Otonomi Khusus Papua UUD RIS 1949-1950

Peraturan yang dibentuk lebih tegas saat zaman pemerintahan Presiden Soeharto ini, menetapkan satu daerah otonom sebagi pelaksana desentralisasi yang dibentuk dengan wilayah administrasi. 6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Menurut Undang-Undang ini Indonesia dibagi menjadi satu macam daerah otonom dengan mengakui kekhususan yang ada pada tiga daerah yaitu Aceh, Jakarta, dan Yogyakarta dan satu tingkat wilayah administratif. 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang pertama yang dikeluarkan pemerintah setelah reformasi, yang mengatur daerah di Indonesia dengan membaginya menjadi satu jenis daerah otonom dengan perincian atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Selain itu Negara mengakui kekhususan dan atau keistimewaan yang ada pada empat daerah yaitu Aceh, Jakarta, Papua, dan Yogyakarta. Negara juga mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat Desa atau nama lain beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan.

B. Otonomi Khusus Papua

1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Provinsi Irian Barat Memori Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 1055 Merupakan undang-undang yang disahkan pada tanggal 16 agustus 1956 sebagai dead lock perundingan Konferensi Meja Bundara tau KMB, undang- undang ini menjadi kajian terpenting secara hukum nasional, Menimbang: bahwa setelah ditetapkan Undang-undang Pembatalan Persetujuan Konperensi Meja Bundar, maka tidak ada rintangan-rintangan lagi untuk melaksanakan cita-cita untuk membentuk Irian Barat menjadi Propinsi Otonom, sesuai dengan isi dan jiwa Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Mengingat: a. Undang-undang Pembatalan Persetujuan Konperensi Meja Bundar; b. Pasal 2, 89, 131 dan 142 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; 2.Undang-undang No. 22 tahun 1948 Republik Indonesia dan Undang-undang tersebut dalam Staatsblad Indonesia Timur no. 44 tahun 1950; 3.Peraturan-Pemerintah Republik Indonesia Serikat No. 21 tahun 1950. c. Piagam Persetujuan Republik Indonesia Serikat dan Pemerintah Republik Indonesia tanggal 19 Mei 1950 dan Pernyataan Bersama tanggal 19 dan 20 Juli 1950. Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat: Undang-undang tentang pembentukan Daerah Otonom Propinsi Irian Barat. Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Propinsi Maluku sebagai dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Serikat No. 21 tahun 1950, dibagi menjadi dua, yaitu: a.Propinsi Maluku, b.Propinsi Irian Barat. Pasal 2 1 Propinsi Irian Barat dimaksud pasal 1 sub b meliputi: b. Wilayah Irian Barat yang pada saat pembatalan Persetujuan Konperensi Meja Bundar pada tanggal 21 April 1956 masih berada di dalam kekuasaan de facto Kerajaan Belanda tanpa persetujuan Pemerintah Republik Indonesia; c. Kewedanaan Tidore, Distrik-distrik Weda dan Petani, yang sekarang termasuk lingkungan Daerah Maluku Utara. Undang-undang ini menjadi regulasi pertama Indonesia terhadap tanah Papua, yang masih menjadi wilayah sengketa hingga 1963-1969. Ketentuan ini ditegaskan dalam Pasal 12 yang mengkuatkan posisi Irian Barat merupakan wilayah Indonesia. Pasal 2 menegaskan secara de jure bahwa wilayah Irian Barat masuk ke dalam wilayah Indonesia, undang-undang ini hanya berlaku satu tahun setelah tanggal 9 Agustus 1957 diterbitkan kembali undang-undang perubahannya. 2. Undang-Undang Darurat Nomor 20 Tahun 1957 tentang Perubahan Undang- Undang Pembentukan Daerah Otonom Provinsi Irian Barat Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 1360 Peraturan yang disahkan pada tanggal 9 Agustus 1957 ini mengubah aturan distrik atau wilayah Maba yang terdapat dalam Pasal 2 ayat 2, dengan alasan yang terdapat dalam konsideran yakni, Bahwa berhubung dengan tugas utama dari Pemerintah Daerah Propinsi Irian Barat sebagaimana termaktub dalam Pasal 7 Undang-undang tersebut, distrik Maba mempunyai kedudukan yang penting, sehingga distrik itu perlu dimasukkan dalam wilayah Daerah Otonom Propinsi Irian Barat dan Undang- undang yang bersangkutan perlu diubah karenanya. Diubah dalam ketentuan Pasal 2 ayat 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Provinsi Irian Barat diubah hingga berbunyi : a. Kewedanan Tidore yang meliputi distrik-distrik Tidore, Oba dan Wasile, dan; b. Kewedanan Weda yang meliputi distrik-distrik Weba, Maba dan PataniGebe. 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 20 tahun 1957 tentang penambahan Undang-Undang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Irian Barat Lembaran Negara tahun 1957, Nomor 76 Undang-undang yang disahkan tanggal 17 Juni 1958 ini mengesahkan undang-undang darurat sebelumnya dan mempertegas Irian Barat sebagai daerah otonom. Wilayah dan distrik Kewedanan yang meliputi distrik Maba, Tidore, Weba dan lain sebagainya, menjadi satu kesatuan dengan wilayah otonom di Irian Barat. 4. Penetapan Presiden PNPS Nomor 1 Tahun 1962 M enetapkan Pembentukan Provinsi Irian Barat Bentuk Baru. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 2372 Ketentuan Pasal 1 ayat 1 Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1962 disebutkan bahwa Provinsi Irian Barat Bentuk Baru sebagaimana dimaksud berwilayah Residentie Nieuw Guinea dulu menurut konstruksi Van Mook, yang sekarang masih diduduki oleh penjajahan Belanda, peta daerah Provinsi Irian Barat Bentuk Baru itu dilampirkan pada Penetapan Presiden ini. Sedangkan pada ayat 2 Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1962 ditegaskan bahwa daerah yang dahulu masuk Provinsi Irian Barat menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1958 tentang penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 20 tahun 1957 tentang perubahan Undang-undang Pembentukan Daerah Swatantra tingkat I Irian Barat Lembaran Negara 1957 Nomor 76 sebagai undang-undang, kini dikembalikan ke dalam wilayah Provinsi Maluku. Adapun ibukota Provinsi Irian Barat Bentuk Baru sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 2 Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1962 adalah kotabaru di daratan Irian Barat. 5. Ketetapan MPRS Nomor XIXMPRS1966 Tentang Peninjauan Kembali Produk- Produk Legislatif Negara Diluar Produk MPRS Yang Tidak Sesuai Dengan Undang Undang Dasar 1945 Berdasarkan Ketetapan MPRS Nomor XIXMPRS1966, maka pada tanggal 5 Juli 1969 telah diundangkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 yang antara lain menetapkan Penetapan Presiden Nomor 1 tahun 1962 dan penetapan Presiden Nomor 1 tahun 1963 menjadi undang-undang dengan ketentuan bahwa harus diadakan penyempurnaan. Menindaklanjuti amanat Ketetapan MPRS Nomor XIXMPRS1966, maka kemudian pada tanggal 10 Nopember 1969 disahkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat. 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat Undang-undang ini sehari setelah Pepera dilaksanakan, peraturan pertama terkait Irian Barat yang juga memiliki legitimasi internasional dan penetapan serta pengakuan dunia, bahwa wilayah Irian Barat merupakan wilayah yang termasuk ke dalam Indonesia dan resmi menjadi provinsi ke- 26 di Indonesia. Dilanjutkan dengan peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan Papua dikeluarkan oleh pemerintah. 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1986, yang melegitimasi pembentukan tiga wilayah Pembantu Gubernur, yakni Wilayah I berkedudukan di Jayapura, Wilayah II berkedudukan di Manokwari, dan Wilayah III berkedudukan di Merauke 8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Jayapura 9. Sepanjang tahun 1996 Pemerintah telah mengeluarkan : a. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kota Administratif Sorong; b. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kabupaten Administratif Puncak Jaya; c. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kabupaten Administratif Paniai; dan d. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 1996 tentang Pembentukan kabupaten Administratif Mimika. 10 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong 11 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Papua 12 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2002 tentang Pembentukan sejumlah Kabupaten di Provinsi Papua Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua 13 Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2003 tentang Percepatan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong pada tanggal 27 Januari 2003 14 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Supiori 15 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Mamberamo Raya 16 Tahun 2008 Pemerintah telah menetapkan: a. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Lani Jaya; b. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Nduga; c. Undang-Undang Nomor 3 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Dogiyai; d. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Puncak; e. Undang-Undang Nomor 5 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Mamberamo Tengah; f. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Yalimo; g. Undang-Undang Nomor 54 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Intan Jaya; h. Undang-Undang Nomor 55 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Deiyai.

17. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang