39
3. Autokorelasi
Untuk masalah autokorelasi pengujiannya dilakukan dengan melihat Durbin-Watson statistic DW yang nilainya telah disediakan dalam program
Eviews. Nilai DW berkisar pada angka 1,8 hingga 2,1 dan model dikatakan tidak mengalami masalah autokorelasi jika nilai DW stat berkisar di angka 2. Masalah
autokorelasi sendiri dapat diatasi dengan 3 cara yaitu first differences, auto regressive AR, atau dengan menggunakan lag dari variabel dependen atau
variabel independen. Pada data panel, cara yang pertama dan kedua tidak dapat langsung dilakukan di dalam Eviews, oleh karena itu ini dapat dilakukan dengan
menambah variabel lag pada model dan kemudian meregresinya.
3.4. Spesifikasi model
Rancangan model yang akan diajukan adalah model regresi linear berganda dengan enam variabel bebas belanja pemerintah daerah berdasarkan fungsi
pelayanan umum, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan lainnya, serta variabel angkatan kerja, dengan variabel terikatnya adalah pertumbuhan ekonomi.
Variabel belanja fungsi pelayanan umum dan fungsi lainnya dikembangkan dari hasil penelitian Rahayu 2004 dan Sodik 2007 sebagai pendekatan dari variabel
konsumsibelanja pemerintah. Investasi pemerintah didekati dari belanja fungsi ekonomi, kesehatan, dan pendidikan yang diadopsi dari hasil penelitian Nurudeen
dan Usman 2010. Adapun data yang diperoleh pada variabel-variabel tersebut berbeda satuan
sehingga di-logaritmanatural-kan. Dengan model tersebut, diharapkan bahwa hasil
40
regresi yang diperoleh akan lebih efisien dan mudah untuk diinterprestasikan. Model yang disusun dalam penelitian adalah sebagai berikut:
GRW
it
= α + β
1
lnAK
it
+ β
2
lnBLU
it
+ β
3
lnBE
it
+ β
4
lnBS
it
+ β
5
lnBP
it
+ β
6
lnBLit + dimana :
α
= intercept β
1,2,3,4,5,6
= konstanta masing-masing variabel bebas = error termderajat kesalahan model
GRW
it
= Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan dalam persen AK
it
= Jumlah angkatan kerja dalam orangjiwa BLU
it
= belanja fungsi pelayanan umum dalam juta rupiah BE
it
= belanja fungsi ekonomi dalam juta rupiah BS
it
= belanja fungsi kesehatan dalam juta rupiah BP
it
= belanja fungsi pendidikan dalam juta rupiah BL
it
= belanja fungsi lainnya seperti perlindungan sosial dan lingkungan hidup dalam juta rupiah
i = data cross section, yaitu 22 kabupaten tertinggal
t = tahun penelitian, yaitu dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009
BAB IV ANALISIS KERAGAAN 22 KABUPATEN TERTINGGAL
4.1. Karakteristik DaerahWilayah
Kajian mengenai karakteristik kondisi masing-masing wilayah diperlukan untuk mengetahui program pembangunan yang tepat dalam memajukan suatu
daerah. Karakteristik yang perlu dilihat lebih lanjut adalah kondisi aksesibilitas, sumber daya alam baik masih potensi maupun yang sudah dikembangkan,
sumber daya manusia kuantitas maupun kualitasnya, dan perkembangan sarana prasarana.
4.1.1. Aksesibilitas
Aksesibilitas sebuah daerah berperan penting dalam menyalurkan sumber daya input produksi sekaligus sebagai jalur pemasaranpendistribusian hasil
produksi tersebut. Kemudahan akses untuk keluar masuk barang jasa dalam suatu daerah mampu mempercepat kinerja perekonomian. Mobilitas perpindahan
sumber daya akan mengalir ke tempat sumber daya tersebut lebih dibutuhkan. Sulitnya akses dari dan menuju suatu wilayah menyebabkan harga barang dan jasa
menjadi relatif lebih mahal dikarenakan adanya tambahan biaya transport. Kondisi geografis dari sebagian besar 22 kabupaten tertinggal terletak di
kepulauan dan pegununganperbukitan yang sulit diakses, daerah pesisir dan daerah yang rawan bencana. Pada umumnya kabupaten tertinggal merupakan
daerah yang relatif sulit dijangkau. Untuk daerah yang sulit diakses dikarenakan