44
pertanian. Hal tersebut sangat dibutuhkan dalam pembentukan daerah penyangga dari OKU Timur dalam kerangka ketahanan pangan nasional.
Sebagian besar daerah yang berpotensi pada produk perikanan masih belum bisa mengelola sumberdaya perikanannya dengan baik masih perikanan
tangkap, bukan budidaya. Daerah dengan produk perikanan seperti Nias dan Nias Selatan sangat tergantung musim dan perairan. Daerah yang sudah mulai
mengembangkan pola budidaya dengan keramba dan tambak adalah Lampung Barat. Dengan pengembangan budidaya maka akan relatif dapat memastikan
pasokan produk ke pasaran. Adapun daerah yang memproduksi tanaman perkebunan seperti kopi dan
kelapa sawit belum bisa mengembangkan produksinya dengan maksimal dikarenakan belum adanya industri lanjutan. Kabupaten Aceh Besar dan Aceh
Barat Daya merupakan penghasil Kopi Aceh Kopi Gayo yang terkenal, meskipun produksinya belum massive. Kabupaten lain yang juga sebagai
produsen kopi antara lain Solok dan Lampung Barat. Kabupaten yang sedang mengembangkan perkebunan kelapa sawit adalah Kaur dan Mukomuko.
4.1.3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia juga perlu diperhatikan, selain sumber daya alam, sebagai faktor pembangunan. Hal itu dikarenakan sumber daya manusia
merupakan motor penggerak sekaligus sebagai objek pembangunan itu sendiri. Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia daerah tertinggal mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Akan tetapi, dengan peningkatan tersebut masih
45
relatif kecil dibandingkan angka nasional. Sehingga dapat disimpulkan percepatan pembangunan sumber daya manusia masih kurang progesif.
Sumber: BPS diolah Gambar 4.2. Plot Kondisi TPAK dan IPM dari 22 Kabupaten Tertinggal
Tahun 2007 Perkembangan kuantitas dan pembangunan kualitas sumber daya manusia
tahun 2007-2009 dapat dilihat dari Gambar 4.2 dan 4.3. Seluruh kabupaten mengalami peningkatan IPM pada 2009 dibandingkan dengan tahun 2007. Akan
tetapi, peningkatan kualitas 21 kabupaten masih berada di bawah IPM nasional 2007 sebesar 70,59 dan pada 2009 menjadi sebesar 71,67, hanya Kabupaten
Aceh Besar yang berada di atas nilai IPM nasional. Kabupaten Nias Selatan memiliki nilai IPM yang jauh tertinggal dibandingkan kabupaten lain.
Sebagian besar kabupaten juga mengalami peningkatan jumlah angkatan kerja sejalan penambahan jumlah penduduk. Kabupaten yang memiliki Tingkat
20 30
40 50
60 70
80 90
64 66
68 70
72 74
T P
A K
ipm
Simeuleu Aceh Besar
Aceh Selat an Aceh Barat Daya
Aceh Jaya Nias
Tapanuli Tengah Pakpak Bharat
Nias Selat an Padang Pariaman
Solok Solok Selat an
Pasaman Barat Lahat
Banyuasin Ogan Ilir
Kaur M ukomuko
Lebong Lampung Barat
Lampung Ut ara Way Kanan
46
Partisipasi Angkatan Kerja TPAK lebih tinggi dari nasional antara lain Aceh Selatan, Lebong, Lahat, Ogan Ilir, dan Kaur. TPAK nasional tahun 2007 sebesar
66,99 persen dan meningkat di tahun 2009 menjadi 67,23 persen.
Sumber: BPS diolah Gambar 4.3. Plot Kondisi TPAK dan IPM dari 22 Kabupaten Tertinggal
Tahun 2009
4.1.4. Sarana dan Prasarana
Pembangunan sarana dan prasarana ekonomi maupun sosial suatu daerah merupakan investasi masa depan bagi daerah itu sendiri. Ketersediaan fasilitas
fisik yang memadai dan berkualitas mendorong pengembangan sumber daya dengan efektif yang pada akhirnya bermanfaat bagi masyarakat. Begitu halnya
dengan ketersediaan infrastruktur e nergi listrik sangat perlu diperhatikan.
Pengembangan kegiatan ekonomi daerah berbasis industri kurang dapat menyebar ke daerah tertinggal jika kapasitas produksi masih belum mencukupi kebutuhan.
20 30
40 50
60 70
80
64 66
68 70
72 74
T P
A K
ipm
Simeuleu Aceh Besar
Aceh Selat an Aceh Barat Daya
Aceh Jaya Nias
Tapanuli Tengah Pakpak Bharat
Nias Selat an Padang Pariaman
Solok Solok Selat an
Pasaman Barat Lahat
Banyuasin Ogan Ilir
Kaur M ukomuko
Lebong Lampung Barat
Lampung Ut ara Way Kanan
47
Pada Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa kabupaten tertinggal cukup memfokuskan pada pembangunan sarana sosial maupun ekonomi. Perkembangan
jumlah sarana kesehatan dan pendidikan yang meningkat, serta penambahan daya listrik terpasang merupakan indikasi adanya pembangunan sarana yang krusial.
Tabel 4.1. Perkembangan Ketersediaan Sarana dan Prasarana di antara 22 Kabupaten Tertinggal Tahun 2005 dan 2008
Kabupaten Tertinggal
Rasio Fasilitas Kesehatan per
10.000 penduduk Rasio SD dan
SMP per 10.000 penduduk
Persentase Keluarga
Pengguna Listrik 2005
2008 2005
2008 2005
2008 Simeuleu
3,82 14,67
18,24 19,56
46,95 73,11
Aceh Besar
4,07 8,00
8,04 10,51
68,74 93,01
Aceh Selatan
5,05 4,71
12,68 13,28
65,40 75,37
Aceh Barat Daya
3,71 5,36
11,71 11,70
47,63 76,59
Aceh Jaya
5,94 7,28
13,30 19,05
42,91 65,79
Nias
2,64 3,79
11,70 12,85
26,69 47,95
Tapanuli Tengah
4,09 6,52
13,53 13,25
66,46 78,25
Pakpak Bharat
7,75 12,91
16,78 19,24
58,65 71,63
Nias Selatan
1,88 4,07
8,02 13,27
35,33 45,08
Padang Pariaman
3,72 4,24
11,47 12,37
80,71 82,80
Solok
3,50 6,07
11,18 11,78
68,96 78,79
Solok Selatan
3,61 5,38
10,28 13,40
58,13 73,87
Pasaman Barat
2,90 2,37
10,34 10,38
42,27 54,51
Lahat
5,35 6,17
17,77 12,36
48,53 71,41
Banyuasin
2,49 6,36
7,09 8,10
49,19 62,62
Ogan Ilir
1,83 9,91
9,96 10,57
46,85 73,40
Kaur
4,71 10,07
13,33 14,24
34,90 48,47
Muko-muko
5,12 11,40
11,40 11,33
35,39 65,24
Lebong
5,46 10,97
13,27 15,14
49,93 68,12
Lampung Barat
2,99 6,83
10,80 11,59
34,33 42,20
Lampung Utara
3,79 5,84
9,94 10,63
54,28 69,95
Way Kanan
3,64 6,74
11,58 12,36
24,19 50,44
Rata-rata Nasional
89,01 92,73
Sumber: BPS, Podes 2005 dan 2008 Badan Standar Pendidikan Nasional BSPN mencanangkan bahwa satu
SD terhadap maksimal menampung 200-300 anak usia 7-12 tahun atau maksimal
48
30 anak dalam satu kelas. Menurut Kementrian Kesehatan, sarana kesehatan yang dibangun seyogyanya mampu melayani 30.000 penduduk di sekitarnya atau
dengan rasio sekitar 30. Kabupaten tertinggal memiliki rasio yang lebih rendah dibandingkan nasional berdasarkan Tabel 4.1. Hal ini menunjukkan kapasitas
fasilitas kesehatan melebihi kapasitas ideal yang diharapkan.
4.2. Struktur Belanja Pemerintah Kabupaten Tertinggal