Otonomi Khusus Papua Sistem penyelenggaran otonomi khusus Papua dalam tinjauan

kewenangan yang dilimpahkan dan diserahkan tersebut dapat ditarik kembali ke pemerintah pusat sebagai pemilik kekuasaan atau kewenangan tersebut. Indonesia tetap mengakui daerah dengan asal-usul keistimewaannya, dalam pengertian pengakuan serta penghormatan yang mengarah pada bentuk pemerintahan daerahnya dan secara linier kebijakan yang muncul dari pemerintahan daerah tersebut, yang sesuai dengan sistem yang telah terbangun dan kedaulatan tertinggi tetap di pemerintah Indonesia, daerah kooti bergerak konvergen dengan pusat.

A. Otonomi Khusus Papua

Daerah Istimewa adalah daerah yang mempunyai keistimewaan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keistimewaan yang dimaksud ialah keistimewaan kedudukan hukum yang dimiliki oleh daerah berdasarkan sejarah dan hak asal-usul menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk mengatur dan mengurus kewenangan istimewa. Kewenangan Istimewa adalah wewenang tambahan tertentu yang dimiliki Daerah selain wewenang sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tentang pemerintahan daerah. 38 Otonomi Khusus adalah daerah yang diberikan otonomi khusus. Otonomi Khusus adalah kewenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat Daerah. Kewenangan Daerah dengan otonomi khusus mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, moneter dan fiskal, agama, dan peradilan serta kewenangan tertentu di 38 Tim DPR RI, Op.,cit., diakses 22 Januari 2014 bidang lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain kewenangan tersebut, dalam rangka pelaksanaan Otonomi Khusus, Daerah diberi kewenangan khusus berdasarkan undang-undang kekhususannya. 39 Terdapat dua asas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam Pasal 18 ayat 2 UUD 1945, yakni asas otonomi dan tugas pembantuan atau medebewind. Otonomi Daerah merupakan sebuah penyerahan atas kebebasan daerah dalam mengurus daerah sendiri dan tugas pembantuan dapat dijadikan semacam terminal menuju penyerahan penuh suatu urusan kepada daerah. 40 Indonesia secara kontemporer memilih bentuk sebagai negara kesatuan yang berbentuk desentralisasi dengan asas otonomi dan tugas pembantuan. Kebijakan pemerintah atas perintah UUD 1945, maka dibentuklah hukum positif pemerintahan daerah yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Negara kesatuan yang menganut konsep penyelenggaraan asas pemerintahan daerah memiliki prinsip bahwa pusat tetap memiliki kewenangan untuk ikut campur dalam kehidupan pemerintahan daerah. Asas pemerintahan daerah dikonsepkan untuk tetap mengharmonisasikan sebuah hubungan pusat dan daerah, dengan pembagian kewenangan. Mengutip kerangka berfikir Logeman 41 dalam Het Staats-recht der Zelfregerende Gemeenschappen, berpendapat bahwa otonomi bermakna kebebasan atau kemandirian zelfstandigheid tetapi bukan kemerdekaan onafhankelijkheid. 39 Ibid., diakses 22 Januari 2014 40 Muhammad Fauzan, Op.Cit., Halaman 75. 41 Yoyon Bahtiar Irianto, Op.,cit. Halaman 8 Otonomi khusus merupakan salah satu bentuk penjaminan hukum kepada Papua sesuai dengan konsepsi negara hukum Indonesia. Arief Hidayat 42 menegaskan bahwa Indonesia tidak menganut Rechtsstaat dan Rule of Law, namun membentuk suatu konsep negara hukum baru yang bersumber pada pandangan dan falsafah hidup luhur bangsa Indonesia, negara hukum Pancasila. Otonomi khusus diharapkan dapat memberikan kewenangan lebih dari sekedar kemerdekaan. 43 Kebijakan memberikan otonomi khusus kepada Papua tetap menjaga keberlangsungan bentuk negara kesatuan, pembagian urusan daerah dan kedaulatan pemerintah pusat tetap menjadi keyakinan pemerintah provinsi Papua. Otonomi khusus berbeda dengan perbandingan dengan konsep negara persemakmuran antara negara Hongkong dan negara Cina. Perspektif hukum internasional pengertian otonomi lebih luas dari sekedar otonomi khusus yang diberikan Indonesia. Otonomi yang berdaulat, akan tetapi otonomi khusus Papua adalah otonomi yang berkarakter negara kesatuan. Terdapat pembagian urusan pemerintahan dan tetap mengakui kedaulatan Indonesia sebagai satu-satunya pemerintahan terpusat. Menurut Moh. Mahfud MD, 44 sistem pemerintahan negara adalah sistem hubungan dan tata kerja antara lembaga-lembaga negara, dimana pembagian sistem pemerintahan di dalam ilmu negara dan ilmu politik menurut Moh. Mahfud MD dikenal beberapa sistem pemerintahan yakni, presidensial, parlementer, dan referendum. Indonesia menganut sistem quasi presidensil dalam pemaknaan UUD 42 Loc.,cit. Halaman 7. 43 Informasi dari hasil wawancara dengan Kasubdit Otsus Wilayah II Kemendagri 20 Januari 2014. 44 Moh. Mahfud MD, Op.,cit. Halaman 74. 1945 setelah amandeman, hal ini menunjukan bahwa Indonesia sebagai negara hukum yang berbentuk kesatuan dengan menganut landasan demokrasi dan berada pada sistem quasi dalam pemerintahan presidensil, melahirkan konsep sebuah otonomi khusus bagi Papua dalam kerangka sistem ketatanegaraannya tanpa menghilangkan prinsip founding father terdahulu. Koesoemahatmadja memberikan pandangan terkait konsep medebewind sebagai pemberian kemungkinan kepada pemerintah pusatpemerintah daerah yang tingkatannya lebih atas untuk minta bantuan kepada pemerintah daerahpemerintah daerah yang tingkatannya lebih rendah agar menyelenggarakan tugas atau urusan rumah tangga daerah yang tingkatannya lebih atas tersebut. Berdasarkan Pasal 20 ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah terdapat tiga asas penyelenggaraan daerah, yang ditegaskan sebagai berikut; Dalam menyelenggarakan pemerintahan, Pemerintah menggunakan asas desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekonsentrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada wilayah provinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah di wilayah provinsi. 45 Asas dekonsentrasi bukanlah sebuah asas yang tidak dikehendaki oleh UUD 1945 karena secara langsung tidak disebutkan. Pada Pasal 20 ayat 3 45 Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan http:atauataujdih.bpk.go.idatauwp-contentatauuploads201103DekonDanBantuan.pdf diakses 19 September 2013. berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ditegaskan, Dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah, pemerintahan daerah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan. Asas dekonsentrasi merupakan asas penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan ketentuan pelimpahan kewenangan pemerintah pusat kepada daerah. Pasal 18 B 1 Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Pasal ini menjadi dasar pengaturan kebijakan otonomi khusus Papua yang dijabarkan dalam TAP MPR. Pemerintahan daerah yang bersifat khusus dalam pasal a quo tersebut ditegaskan dalam naskah komperhensif UUD 1945 sebagai format amanat UUD 1945 untuk membentuk otonomi khusus dan istimewa kepada Provinsi Papua dan Aceh yang pada saat itu masih belum berstatus khusus. Berdasarkan latarbelakang sejarah, politik dan kekuatan gerakan pemisahan diri dari Indonesia, Pasal 18 B dinyatakan sebagai pengaturan yang dapat memberikan kekuatan Kedudukan otonomi khusus di Indonesia sejalan dengan kedudukan pada daerah keistimewaan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia, sebagai berikut: Gambar 1.1 Penyelenggaraan Asas Otonomi Asas Desentralisasi Daerah Otonomi Khusus Berdasarkan Pasal 18 ayat 2 UUD 1945 terdapat dua asas pemerintahan daerah, yakni asas otonomi dan asas pembatuan, dalam Pasal 18 B diakuinya kewenangan khusus dan istimewa secara limitatif masuk ke dalam asas otonomi di Indonesia hanya pada lima provinsi yakni, Jakarta, Papua, Papua Barat, Aceh dan Yogyakarta. Daerah lainnya tidak bisa mendapatkan otonomi khusus, namun sedang dirumuskan daerah berkarakter khusus tahun 2014 dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah untuk mengakomodir keinginan daerah yang ingin seperti lima daerah tersebut. 46 2. Sistem penyelenggaran otonomi khusus Papua dalam tinjauan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Pelaksanaan UU Otsus di Indonesia memiliki berbagai permasalahan, dari landasan hukum hingga pada tataran pelaksanaan. Terdapat perbedaan persepsi dan salah waktu saat dikeluarkan Pemekaran Provinsi Irian Jaya melalui Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong; dan Pemberian Otonomi Khusus kepada Papua melalui Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. Peraturan ini seakan memperlihatkan kebijakan tanpa perhitungan sehingga berimplikasi pada multi tafsir dan kesulitan dalam menjalankan otonomi khusus oleh 46 Informasi dari hasil wawancara dengan Kasubdit Otsus Wilayah II Kemendagri 20 Januari 2014. Pemeritahan Daerah Asas Pembantuan Asas Tugas Pembantuan Asas Dekonsentrasi Daerah Keistimewaan Provinsi Papua. Perbedaan mendasar dari otonomi khusus dari Provinsi Aceh dan Provinsi Papua adalah pada kapasitas sumber daya manusianya. Provinsi Aceh memiliki keunggulan dibandingkan dengan Provinsi Papua dalam sendi kualitas manusia, walaupun di keduanya terdapat pula sumber daya alam yang sama berlimpahnya. 47 Hal ini sangat berpengaruh pada pembuatan kebijakan yang sesuai dengan amanah undang- undang. Di Papua perdasus dan perdasi seakan begitu lama diselesaikan, hal ini terjadi karena tidak memiliki pengetahuan berlebih atas sistem legislasi di daerah tersebut, terlebih pemerintah sulit membenahi dengan peraturan baru untuk membatasi selain orang Papua masuk kedalam wilayah Papua untuk menetap dan bekerja. Undang-Undang Otsus Papua mempertegaskan Status kekhususan yang diberikan kepada Provinsi Papua dan Papua Barat yakni terdapat empat hal yang diatur, antara lain; 1. Kekhususan bidang pengelolaan keuangan Pasal 34; 2. Lembaga khusus Dewan Perwakilan Rakyat Papua DPRP Pasal 6 sd 10 dan Majelis Rakyat Papua MRP Pasal 19 sd Pasal 25; 3. Pembentukan Peraturan Daerah Khusus Perdasus dan Peraturan Daerah Provinsi Perdasi Pasal 29 sd 31, dan; 4. Kewenangan khusus daerah Pasal 4, bidang perekonomian Pasal 38 sd 42, bidang pendidikan dan kebudayaan Pasal 56 sd 58, bidang kesehatan Pasal 59 sd 60, bidang kependudukan dan ketenagakerjaan Pasal 61 sd 62, bidang lingkungan hidup Pasal 63 sd 64, dan; bidang sosial Pasal 65 sd 66. Hubungan antara pusat dan daerah dalam negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua bentuk antara lain; 47 Informasi dari hasil wawancara Prof. Maria Farida Hakim Mahkamah Konstitusi tahun 2013. i. Negara kesatuan dalam bentuk sentralistik, yang mana segala urusan, fungsi, tugas dan wewenang penyelenggaraan pemerintahan ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan secara dekonsentrasi; ii. Negara kesatuan dalam bentuk desentralisasi, dimana urusan, tugas dan wewenang pelaksanaan diserahkan seluas-luasnya kepada daerah. 48 Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto konsep hubungan sentralistik antara pusat dan daerah terlihat pada berbagai regulasi yang terpusat di Jakarta sebagai Ibukota. Otonomi khusus bagi Papua adalah kewenangan desentralisasi dengan penambahan sifat kekhususan yang tercantum kedalam empat sesuai amanah UU Otsus. Hasil penelitian yang didapat bahwa dalam penyelenggaraan kekhususan oleh Papua terdapat berbagai perkembangan, namun tidak berdampak sistemik untuk peningkatan kesejahteraan secara nasional maupun daerah. Pengelolaan sumber pendapatan daerah dengan dana yang sangat besar dibanding daerah lain, Provinsi Papua yang dimulai sejak tahun 2002 dan Provinsi Papua Barat yang dimulai sejak tahun 2008, belum memperlihatkan peningkatan kesejahteraan secara signifikan.

1. Kekhususan Bidang Pengelolaan Keuangan