2.7. Valuasi Ekonomi
Sumberdaya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi, juga menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat
lain. Oleh karena itu menurut Fauzi 2004 output yang dihasilkan dari pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan berupa barang dan jasa, perlu
diberi nilaiharga price tag. Valuasi ekonomi merupakan upaya untuk memberikan nilai kuantitatif
terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, baik atas dasar nilai pasar market value maupun nilai non-pasar non market
value . Valuasi ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat ekonomi economic
tool yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk mengestimasi nilai uang
dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Secara umum terdapat empat pendekatan dalam menilai kerusakan
sumberdaya alam lingkungan, Fauzi dan Anna, 2005; KNLH, 2009, yaitu: 1.
Pendekatan kesejahteraan, umumnya digunakan jika kerusakan lingkungan sudah menimbulkan perubahan kesejahteraan masyarakat yang diukur melalui
income perubahan surplus konsumen dan surplus produsen.
2. Pendekatan berdasarkan prinsip biaya penuh full cost principle, konsep ini
mengacu pada prinsip bahwa penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan harus membayar seluruh biaya yang diakibatkan oleh perubahan pada sistem
SDA dan lingkungan. Ganti rugi berdasarkan FCP harus menghitung nilai barang dan jasa menggunakan teknik Fauzi dan Anna, 2005; KNLH, 2006
berikut: a.
Teknik amplop back of the envelope, yaitu konsep yang memperkirakan secara kasar namun mewakili untuk mengestimasi nilai asset yang rusak
untuk ganti rugi. b.
Teknik pendekatan nilai dasar baseline approach, dilakukan untuk mengestimasi nilai kerugian dengan menggunakan nilai dasar yang sudah
baku untuk suatu kerusakan lingkungan. 3.
Pendekatan berdasarkan biaya pemulihan costing method, konsep ini menghitung biaya berdasarkan perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan restorasi terhadap lingkungan yang mengalami kerusakan injury.
Pengukuran kerusakan lingkungan dan penentuan ganti kerugian yang didasarkan biaya pemulihan pada dasarnya adalah menghitung biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan restorasi terhadap lingkungan yang mengalami pencemaran atau perusakan. Komponan biaya yang dihitung termasuk direct
cost , seperti biaya akuisisi lahan, biaya transaksi, monitoring serta indirect
cost , seperti biaya overhead.
4. Pendekatan produktivitas, pendekatan ini mengacu pada penentuan ganti rugi
berdasarkan perubahan produktivitas sebelum dan setelah terjadi kerusakan lingkungan.
2.8. Studi Kasus Penggunaan Lahan Mangrove Thailand
Sejak tahun 1961, Thailand telah kehilangan sekitar 1500-2000 km
2
mangrove pesisir atau sekitar 50 – 60 persen dari area aslinya FAO, 2003.
Menurut Hanley 2009, deforestasi mangrove menjadi fokus utama pada layanan yang diberikan oleh ekosistem mangrove yang berfungsi sebagai tempat
pemijahan dan berkembang biak ikan-ikan dan sebagai „penahan badai‟ secara
alami pada peristiwa periodik badai pesisir. Sebagai tambahan, banyak komunitas pesisir mangrove yang secara langsung menghasilkan produk seperti, kayu bakar,
kayu, bahan mentah, madu dan resin, dan kepiting dan kerang-kerangan. Valuasi dari layanan ekosistem yang diberikan oleh mangrove penting
untuk melakukan dua keputusan politik penggunaan lahan di Thailand. Pertama, walaupun menurun dalam beberapa tahun terakhir, konversi mangrove untuk
pertanian tambak udang dan pengembangan pesisir komersial lainnya menjadi ancaman bagi area mangrove yang tersisa di Thailand. Kedua, sejak bencana
tsunami Desember 2004, sekarang banyak peminat untuk merehabilitasi dan merestorasi ekosistem mangrov
e sebagai „pembatas alami‟ pada peristiwa badai pesisir yang akan datang.
Dalam perhitungan NPV dinyatakan bahwa biaya restorasi yang dikeluarkan sebesar 8812 sampai 9138 per Ha. Konversi mangrove untuk
pembukaan petanian tambak udang hampir tidak dapat mengubah penggunaan lahan dan tanpa adanya investasi tambahan yang besar dalam restorasi, area
tersebut tidak dapat diperbaiki kembali menjadi hutan mangrove. Banyak
pertanian tambak udang yang berumur pendek telah menjadi lahan yang tidak produktif dan telah ditinggalkan. Oleh karena itu, merestorasi mangrove pada
lahan yang telah ditinggalkan tersebut lebih bernilai dibandingkan dengan merestorasi lahan tambak Hanley, 2009.
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai dari perubahan habitat dan pelayanan ditentukan dalam waktu perubahan area mangrove yang dinamis yang didapatkan
dari hasil yang diperoleh dari perikanan. Net present value dari pelayanan sekitar dari 708 - 987 per Ha. Estimasi manfaat dari perlindungan badai jasa mangrove
Thailand menjadi 1879 per Ha, atau 8966 - 10821 per Ha dalam NPV. Penerimaan bersih yang diterima komunitas pesisir lokal dari mengumpulkan
produk hutan dan total nilai keterkaitan habitat-perikanan 1192 sampai 1571 per Ha Hanley, 2009.
2.9. Studi Terdahulu
Penelitian ini merujuk dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada beberapa jenis sumberdaya dan tempat lainnya. Hal ini
bertujuan untuk memberikan pedoman dalam melakukan penelitian. Sebagai bahan peretimbangan dalam penelitian ini dicantumkan beberapa hasil peneliti
yang pernah melakukan penelitian serupa. Di bawah ini terdapat beberapa rujukan penelitian yang berkaitan dengan judul penulis, yaitu analisis finansial dan valuasi
ekonomi dari mangrove. Tabel 4 Studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian
Judul SkripsiJurnal Tujuan
Metode Analisis
Hasil
Penilaian Ekonomi Lingkungan Terhadap
Konversi Hutan Mangrove Menjadi
Tambak dan Pemukiman Teguh
Suryono Menghitung nilai ekonomi
total hutan mangrove dan menganalisis
aspek social
ekonomi dari
masyarakat sekitar
Menghitung dan menganalisis Willingness to Pay
masyarakat dan Willingness to Accept
masyarakat petambak Menganalisis factor-faktor
yang mempengaruhi Willingness to Pay
masyarakat dan Willingness to Accept
masyarakat petambak Nilai
Ekonomi Total dan
Contingent Valuation
Method Nilai Ekonomi Total
hutan mangrove
sebesar Rp
4.184.556.038 per
tahun atau
Rp 73.418.378 per ha per
tahun. Besarnya nilai kesediaan membayar
masyarakat sebesar
Rp 165.440.880 per tahun dan besar nilai
kesediaan menerima masyarakat petambak
sebesar
Rp 1.329.745.043