bahwa pada tahun 2011, setiap 100 penduduk usia kerja di kecamatan ini masih dibebani tanggung jawab sebanyak 39 penduduk yang belum produktif dan
penduduk yang dianggap tidak produktif. Hal ini dapat dilihat pada tabel 8 mengenai jumlah penduduk berdasarkan usia pada tahun 2011.
Angkatan kerja adalah sebagian penduduk yang berusia 15 tahun ke atas dan siap terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif. Penduduk yang diserap oleh
pasar kerja digolongkoan sebagai bekerja, sedangkan yang tidak atau belum terserap oleh pasar kerja tetapi sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan
digolongkan sebagai penganggur terbuka. Pada Kecamatan Tirtajaya taun 2011, penduduk yang digolongkan sebagai angkatan kerja sebesar 40.860 jiwa atau
sebesar 65,99 persen. Angkatan kerja yang digolongkan sebagai bekerja sebesar 31.046 jiwa atau sebesar 50,14 persen dan pencari kerja sebesar 15,84 persen
yaitu sebanyak 9.814 jiwa. Sedangkan penduduk Tirtajaya yang bukan angkatan kerja sebesar 34,01 persen dimana kegiatan terbanyaknya ada pada kegiatan
rumah tangga. Tabel 9 Jumlah penduduk di atas 15 tahun menurut kegiatan utama pada tahun
2011
Kegiatan Persentase
Penduduk jiwa Angkatan Kerja
65,99 28.946
Bekerja 50,14
21.993 Mencari Pekerjaan
15.85 6.953
Bukan Angkatan Kerja 34,01
14.918 Sekolah
9,93 4.356
Rumah Tangga 20,36
8.930 Lain-lain
3,72 1.632
Jumlah 100
43.864 Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang, 2011
Proporsi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam
menyerap tenaga kerja. Dilihat dari persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja pada lima lapangan usaha utama, sektor pertanian dan sektor
perdagangan merupakan sektor usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja.
Tabel 10 Jumlah penduduk di atas 15 tahun berdasarkan lapangan usaha tahun 2011
Lapangan Usaha Persentase
Penduduk jiwa Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Perikanan 62,64
27.476 Industri Pengolahan
8,46 3.711
Perdagangan, Perhotelan, Rumah Makan
22,38 9.817
Jasa Kemasyarakatan 3,57
1.566 Lainnya Listrik, gas, air bersih,
bangunan, dsb 2,95
1.294 Total
100 43.864
Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang, 2011
Berdasarkan tabel 10, dapat dilihat persentase 62,64 persen untuk pertanian dan 22,37 persen untuk perdagangan, selanjutnya ada industri
pengolahan dengan 8,46 persen. Pertanian di Kecamatan Tirtajaya kebanyakan pertanian tanaman pangan yaitu padi sawah, selanjutnya diikuti oleh sektor
perikanan yang terdiri dari budidaya tambak dan nelayan di laut.Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan
kemajuan suatu daerah sebagai salah satu indikator kesejahteraan. Di Kecamatan Tirtajaya ini terdapat fasilitas pendidikan berupa SD, MI, SMP, dan MTs. Sarana
dan prasaran yang tersedia untuk tingkat pendidikan dasar secara fisik berjumlah 40 yaitu, SD berjumlah 30 sekolah dan MI berjumlah 10 sekolah. Untuk tingkat
sekolah menengah pertama berjumlah 6 unit sekolah yaitu dengan SMP sebanyak 4 sekolah dan MTs sebanyak 2 sekolah.
Berdasarkan jumlah tenaga pengajar yang ada di Kecamatan Tirtajaya tahun 2011, guru tingkat SD berjumlah 283 orang, guru MI berjumlah 66 orang,
dan guru tingkat SMP berjumlah 83 orang, serta MTs 22 orang, sedangkan jumlah murid untuk tingkat SD dan MI berjumlah 7.792 murid, tingkat SMP dan Mts
berjumlah 2.980 murid. Di bawah ini adalah tabel jumlah sekolah yang dilihat berdasarkan jenjang dan jenis pendidikannya. Pada tahun 2011, rasio murid-guru
sekolah tingkat SDMI di Kecamatan Tirtajaya adalah 22,33 yang artinya rata-rata seorang guru tingkat SDMI Tirtajaya mengajar sekitar 22 murid, rasio murid-
guru sekolah SMPMts sebesar 28,38 artinya rata-rata seorang guru tingkat SMPMTs Tirtajata mengajar sekitar 28 murid.
Tabel 11 Jumlah sekolah berdasarkan jenjang dan jenis pendidikan tahun 2011
Nama Desa Jenis Sekolah
SD MI
SMP MTs
Medankarya 4
2 1
Pisangsambo 3
2 1
Sabajaya 3
2 1
Gempolkarya 2
Srijaya 3
1 1
Kutamakmur 1
1 Bolang
2 1
1 Srikamulyan
3 Sumurlaban
2 Tambaksumur
4 1
Tambaksari 3
1 Jumlah
30 10
4 2
Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang, 2011
Oleh karena itu selain sarana dan prasarana pendidikan, sarana dan prasarana kesehatan juga menjadi kebutuhan dasar manusia dan sebagai
penunjang kesehatan. Pada Kecamatan Tirtajaya fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu, praktek dokter dan lainnnya telah tersedia. Berdasarkan
hasil olah data pokok kecamatan tahun 2011, fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Tirtajaya berjumlah 14 sarana fasilitas. Fasilitas kesehatan tersebut
adalah 1 puskesmas yang berada hanya pada Desa Sabajaya, 4 pustu yang berada di Desa Pisangsambo, Srijaya, Bolang, dan Tambaksumur, serta 9 balai
pengobatan yang tersebar pada Desa Pisangsambo 2 unit, Gempolkarya 2 unit, Srijaya 1 unit, Kutamakmur 1 unit, Bolang 1 unit, Tambaksumur 1 unit, dan
Tambaksari 1 unit. Tenaga kesehatan yang tercatat di Kecamatan Tirtajaya adalah praktek dokter, mantri kesehatan, bidan, dan perawat, termasuk dukun
bayitradisional yang sudah terdaftar di Dinas Kesehatan. Sejumlah 58 tenaga kesehatan tercatat pada tahun 2011 di Kecamatan Tirtajaya. Tenaga kesehatan
yang paling banyak yaitu perawat dan bidan sejumlah 23 orang, sedangkan tenaga kesehatan dr. Gigi dan dr. Umum paling sedikit yaitu 1 orang dr. Gigi dan 2 orang
dr. Umum.
Pada Kecamatan Tirtajaya sebagian masyarakat bermata pencaharian sebagai petani sehingga penggunaan lahan terbanyak digunakan untuk lahan
pertanian yaitu seluas 5.658 Ha dan seluas 4.200 Ha digunakan sebagai lahan tambak di desa Tambaksari dan Tambaksumur. Kecamatan Tirtajaya memiliki
pantai yang sebagian kecil masyarakatnya menjadi nelayan dan menggantungkan hidupnya melalui tangkapan ikan di laut. Tirtajaya juga memiliki sumber minyak
bumi dengan beberapa sumur minyak baik yang sudah berproduksi maupun yang akan dieksplorasi.
Selain potensi di atas, Tirtajaya juga memiliki beberapa produk unggulan diantaranya adalah beras yang merupakan produk unggulan di setiap desa di
wilayah Tirtajaya, ikan bandeng dan udang windu yang menjadi unggulan di Desa Tambaksumur dan Tambaksari, buah jambu produk unggulan dari Desa Bolang,
Kutamakmur dan Srijaya, serta produk unggulan berupa keripik sukun dan sate bandeng di wilayah Tirtajaya.
5.2. Budidaya Perikanan Tambak
Di Desa Tambaksumur, Kecamatan Tirtajaya rata-rata petani melakukan aktivitas tambak ini masih secara tradisional. Pola tambak yang dilakukan yaitu
dengan pola polikultur atau dengan melakukan dua jenis dalam satu budidaya tambak, yaitu ikan bandeng dan udang windu. Hal ini dilakukan karena kedua
komoditi tersebut mempunyai nilai ekonomis yanga tinggi sehingga sistem budidaya tambak dengan polikultur ini dapat meningkatkan produksi per unit
areal tambak dan dapat meningkatkan pendapatan petani tambak tersebut. Petani tambak memiliki lahan tambak yang luasnya dari 1 Ha sampai 15 Ha. Petakan
tambak pada budidaya ini biasanya antara 1-3 Ha per petaknya dan setiap petakan memiliki saluran keliling caren yang lebarnya 5-10 cm di sepanjang keliling
petakan sebelah dalam. Pada bagian tengah dibuat 30-50 cm lebih dalam daripada bagian lain dari dasar petakan. Pada bagian pelataran hanya dapat diisi air
sedalam 30-40 cm dan pada tempat akan ditumbuhi kelekap sebagai pakan alami bagi ikan bandeng dan udang windu.
Berdasarkan hasil penelitian di lapang, untuk melakukan pembudidayaan ikan terlebih dahulu harus mempersiapkan tambak. Pengolahan tanah secara total
pada umumnya hanya dilakukan satu kali dalam setahun, yaitu pada musim kemarau. Setelah panen udang, pertama kali yang harus dilakukan adalah
pengeringan. Pengeringan adalah proses seluruh air yang berada di area tambak kering sampai tanah mengerut atau sampai tanah retak-retak. Persiapan tanah
dasar tambak ini dilakukan dengan pengeringan total dan penjemuran tanah dasar secara alami sinar matahari dan biasanya penjemuran ini memakan waktu 1-2
minggu, tergantung dengan kondisi cuaca. Selanjutnya, tahap pengangkatan lumpur dengan menggunakan cangkul karena pada lumpur tersebut bisa menjadi
media pertumbuhan penyakit pada ikan berikutnya. Kemudian untuk menciptakan pertukaran udara, melepas gas-gas beracun,
dan untuk mematikan spora maka dilakukan pembalikan tanah, dilanjutkan dengan melakukan pengapuran tanah dengan dosis 1-2 ton per Ha. Proses
pengapuran ini dilakukan dengan menyebar kapur secara merata ke seluruh tanah dasar dan dinding tanggul. Setelah itu dilakukan terapi lahan atau pemupukan
tanah yang berguna untuk menyuburkan pertumbuhan plankton. Para petani tambak biasanya menggunakan pupuk urea 150 kg per Ha dan pupuk TSP 75 kg
per Ha dengan perbandingan 2:1. Selang dari 1-3 hari, tahap selanjutnya adalah memasukan air ke dalam
tambak setinggi 10-20 cm dan didiamkan selama 3-5 hari untuk pembibitan plankton. Setelah itu tinggikan air tambak minimal 80 cm dan maksimal 120 cm.
Peninggian air tambak ini dilakukan jangan terlalu dangkal dan terlalu dalam. Dianjurkan agar mengambil air dari dalam tanah bukan dari luar karena untuk
mengurangi adanya virus yang masuk dari dalam air. Benih udang windu dan ikan bandeng yang ditebar tergantung dengan
metode budidaya yang diterapkan, kondisi tambak daya dukung, kualitas air, dan sarana penunjang yang tersedia kincir air dan pompa air. Padat tebar benih
udang yang dilakukan oleh petani tambak di Desa Tambaksumur rata-rata sekitar 15.000 ekor per Ha dan ikan bandeng rata-rata sekitar 5000 ekor per Ha. Biasanya
penebaran ini dilakukan pada kondisi yang teduh seperti pagi hari atau sore hari karena penebaran benih pada saat hujan atau terik matahari dapat menyebabkan
udang menjadi stress dan timbul bintik putih yang memicu kematian pada udang windu tersebut.
5.3. Karakteristik Petani Tambak 5.3.1. Umur Petani Tambak
Dalam usaha tambak ini, kebanyakan dari petani memiliki umur antara 37- 45 tahun yaitu sebanyak 15 orang atau 30 persen, dilanjutkan dengan petani yang
memiliki umur antara 28-36 tahun sebanyak 14 orang atau 28 persen. Petani tambak di Kecamatan Tirtajaya ini banyak yang berumur antara 28-45 tahun dan
rata-ratanya adalah 36,5 tahun. Umur tersebut merupakan umur yang sangat produktif, dimana tingkat kemauan bekerja serta pengembangan inovasinya
masih sangat tinggi. Jumlah petani yang berumur 19-27 tahun sebanyak 7 orang atau 14 persen dan petani yang berumur antara 55-63 tahun sebanyak 3 orang atau
6 persen, serta petani yang berumur 73-81 tahun hanya 1 orang atau 2 persen. Sedikitnya petani tambak yang berumur di bawah 28 tahun ini disebabkan oleh
kurangnya minat menjadi petani tambak atau kedudukannya hanya sebagai pekerja dalam usaha tambak orang tuanya jika menjadi petani tambak. Gambar
jumlah dan persentase petambak berdasarkan umur dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 5 Persentase jumlah petambak berdasarkan umur
5.3.2. Tingkat Pendidikan Petani Tambak
Penduduk di Kecamatan Tirtajaya rata-rata menempuh pendidikan sampai tingkat SD. Dari 50 responden, 76 persen atau sebanya 38 orang hanya
berpendidikan SD, 10 persen atau sebanyak 5 orang berpendidikan SLTP, 12 persen atau 6 orang berpendidikan SLTA, dan 2 persen atau 1 orang yang
menempuh pendidikan sampai tingkat sarjana. Banyaknya penduduk yang berpendidikan pada tingkat SD tersebut rata-rata disebabkan harus membantu
pekerjaan orang tua di tambak dan juga faktor ekonomi dan jumlah sekolah yang
sesuai jenis pendidikan kurang memadai menjadi salah satu penyebab mereka hanya berpendidikan SD. Di bawah ini adalah gambar jumlah dan persentase
petambak yang dilihat berdasarkan tingkat pendidikannya.
Gambar 6 Persentase jumlah petambak berdasarkan tingkat pendidikan
5.3.3. Pengalaman Usaha Petani Tambak
Tingkat pengalaman usaha petani tambak dapat dlilihat pada tabel . di bawah ini. Para petani tambak di Tirtajaya ini umumnya memiliki pengalaman
usaha tambak yang beragam. Jumlah petani tambak yang paling banyak memiliki pengalaman usaha selama 6-10 tahun, yaitu sebanyak 11 orang atau 22 persen.
Sebanyak masing-masing 10 orang petani memiliki pengalaman usaha dalam budidaya tambak, yaitu selama 1-5 tahun, 11-15 tahun, dan 16-20 tahun. Hal ini
disebabkan banyaknya petani tambak yang memulai usahanya dari sekitar umur 20 tahun dan sesuai dengan banyaknya petambak yang berumur produktif antara
28-45 tahun. Jumlah dan persentase petambak berdasarkan lama usahanya dapat dilihat pada gambar 7 di bawah ini.
Gambar 7 Persentase jumlah petambak berdasarkan lama usaha
5.3.4. Status Kepemilikan Lahan Tambak
Berdasarkan data responden penelitian di bawah ini, status kepemilikan lahan tambak sebanyak 18 orang atau 36 persen adalah milik sendiri, sebanyak 17
orang atau 34 persen status kepemilikannya adalah sewa, sebanyak 13 orang atau 26 persen berstatus gadai, dan sebanyak masing-masing 1 orang lahannya
berstatus milik sendiri dan sewa, serta sewa dan gadai. Di bawah ini adalah gambar jumlah dan persentase petambak berdasarkan status kepemilikan lahan
tambaknya.
Gambar 8 Persentase jumlah petambak berdasarkan status kepemilikan lahan
Usaha tambak yang dilakukan para petani tambak ini secara umum dilakukan turun temurun dengan meneruskan dan mengelola warisan tambak dari
orang tuanya yang kepemilikannya menjadi milik sendiri, sebagian petambak yang berada dari desa luar menyewa dari penduduk setempat, beberapa petambak
yang membantu meminjamkan dana untuk petambak lain biasanya diberikan tambak sebagai penggadaian dari dana yang dipinjamkan.
5.3.5. Luas Lahan Tambak
Rata-rata petani tambak di Kecamatan Tirtajaya ini memiliki lahan tambak dengan status milik sendiri dan luas tambak sekitar 1-4 Ha per orangnya. Hal ini
dapat dilihat dari gambar 9 yang menjelaskan persentase jumlah petambak berdasarkan luas tambaknya. Sebanyak 82 persen petambak atau sekitar 41 orang
memiliki lahan tambak seluas 1-4 Ha dan sebanyak 12 persen petambak memiliki