikenakan pada benda tidak bergerak, sehingga yang dipentingkan objeknya


(54)

3. Subyek PBB adalah orang atau badan yang menguasai atau memperoleh manfaat dari objek pajak

4. Sumber dana pembangunan

Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel diatas adalah : 1 = Menunjukkan Tingkat Pemahaman Wajib Pajak rendah

3 = Menunjukkan Tingkat Pemahaman Wajib Pajak wajar 5 = Menunjukkan Tingkat Pemahaman Wajib pajak tinggi

C. Kesadaran Perpajakan (X2)

Adalah rasa yang timbul dari dalam diri wajib pajak atas kewajibannya untuk membayar pajak Bumi dan Bangunan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Indikator untuk mengukur variabel ini adalah (Effi Sulistyorini, 2003) yang diadaptasi lagi oleh Vitriana (2006). :

1. PBB dipergunakan sebagai sumber pendapatan

2. PBB harus dibayar tepat waktu untuk pembiayaan pembangunan 3. PBB harus dibayar karena kewajiban warga negara

4. PBB sumber pendapatan daerah

Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel diatas adalah :


(55)

1 = Menunjukkan Tingkat Kesadaran Wajib Pajak rendah 3 = Menunjukkan Tingkat Kesadaran Wajib Pajak wajar 5 = Menunjukkan Tingkat Kesadaran Wajib pajak tinggi

D. Tingkat Kepatuhan wajib pajak (X3)

Kepatuhan wajib pajak yaitu ketaatan untuk melakukan ketentuan-ketentuan perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan. Selain itu, wajib pajak paham terhadap UU perpajakan mengisi formulir pajak dengan benar, menghitung pajak dengan jumlah benar dan membayar pajak tepat pada waktunya.

Indikator untuk mengukur variabel ini adalah (Effi sulistyorini, 2003) yang diadaptasi lagi oleh Retti (2008). :

1. Wajib pajak paham dan berusaha memahami undang-undang perpajakan 2. Kemudahan prosedur pembayaran

3. Sanksi keterlambatan

4. Membayar pajak tepat waktu

Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel diatas adalah : 1 = Menunjukkan Tingkat Kepatuhan rendah

3 = Menunjukkan Tingkat Kepatuhan wajar 5 = Menunjukkan Tingkat Kepatuhan tinggi


(56)

E. Tingkat Kemampuan Wajib Pajak (X4)

Kemampuan wajib pajak merupakan kesanggupan wajib pajak membayar pajak yang ditinjau dari rasio pokok ketetapan dengan pendapatan wajib pajak, antara lain perhitungan nominal pajak berdasarkan luas bangunan, dilihat dari kondisi fisik bangunan, dan umur.

Indikator untuk mengukur variabel ini adalah (Ika, 2010) . : 1. PBB dibayar sesuai nilai tanah dan bangunan.

2. Tarif PBB sebesar 0,5% dari Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)

3. Dasar perhitungan PBB serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari nilai jual obyek pajak (NJOP)

4. Rasio beban pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel diatas adalah : 1 = Menunjukkan Tingkat Kemampuan Wajib Pajak rendah

3 = Menunjukkan Tingkat Kemampuan Wajib Pajak wajar 5 = Menunjukkan Tingkat Kemampuan Wajib pajak tinggi

3.2 Teknik Pengumpulan Data 3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007 :72).


(57)

Populasi pada penelitian adalah seluruh wajib Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2011 untuk wilayah Desa Sambungrejo Kecamatan Sukodono yang berjumlah 2.194 wajib pajak pribadi.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut (Sumarsono, 2004 : 44). Untuk menentukan sampel yang digunakan dalam obyek penelitian ini adalah Simple Random Sampling, yaitu cara pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi itu (Sugiyono, 2007 : 74).

Ukuran sampel dari populasi yang ditentukan dengan menggunakan rumus slovin yang dikutip (Umar, 2004:78), yaitu :

n = 2

1 Ne N

Keterangan : n : ukuran sample

N : ukuran populasi yang berjumlah

e : persentase kelonggaran ketidak pastian karena kesalahan pengembalian sampel masih dapat diteliti 10%

Berdasarkan rumus diatas, maka diperoleh :

n = 2

) 1 , 0 ( 194 . 2 1 194 . 2

= 99,95 = 100 Responden


(58)

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang bersumber dari tanggapan responden atas daftar pertanyaan yang tertera dalam angket. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Desa Sambungrejo Sidoarjo.

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang diperlukan penulis melakukan prosedur sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara adalah Pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah disiapkan dan diberikan secara langsung kepada responden dengan mengguakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara) untuk mendapatkan data yang diperlukan (Nazir, 1988:234).

2. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan objek secara langsung dan mencatat segala data yang diperlukan dan berhubungan

dengan masalah yang diteliti (Sugiyono, 2007 : 138). 3. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2007 : 135)


(59)

3.4 Teknik Analisis 3.4.1 Uji Kualitas Data

Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu realibilitas dan validitas. Artinya, suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang biasa jika datanya kurang reliabel dan kurang valid.

3.4.1.1Validitas (Validity) Data

Validitas data penelitian mempersoalkan apakah benar-benar kita mengukur apa yang kita pikirkan sedang kita ukur (Nazir, 2005:145). Uji validitas dipergunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suetu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Menurut (Santoso, 2000 : 277) dasar pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut :

1. Jika hasil Positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid.

2. Jika r hasil tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

3.4.1.2 Reliabilitas (Reliability)

Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan oleh responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu alat ukur atau kuesioner mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya jika alat ukur


(60)

atau kuesioner itu stabil, dapat diandalkan dan dapat diramalkan (Nazir, 2005 : 133).

Suatu kuesioner dikatakan variabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu-kewaktu. Disini pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antara jawaban dan pertanyaan. Pengukuran ini menggunakan bantuan program SPPS dengan uji statistik cronsbach alpha, dimana suatu kuesioner dikatakan realibel jika nilai cronsbach alpha lebih besar dari 0,60 (Nunnally : 1967, dalam Ghozali, 2007 : 42).

3.4.1.3 Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tesebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah metode Shapirov Wilk (Sumarsono, 2004 : 40).

Menurut (Sumarsono, 2004 : 43) pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :

 Jika signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi

adalah tidak normal.

 Jika signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi

adalah normal.


(61)

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Regresi linier berganda dengan persamaan Y = 0+11+22+ 33+ 4

4

 + e Persamaan regresi diatas harus bersifat BLUE (best linear unbiased

estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji T tidak boleh bias. Untuk menghasilkan pengambilan keputusan BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda yaitu : Tidak boleh ada multikolonieritas, autokorelasi, heteroskedasitas (Gujarati,1995:153)

3.4.2.1 Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat dites dengan menghitung nilai Durbin Watson (DW-test). Uji penelitian ini tidak dilakukan karena data penelitian bukan data time-series (Ghozali, 2009 : 99).

3.4.2.2 Multikoloineritas

Uji multikoloneritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variable bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variable independen.


(62)

Dari diagnosis data dugaan adanya multikolonieritas perlu adanya pembuktian atau identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolonieritas yang dilakukan dengan cara menghitung Varance Inflation Factor (VIF).

VIF menyatakan tingkat pembengkakan variance, apabila VIF < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10 hal ini berarti terdapat multiklinearitas pada persamaan linear (Ghozali, 2009 : 95).

3.4.2.3Heteroskedaktisitas

uji Heteroskesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali 2009 : 125)

Cara mendeteksi adanya heteroskedastisitas:

1. Jika probabilitas signifikannya di atas > 5% berarti tidak mengandung Heteroskedastisitas.

2. Jika probabilitas signifikannya dibawah < 5% berarti mengandung Heteroskedastisitas.


(63)

3.4.3 Analisis Regresi Berganda

Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian adalah regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut :

Y=0+11+22+33+β4X4+e……….(Anonim,2011 : L-21)

Keterangan :

Y = Keberhasilan Penerimaan pajak bumi dan bangunan

1

 = Tingkat Pemahaman wajib pajak bumi dan bangunan

2

 = Tingkat Kesadaran wajib pajak bumi dan bangunan

3

 = Tingkat Kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan

X4 = Tingkat Kemampuan wajib pajak bumi dan bangunan

0

 = Konstanta / intersep

1

 ..4 = Koefisiens regresi e = Standar error

3.4.4 Uji Hipotesis

“Menurut Djarwanto (2001 : 23), Hipotesis adalah jawaban teoritis atas

permasalahan yang dihadapi peneliti”.

3.4.4.1 Uji F

Uji F ini digunakan untuk mengetahui sesuai tidaknya model regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh dari Pemahaman Wajib pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Kemampuan wajib pajak terhadap tingkat keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.


(64)

Hipotesis Statistik

1. Ho : 1,2,3,β4 = 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan tidak

cocok guna melihat pengaruh dari Pemahaman Wajib pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Kemampuan wajib pajak terhadap tingkat keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

1

H :1,2,3

,4≠ 0, menunjukan model regresi yang dihasilkan cocok guna

melihat pengaruh dari Pemahaman Wajib pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Kemampuan wajib pajak terhadap tingkat keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 3. Menentukan nilai Fhitung

...(Anonim,2011 :L-22)

Ket : Fhitung = F hasil perhitungan

R2 = Koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda k = Jumlah variabel

n = Jumlah pengamatan 4. Kriteria keputusan

a. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan H ditolak yang 1 berarti model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh dari Pemahaman Wajib pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib


(65)

Pajak, dan Kemampuan wajib pajak terhadap tingkat keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

b. Jika nilai probabilitasnya < 0,05, maka Ho ditolak dan H diterima yang 1 berarti model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh dari Pemahaman Wajib pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Kemampuan wajib pajak terhadap tingkat keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

3.4.4.2 Uji t

Uji t ini digunakan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari Pemahaman Wajib pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Kemampuan wajib pajak secara parsial terhadap tingkat keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Hipotesis Statistik

1. Ho:1,2,3,β4= 0, menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dari

Pemahaman Wajib pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Kemampuan wajib pajak secara Parsial terhadap tingkat keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

1

H :1,2,3,β4 ≠ 0, menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dari

Pemahaman Wajib pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Pemahaman wajib pajak


(66)

secara parsial terhadap tingkat keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Tingkat yang digunakan adalah 0,05 3. Menentukan nilai t hitung

………..………..…(Anonim,2011 :L-21) Ket : t hitung = t hasil perhitungan

bj = koefesien regresi

Sbj = standart eror koefisien determinasi 4. Kriteria Keputusan

a. Jika nilai probabilitasnya > 0,05, maka Ho diterima dan H ditolak yang 1 berarti tidak ada pengaruh dari Pemahaman Wajib pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Kemampuan wajib pajak secara parsial terhadap tingkat keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

b. Jika nilai probabilitasnya < 0,05, maka Ho ditolak dan H diterima yang 1 berarti ada pengaruh dari Pemahaman Wajib pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, dan kemampuan wajib pajak secara parsial terhadap tingkat keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.


(1)

Tabel 21 : Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu

No NAMA

PENELITI

HASIL ANALISIS

1 pardi 1. Pengetahuan WP tentang pajak secara partial berpengaruh signifikan

positif terhadap kesadaran perpajakan.

2. Pelayanan petugas pajk secara partial berpengaruh signifikan positif terhadap kesadaran perpajakan.

3. Pengenaan sanksi pajak secara berpengarus signifikan positif terhadap kesadaran perpajakan.

4. Manfaat pajak bagi WP secara partial berpengaruh signifikan positif terhadap kesadaran perpajakan.

5. Secara simultan variabel independen (pengetahuan WP tentang pajak, pelayanan petugas, pajak, pengenaan sanksi dan manfaat pajuak bagi WP) berpengaruh signifikan terhadap kesadaran perpajakan.

2 Furry Retno Indah S. (2010)

1. Diduga bahwa tingkat pemahaman wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Klurahan Klurak

Kecamatan Candi Sidoarjo” terbukti kebenarannya.

2. Diduga bahwa tingkat kesadaran perpajakan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Klurahan Klurak

Kecamatan Candi Sidoarjo” terbukti kebenarannya.

3. Diduga bahwa kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Klurahan Kluruk Kecamatan Candi

Sidoarjo”. tidak terbukti kebenarannya. hal ini dikarenakan masyarakat sudah

tidak dipercaya dengan dirjen pajak terkait adanya mafia pajak yang sudah menghabiskan uang pajak rakyat.

3 Haris

Setyawan (2011)

kesadaran perpajakan wajib pajak, pemahaman wajib pajak, dan sistem pemungutan wajib pajak mempunyai pengaruh terhadap tingkat penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, namun variabel keasadaran perpajakan wajib pajak dan sistem pemungutan mempunyai pengaruh yang dominan terhadap tingkat penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dibandingkan dengan pemahaman wajib pajak

4 Kiryanto (1990)

Hasil analisis menunjukan bahwa penerapan struktur pengendalian intern mempunyai hubungan dan pengaruh yang signifikan dengan kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan . hasil penelitian ini mendukung tentang perlunya penilaian struktur pengendalian intern dalam setiap penugasan pemeriksaan dalam setiap perusahaan (Norma Pemeriksaan)

5 Agnelya Ralen Cova (

Bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat kesadaran WP, tingkat pemahaman WP, kemampuan WP, dan sistem pemungutan yang diduga berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu keberhasilan penerimaan pajak. Baik secara simultan dan secara parsial tiungkat kesadaran WP tidak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak, tidak terbukti kebenaranya.

6

Nuril Alfiah (2013)

Variable pemahaman wajib pajak(X1), kesadaran wajib pajak (X2), kepatuhan wajib

pajak (X3) tidak berpengaruh. sedangkan , kemampuan (X4) berpengaruh. Sumber : Peneliti

4.5.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dirasakan oleh peneliti telah dilakukan secara optimal, namun demikian peneliti merasa dalam hasil penelitian ini masih adanya keterbatasan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

77

yaitu data penelitian yang dihasilkan dari penggunaan instrumen yang mendasarkan pada persepsi jawaban responden, hal ini akan menimbulkan masalah jika persepsi responden berbeda dengan keadaan yang sesungguhnya.


(3)

78 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Faktor kemampuan berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

b. Faktor pemahaman tidak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

c. Faktor kesadaran tidak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

d. Faktor kepatuhan tidak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Bagi petugas pajak, hendanya selalu diupayakan memberikan pengetahuan yang cukup tentang perpajakan terutama di lingkungan pedesaan. Sosialisasi atau penyuluhan cara yang cukup efektif untuk meningkatkan mutu perpajakan di lingkup pedesaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

79

2. Bagi penelitian yang akan datang, hendaknya menguji kembali instrumen yang telah dipakai pada penelitian, agar reliabilitas dan validitas instrumen dapat dibuktikan keandalannya, serta menambah jumlah responden, menambahkan faktor-faktor lain, dan memperluas wilayah penelitian, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik dari peneliti sebelumnya.


(5)

Anonim, 2011, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan skripsi Jurusan

Akuntansi. UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Algifari, 2000. Analisis Regresi Teori dan Kasus, Penerbit BPFE, yogyakarta.

Djarwanto, 2001. Mengenal beberapa uji statistik dalam penelitian, Cetakan pertama, Penerbit Liberty, yogyakarta.

Fitriandi Primandita, 2005. Kompilasi undang-undang perpajakan terlengkap, Cetakan pertama, Penerbit salemba empat, jakarta.

Gujarati, Damador, 1995, Ekonometrika Dasar, (Terjemahan Oleh Zain Somarno), Cetakan keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Ghozali, Imam, 2007, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

_____________, 2009, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Mardiasmo, 2009, Perpajakan, Edisi Revisi 2009, Penerbit Andi, Yogyakarta. Nazir, Moh, 1998, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

_________, 2005, Metode Penelitian, Cetakan Ketiga, Penerbit Galia Indonesia, Jakarta.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan Teori dan Kasus, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Santoso, Singgih, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametik, Penerbit PT Elex

Media Komputindo, Jakarta.

Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.

________, 2007, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung. Sumarsono, 2004, Metode Ekonometrika Pemula, Cetakan Kedua, Penerbit CV.

Armico, Bandung.

Schiffman and Kanuk, 1994, Consumer Behavior, Fifth Edition, Prentice-Hall Internasional, New york.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

Umar Husein, 2004, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, 2002, Perpajakan Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Jurnal Penelitian:

Kiryanto, 1999, “pengaruh penerapan struktur pengendalian intern terhadap

kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan ” Simposium Nasional Akuntansi II IAI-KAPD

Pardi, ”Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Pajak Bumi dan Bangunan Di Surakarta

Penelitian:

Furry Retno Indah S. (2010), Pengaruh pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak, dan kepatuhan wajib pajak terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan”.( studi Klurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo) skripsi jurusan akuntansi FE-UPN

“Veteran “ Jawa Timur

Setyawan, muhamad haris, 2011, “Analisa factor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak bumi bangunan (Studi Kelurahan Pulorejo Mojokerto) Skripsi Jurusan Akutansi FE-UPN”Veteran”Jawa Timur, Surabaya.

Agnelya Ralen Cova, Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pajak bumi dan bangunan (studi di kelurahan Kelun Madiun) Skripsi