Tarif Pajak Ketentuan Umum

18 - Pajak Daerah Tingkat I seperti pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor. - Pajak Daerah Tingkat II seperti pajak hotel dan restoran, pajak bumi dan bangunan, pajak hiburan, pajak reklame dan pajak penerangan jalan.

2.3.1.3 Tarif Pajak

Ada empat macam tarif pajak, yaitu : a. Tarif SebandingProposional Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap hasil yang dikenai pajak. Contohnya: untuk penyerahan Barang Kena Pajak BKP di daerah Pabean dikenakan pajak PPN sebesar 10. b. Tarif Tetap Berapa jumlah yang tetap sama terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang adalah tetap. Contohnya: besarnya tarif bea materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun adalah Rp 6.000,00. c. Tarif Progresif Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Di Indonesia, pajak progresif diterapkan pada pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi, yaitu : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 19 - Sampai dengan Rp. 50 juta, tarif pajaknya 5 - Diatas Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 250 juta, tarif pajaknya 15 - Diatas Rp. 250 juta sampai dengan Rp. 500 juta, tarif pajaknya 25 - Diatas Rp. 500 juta, tarif pajaknya 30 d. Tarif Degresif Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

2.3.1.4 Tata Cara Pemungutan Pajak

a. Stelsel Pajak Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu Mardiasmo 2009 : 6 : 1 Stelsel Nyata Pengenaan pajak didasarkan pada obyek penghasilan uang nyata sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak yaitu setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. 2 Stelsel Anggapan Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. 3 Stelsel Campuran Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan dimana pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 20 anggapan kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. b. Asas pemungutan Pajak 1 Asas Domosili Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun penghasilan yang berasal dari luar negeri. 2 Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. 3 Asas kebangsaan Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan seseorang. c. Sistem Pemungutan Pajak 1 Official Assessment System Suatu cara pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya : a Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada ditangan fiskus b Wajib pajak bersifat pasif c Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 21 2 Self Assessment System Suatu cara pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak terutang. Ciri-cirinya : a Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada ditangan wajib pajak b Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak terutang c Fiskus tidak ikut campur, hanya mengawasi. 3 With Holding System Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak. 2.3.2 Pajak Bumi dan Bangunana 2.3.2.1 Definisi PBB Pengertian Bumi menurut Mardiasmo 2006:295 adalah sebagai berikut : ”Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman termasuk rawa-rawa tambak perairan serta laut wilayah republik indonesia”. Pergertian bangunan menurut Mardiasmo 2006:295 adalah sebagai berikut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 22 ”Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap ditanah dan atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat diusahakan”. Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah : a. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan b. Jalan Tol c. Kolam Renang d. Pagar Mewah e. Tempat Olahraga f. Galangan kapal dan Dermaga g. Taman Mewah h. Tempat Penampungan atau kilang minyak, air dan gas, pipa minyak i. Faslitas lain yang memberikan manfaat. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak negara yang sebagian besar penerimaannya merupakan pendapatan daerah yang antara lain dipergunakan untuk penyedia fasilitas yang juga dinikmati oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah, oleh sebab itu wajar pemerintah juga ikut membiayai penyedian fasilitas tersebut melalui Pajak Bumi dan Bangunan.

2.2.3.2 Ketentuan Umum

BAB I, Pasal 1 : UMUM Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan, 2007:266 a. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 23 b. Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah atau perairan. c. Nilai jual obyek pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, nilai obyek pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis atau nilai perolehan baru atau nilai jual obyek pengganti. d. Surat keputusan obyek pajak adalah surat yang dipergunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data obyek pajak menurut ketentuan undan-undang. e. Surat pemberitahuan pajak terutang yang dipergunakan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutama kepada wajib pajak. BAB II, Pasal 2 : OBYEK PAJAK 1. Yang menjadi obyek pajak adalah Bumi dan Bangunan. 2. Klasifikasi obyek pajak yang sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur oleh menteri keuangan. Pasal 3 Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan, 2007:266 1 Obyek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah obyek pajak yang : a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan. b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 24 c. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara belum dibebani suatu hak. d. Dipergunakan oleh perwakilan diplomatic. e. Dipergunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh menteri keuangan. 2 Obyek pajak yang dipergunakan oleh Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. 3 Batas nilai jual bangunan tidak kena pajak ditetapkan sebesar Rp. 8 juta untuk setiap satu bangunan. 4 Batas nilai jual bangunan tidak kena pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 3 akan diselesaikan dengan suatu faktor penyelesaian yang ditetapkan oleh menteri keuangan.

2.3.2.3 Sifat Pajak Bumi dan Bangunan