Kerajaan Samudra Pasai Menambah Ilmu Pengetahuan, maksudnya kedatangan mereka itu dalam proses

perpaduan antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam, sehingga kebudayaan Indonesia semakin diperkaya oleh kebudayaan Islam.

C. KERAJAAN-KERAJAAN BERCORAK ISLAM DI INDONESIA 1. Kerajaan Perlak

Perkembangan Islam setelah dianut oleh sebagian besar masyarakat lapisan bawah di Indonesia, maka mulailah mendapat perhatian yang serius dari para bangsawan dan raja. Perkembangan selanjutnya juga berpengaruh pada kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia, sehingga mulailah era pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam. Menurut beberapa sumber sejarah tercatat bahwa kerajaan Islam tertua di Indonesia adalah Kerajaan Perlak atau Peureulak. Raja pertama Kerajaan Perlak adalah Sayed Abdul Azis dengan gelar Sultan Alaiddin Sayed Maulana Abdul Azis Syah 840-464 M. Ibukota Kerajaan Perlak adalah Bandar Khalifat Peureulak Baroh. Raja-raja Perlak setelah Sayed Abdul Azis berjumlah 17 orang sultan, sehingga raja terakhir adalah Sultan Makhdun Alaiddin Malik Abdul Azis Syah Johan Berdaulat 1263-1292 M. Karena sesudah raja ini, Kerajaan Perlak dipersatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai, yang pada waktu itu diperintah oleh Sultam Muhammad Malikul Dzahir 1297-1326 M putra Sultan Malik As Saleh. Sistem pemerintahan di Kerajaan Perlak yang berdasarkan Islam tersusun sebagai berikut: Kepala pemerintahan dipegang oleh Sultan, dibantu oleh beberapa wazir: a Wazirus-Siasah lembaga politik, b Wazirus-Harb lembaga pertahanankeamanan, c Wazirul-Maktabah lembaga administrasi negara, d Wazirul-Sunduk lembaga lembaga ekonomikeuangan, dan e Wazirul Hukkam lembaga kehakiman. Selain itu dibentuk pula lembaga Majelis Fatwa yang dipimpin oleh Mufti, kemudian dalam perkembangannya dilengkapi dengan Kadhi Mu’adham yang bertugas menangani hukum dan adat istiadat, sedangkan pimpinan kelasykaran dipegang oleh Amirul Ardh Qaidul Daullah. Setelah Kerajaan Perlak bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai, kemungkinan besar sistem pemerintahan yang dilaksanakan di Kerajaan Samudra Pasai sama dengan yang pernah diterapkan di Kerajaan Perlak, sebab keduanya sama-sama kerajaan yang bercorak Islam.

2. Kerajaan Samudra Pasai

Masalah kapan berdirinya Kerajaan Samudra Pasai hingga kini belum ada kepastian, karena para ahli sejarah belum dapat memperoleh kesepakatan tentang awal berdirinya Kerajaan Samudra Pasai. Menurut pendapat para sejarawan Belanda, antara lain seperti Snouck Hourgronje, Moens, dan Rouffaer bahwa Kerajaan Samudra Pasai berdiri sejak pertengahan abad ke-13 Masehi. Sedangkan pendapat para sejarawan Indonesia, antara lain seperti Hamka, A. Hasymi, dan Aboe Bakar Atjeh bahwa Kerajaan Samudra Pasai sudah berdiri sejak abad ke-11 Masehi. Lokasi kerajaan ini adalah di Pasai, daerah pantai timur laut Sumatera, Kabupaten Aceh Utara, Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Adapun raja pertama Kerajaan Samudra Pasai ialah Sultan Malik As- Saleh Malikus Saleh. Sebagaimana halnya dengan Kerajaan Perlak, maka Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan yang bercorak Islam, dikepalai oleh Sultan. Dalam menjalankan pemerintahannya, Sultan dibantu oleh Menteri Besar, Bendahara, Laksamana, Sekretaris Kerajaan, Qadi, dan Syahbandar. Sebagai kerajaan maritim, maka sumber penghasilan utama Kerajaan Samudra Pasai adalah dalam bidang pelayaran dan perdagangan. 248 PENDALAMAN MATERI SEJARAH Kerajaan Samudra Pasai menjadi makmur karena letaknya strategis bagi pelayaran dan perdagangan dunia. Oleh karena itu banyak disinggahi para pedagang dari India, Gujarat, Arab, dan Persia. Pada zaman Sultan Malik As Saleh, Kerajaan Samudra Pasai berhasil menguasai daerah-daerah pedalaman, yaitu antara lain Tamiang, Balek Bimba, Samer Langga, Simpang Bulah Telang, dan Takus. Daerah-daerah itu kemudian dibina oleh Samudra Pasai baik perekonomiannya maupun keagamaannya. Raja terakhir yang memerintah di Kerajaan Samudra Pasai adalah Sultan Zainal Abidin, yang mulai naik tahta pada tahun 1350 M, dalam kondisi masih kanak-kanak, sehingga pemerintahannya lemah. Pada periode pemerintahannya mendapat serangan bergantian dari Kerajaan Majapahit yang berakhir Samudra Pasai harus mengakui kekuasaan dan membayar upeti pada Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1511, Kerajaan Samudra Pasai bergabung dengan kerajaan-kerajaan di Aceh Barat, kemudian