B. Lembaga Khusus
Salah satu kekhususan dari otonomi khusus Papua adanya lembaga Majelis Rakyat Papua yang selannjutnya disebut dengan MRP, diatur dalam Bagian keempat
tentang Majelis Rakyat Papua Pasal 19 sd 25. MRP di design sebagai suatu kritik masyarkat Papua sulitnya menuangkan aspirasi pada parlemen daerah. Seperti yang
tertuang dalam risalah RUU Otsus pihak Papua yang diwakili oleh Tim Asistensi Muhammad Musa’ad sebagai berikut;
Rakyat Papua sangat menginginkan adanya suatu badan khusus yang disebut Majelis Rakyat Papua yang beranggotakan wakil-wakil adat,
wakil-wakil agama dan wakil-wakil perempuan, karena rakyat Papua mempunyai historis yang cukup mendalam. Berdasarkan pemahaman
orang Papua bahwa tanah Papua di topang oleh dua pilar utama, yaitu adat dan agama. Oleh karena itu dalam rangka mengembangkan dan
mempertahankan tetap kokohnya pilar utama tersebut, maka perlu adanya aspirasi kepentingan kelompok adat, wakil-wakil agama yang dapat
dikomunikasikan pada lembaga-lembaga politik. Kemudian masalah wanita dilibatkan didalam badan khusus, karena secara khusus di tanah
Papua bahkan umumnya di Indonesia, masalah kesetaraan di bidang politik perlu diangkat dengan memberikan peluang untuk keterlibatan
perempuan dalam proses politik dan perlu diberikan tempat.
Pada tanggal 11 April 2011 MRP telah terbagi dua yakni Majelis Rakyat Papua Barat atau disebut MRP B dan Majelis Rakyat Papua atau MRP untuk wilayah
selain Papua Barat.
29
Amanah UU Otsus memberikan prasyarat untuk MRP diatur lebih lanjut dengan Perdasus dan Peraturan Pemerintah, namun sejak UU Otsus terbentuk
tahun 2001 dan berlaku tahun 2002 baru ditahun 2008 perdasus selesai. Menurut Peraturan Daerah Khusus Perdasus Provinsi Papua Nomor 4 tahun 2008 tentang
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang MRP. MRP mempunyai tugas dan wewenang, antara lain;
29
Informasi didapat dari hasil wawancara dengan Kasubdit Otonomi Khusus Wilayah II Kemendagri 2014
1. Memberikan pertimbangan dan persetujuan terhadap pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur yang diusulkan;
2. Memberikan pertimbangan dan persetujuan terhadap Rancangan Perdasus yang diajukan oleh DPRP bersama-sama dengan Gubernur;
3. Memberikan saran, pertimbangan dan persetujuan terhadap rencana perjanjian kerjasama yang dibuat oleh pemerintah maupun pemerintah provinsi dengan pihak
ketiga yang berlaku di wilayah Papua, khusus yang menyangkut perlindungan hak- hak orang asli Papua. Selanjutnya, MRP memperhatikan dan menyalurkan aspirasi
pengaduan masyarakat adat, umat beragama, kaum perempuan dan masyarakat pada umumnya yang menyangkut hak-hak orang asli Papua serta memfasilitasi
tindak lanjut penyelesaiannya; dan 4. Memberikan pertimbangan kepada DPRP, gubernur, DPRD kabupatenkota serta
bupatiwalikota mengenai hal-hal yang terkait dengan perlindungan hak-hak orang asli Papua.
Hadirnya MRP dalam sistem pemerintahan di Papua dan Papua tidak terlepas dalam konsep teoritik bikameral atau sistem perwakilan dua pintu, artinya terdapat
DPRPDPRPB dan juga ada MRPMRPB disamping fungsi kepala daerah. Perbedaan yang menjadi khas antar keduanya adalah bahwa DPRPDPRPB berasal sebagai
lembaga politik dengan fungsi legislasi, anggaran dan peningkatan pengawasan, sedangkan MRPMRPB berasal dari lembaga kultural yang tidak berpolitik. Lembaga
ini miliki posisi dan peran penting sebagai lembaga yang baru, karena tugas dan kewenangannya berdasarkan pada persetujuan kebijakan sebelum disahkan. Hal lain
yang menunjukan besarnya kewenangan MRP adalah kewenangan judicial review
terhadap perdasi yang dinilai bertentangan dengan perlindungan hak-hak orang asli Papua.
C. Pembentukan Peraturan Daerah Khusus Perdasus dan Peraturan Daerah