Gambar 27. Pembagian Zona pada Tapak Final.
dipergunakan untuk pertunjukkan ataupun acara yang bersifat insidental. Green perimeter berfungsi sebagai border terhadap area yang cukup curam kearah
sungai pada Menteng Park untuk keamanan dan keselamatan bagi pengguna.
Sumber : Oemardi_Zain 2011
Zona yang telah terdapat pada Menteng Park ini kemudian dilakukan penentuan dalam ukuran luasan berdasarkan pengguna. Pada Tabel 7 terdapat
pembagian luasan pembagian zona dalam Menteng Park.
Tabel 7. Pembagian Zona pada Tapak.
Menteng Park memiliki luasan untuk penghijauan lebih besar agar masyarakat Bintaro Jaya dapat menikmati lingkungan yang sehat dan
mendapatkan kesan natural pada tapak. Pada setiap zona ini kemudian akan dibagi
No. Zona pada Tapak
Luasan 1.
Entry Statement Commercial Area 75.12 m
2
2. Promenade
105.4 m
2
3. Arboretum
590.37 m
2
4.
Entertainment stage Open Stage 331.96 m
2
5. Parking
157.94 m
2
7. Green Perimeter
304.33 m
2
Tanpa Skala A
B D
D
E E
F F
C
menjadi beberapa fasilitas menurut kebutuhan dalam tapak tersebut. Pembagian ruang dapat dilihat pada Tabel 8.
No. Zona pada Tapak
Fasilitas Aktivitas
1. Entry Statement
Commercial Area A. Drop Off
B. Café
- welcoming, menurunkan penumpang.
- Makan dan Minum 2.
Promenade C. Promenade
D. Promenade Caffe
- Seating, Bermain, Gathering. - Makan dan Minum
3. Arboretum
E. Arboretum - Koleksi dan Pembelajaran
Tanaman. 4.
Entertainment stage Open Stage
F. Shade Sail G. Terrace
H. Pathway I. Children Palyground
J. Biillboard Wall Climbing K. Reflexiology Path
L. Jogging Track - Pertunjukkan Musik,
Drama, dll. - Sitting.
- Olahraga - Relaksasi
- Berjalan-jalan - Bermain
- Gathering 5.
Parking M. Bicycle parking
N. Parking
- Parkir Sepeda - Parkir Kendaraan
7. Green Perimeter
O. Green perimeter -Membatasi Tapak dengan
sirkulasi jalan kenadaraan. 8.
P. Timber Bridge Q.
Timber Deck - Jalan-jalan
- Sitting
- Bermain -Gathering
Tujuan desain yang dibuat OZ untuk Menteng Park adalah taman yang dapat digunakan oleh masyarakat dari segala jenjang umur. Taman ini memiliki
fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat. Berikut ini pada Tabel 9 terdapat fasilitas yang dapat mengakomodasi kegiatan masyarakat dari segala
jenjang umur.
Tabel 8. Pembagian Fasilitas dalam Zona.
b Konsep Sirkulasi
Sirkulasi pada tapak ini dibagi menjadi 3 yaitu primer circulation, secondary circulation dan perimeter circulation. Sirkulasi primer merupakan
akses utama untuk menuju tapak taman dari area pelayanan, melewati area komersial berupa cafe dan promenade menggunakan jembatan penghubung ke
area plaza. Secondary circulation sirkulasi sekunder mencangkup aksesibilitas dalam taman yang tersedia untuk digunakan bagi pejalan kaki. Pembagian sirkuasi
pada Menteng Park dapat dilihat pada Gambar 28.
No. User
Fasilitas 1.
Umum - Jalur Sirkulasi
- Lapangan rumput - Plaza Promenade
- Open Stage Shade Shail - Terrace
- Arboretum 2.
Manula - Reflexiology Path
3. Dewasa dan Remaja
- Wall Climbing 4.
Anak-Anak - Children Playground
Tabel 9.Fasilitas Rekreasi dan Pengguna.
Sumber : Oemardi_Zain 2011
Gambar 28. Konsep Sirkulasi.
Tanpa Skala
Penyediaan pedestrian terdapat di seluruh bagian tapak. Hal ini untuk mengakomodasi masyarakat untuk mengakses fasilitas dan jalur masuk ataupun
keluar di taman. Pada tapak dikondisikan untuk bebas kendaraan, jalur kendaraan hanya terdapat pada area parkir dan entrance. Sistem sirkulasi menghubungkan
suatu area ke area lainnya untuk menunjang kegiatan yang ada di suatu tapak. Dua hal utama yang harus diperhatikan dalam merancang sistem sirkulasi adalah
penyesuaian dan penyusunan terhadap ruang tersedia, serta penyusunan dari suasana dan pemandangan yang akan dinikmati.
c Konsep Softscape
Konsep pemilihan vegetasi disesuaikan dengan konsep arsitektural yang telah diterapkan pada Menteng Park ini. Pemilihan jumlah jenis tanaman yang
digunakan menunujukkan simbol dari Bintaro Jaya yang sudah mencapai 32 tahun berdiri untuk mengembangkan kawasan Bintaro menjadi area pemukiman yang
ideal. Penataan ruang hijau yang tepat sangat menentukan keberhasilan suatu area dalam merepresentasikan fungsinya.
Menurut Booth 1983, pembuatan konsep plant material dilakukan di awal desain sebagai kesatuan yang mengintegrasikan antara bentuk tapak,
bangunan, perkerasan, dan struktur tapak. Plant material dalam proses desain ini dapat digunakan sebagai pencampuran variabel dan menciptakan desain visual
yang terdiri dari ukuran bentuk, warna, dan tekstur. Penataan dalam penanaman vegetasi ini didasarkan dalam beberapa
pertimbangan yaitu fungsi dalam suatu perancangan penaung, pengarah, pembatas, dan lainnya dan lingkungan. Fungsi tersebut dapat dilihat dari
klasifikasi fisik pada bentuk tajuk pohon. Bentuk tersebut yang dapat menunjang fungsi vegetasi pada tapak.
Sumber Ilustrasi : Grey dan Deneke 1978
Gambar 29. Bentuk Tajuk Pohon secara Arsitektural.
Secara umum, komposisi tanaman yang digunakan terdiri dari beragam jenis tegakan pohon, semak, tanaman penutup tanah ground cover dan juga
rumput. Pemilihan tanaman ini juga berpotensi sebagai konservasi air dan juga bahan edukasi dengan dibentuknya suatu arboretum mini untuk wadah
pembelajaran pengguna untuk mengenal jenis tanaman. Vegetasi pada Menteng Park ini dibagi menjadi 2 jenis seperti tegakan pohon, semak dan ground cover,
Berikut ini merupakan kategori untuk tegakan pohon yang dibedakan menjadi empat kategori yaitu :
1. Tanaman Aksen Berbunga Penggunaan tanaman ini bertujuan menambah daya tarik bagi pengunjung
pada tapak dengan adanya bunga pada tanaman, selain itu keindahan yang didapat dari hadirnya tanaman aksen berbunga. Tanaman tersebut
diantaranya pohon kweni Mangifera odorata, tabebuia Tabebuia palida, kamboja Plumeria rubra, bintaro Cerbera odollam,
flamboyan Delonix regia, dan juga cempaka Michelia champaca. 2. Tanaman sebagai peneduh pada tapak
Penggunaan tanaman ini berfungsi sebagai tanaman peneduh untuk kenyamanan pengguna user dalam beraktivitas di dalamnya. Tanaman
peneduh yang digunakan dalam Menteng Park ini diantaranya adalah sonokeling Dalbergia latifolia, lengkeng Nephelium longanum, jambu
mawar Syzigium jambos, nagasari Mesua ferrea, dan lainnya. Adapun vegetasi yang dijadikan tanaman peneduh utama yaitu sengon Albizzia
falcataria dan trembesi Samanea saman. 3. Tanaman sebagai aksen arsitektural
Tanaman yang digunakan ini memiliki bentuk arsitektural tertentu sehingga memiliki keunikan atau ciri khas tertentu pada tapak. Tanaman
yang digunakan dalam taman ini adalah damar Agathis damara, pulai Alstonia scholaris, ketapang kencana Terminalia mantaly, dan lainnya.
4. Tanaman langka OZ mengklasifikasikan beberapa tanaman kedalam tanaman langka.
Tanaman langka ini agar dapat memperkenalkan pada pengguna tapak sebagai tujuan bahan edukasi. Tanaman yang digunakan diantaranya
adalah kemang Mangifera caesia, menteng Baccaurea racemosa yang juga sebagai nama dari taman kota ini, malaka Phyllantus emblica dan
burahoi Stelechocarpus burahoi. Panel tanaman memperjelas kepada klien mengenai jenis spesies yang digunakan,
bentuk tajuk, ukuran pohon, warna serta kategori tanaman yang dibuat oleh OZ. Jenis tanaman ini diajukan untuk diterapkan kedalam Menteng Park dan
keputusan persetujuan penggunaan tanaman ada pada pihak PT Jaya Real Property.
Sumber : Oemardi_Zain, 2011
Gambar 30. Panel Kategori Tanaman Pohon dan Perdu Tinggi.
Semak dan groundcover digunakan pada area tapak Menteng Park merupakan jenis semak yang mudah dalam pemeliharaan. Semak ini dibedakan
menjadi 3 kategori diantaranya adalah : 1. Semak Berdaun Indah
Pada kategori ini semak memiliki keunikan daun dari segi warna maupun bentuk sehingga dapat menjadi daya tarik pengunjung serta menambah
keindahan pada tapak. 2. Semak Berbunga
Semak yang dipilih yaitu semak pada waktu tertentu ataupun sepanjang tahun dapat berbunga. Tanaman yang masuk dalam kategori ini diantaranya
adalah kemuning Murraya paniculata, crossandra Crossandra infundibuliformis, pisang hias Heliconia psittacorum ‘Lady Di’,
impatiens Impatiens wallerana dan lainnya. 3. Semak Aksen
Tanaman semak yang memiliki aksen tertentu sehingga menjadikan tanaman ini dapat mudah dilihat atau diketahui oleh pengunjung dari
perbedaan bentuk, warna ataupun lainnya. Tanaman yang digolongkan pada kategori ini adalah beberapa jenis tanaman philodendron
Philodendron selloum dan Philodendron ‘Gold’. Tanaman penutup tanah groundcover tidak termasuk kedalam daftar 32 jenis
tanaman yang digunakan pada Menteng Park ini. Pemilihan jenis tanaman ini adalah dari segi ketahanan, perawatan yang tidak intensif ataupun berdasarkan
tanaman yang sudah sering digunakan pada beberapa proyek sebelumnya. Tanaman yang dipakai untuk groundcover ini merupakan jenis rerumputan dan
beberapa tanaman yang memiliki tinggi hingga 15 cm, diantaranya adalah rumput peking Agrotis canina, rumput gajah Axonopus compressus, serta impatiens
Impatiens balsamina dan Verbena purple. OZ menerapkan konsep panel tanaman sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Booth 1989 untuk mempermudah dalam pemilihan tanaman
sekaligus mepresentasikan suatu gambaran dalam desain. OZ memiliki planting strategy tidak hanya dalam pemilihan jenis tanaman namun juga dalam pola
penanaman pada desainnya. Ciri khas dan salah satu strategi dari desain OZ ini
adalah menggunakan tanaman semak yang ditanam secara massal dalam panjang atau luasan tertentu sehingga terdapat suatu keseragaman pada desain. Selain itu,
konsep penanaman secara massal dapat mempermudah dalam hal pemeliharaan tanaman tersebut.
Sumber : Oemardi_Zain 2011
d Konsep Hardscape
Konsep Hardscape ini terdiri dari site furniture, fasilitas dan jalur sirkulasi. Site Furniture terkait dengan titik peletakan pada taman ini
mempengaruhi kenyamanan pengguna pada tapak serta dapa memperindah taman. Penentuan lokasi tempat untuk furniture ini adalah lokasi yang dapat mudah
dijangkau, tidak membahayakan pengguna taman, menghasilkan kenyamanan
Gambar 31. Panel Kategori Tanaman Semak dan Groundcover.
bagi pengguna, dan juga mudah dalam hal pemeliharaan sehingga kualitas dari site furniture tetap memenuhi standar bagi suatu taman. Selain itu, hal yang
penting dalam penerapan site furniture ini adalah kesesuaian dengan tema tapak. Ukuran dari site furniture yang digunakan harus sesuai dengan ukuran
penggunanya ergonomis. Desain sirkulasi mengikuti bentukan tapak dan menggunakan material yang memiliki ketahanan yang baik. OZ melakukan studi
bentuk dalam menentukan bentukan dari site furniture dan fasilitas yang akan diterapkan pada tapak.
Sumber Ilustrasi : Oemardi_Zain 2011
5.3.5. Design Development Pengembangan Desain
Tahap ini mahasiswa mengikuti dalam proses penyelesaian gambar berupa revisi denah lanskap, section, denah penanaman dan juga denah material. Dalam
penyelesaian item pekerjaan ini diarahkan oleh project manager senior lanskap dalam standar, ukuran maupun penempatan dalam desain Menteng Park. Hasil
dari koreksi yang dilakukan oleh project manager ini akan ditinjau ulang oleh pihak direktur.
Gambar 32. Referensi Site Furniture dan Fasilitas.
Promenade Path
Signage
Gambar 33.
Ilustrasi
Preliminary Site Plan pada Design Development.
Pengembangan desain ini merupakan keberlanjutan dari konsep yang ingin dicapai dari suatu desain yang dibuat. Pada tahap design development pihak OZ
membuat, section, images references, denah lanskap Preliminary Site Plan dan Final Site Plan, denah material, denah penanaman, lampu dan irigasi serta
ilustrasi. Pada tahap penyelesaian design development ini turun fee sebesar 40 sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.
5.3.5.1. Denah Lanskap
Pada OZ, site plan disebut dengan denah lanskap. Tahap gambar denah lanskap siteplan ini pihak OZ memberikan file baik dalam bentuk AutoCAD
untuk mempermudah pihak klien atau kontraktor dalam melaksanakan pembangunan dan juga dalam bentuk file yang dapat memvisualisasikan
mendekati gambaran asli pada tapak melalui proses pengeditan menggunakan photoshop. Hasil berupa site plan pada tahap ini terbagi menjadi dua yaitu
preliminary site plan dan final site plan.
Perbedaan desain ini terdapat pada gedung study visitor centre yang terdapat pada preliminary site plan tidak terdapat pada desain final site plan. Hal
ini berdasarkan pertimbangan antara pihak klien owner dan OZ. PT Jaya Real
Sumber : Oemardi_Zain 2011
Property Tbk merupakan pengambil keputusan dari desain yang diajukan oleh pihak OZ. Final Siteplan tidak terdapat study visitor centre memiliki dampak
adanya tambahan luasan untuk zona arboretum. Site plan final dalam bentuk CAD terdapat pada Lampiran 3.
Sumber : Oemardi_Zain 2011
5.3.5.2. Softscape-Planting Plan
Planting plan denah penanaman ini merupakan pelengkap dari site plan yang telah dibuat oleh OZ. Pada bagian softscape, proses perancangan berkenaan
dengan denah penanaman Planting Plan yang diterapkan pada tapak Menteng Park ini dibagi menjadi 5 parsial. Denah penanaman ini merupakan denah
penanaman pohon beserta penanaman semak ataupun perdu. Parsial ini terdapat jenis tanaman berikut dengan luasan penanaman serta jenis vegetasi pohon yang
dugunakan dengan menggunakan inisial misal SS untuk Samanea saman. Tanaman dapat memberi bentuk dalam memperkuat desain yang
diterapkan. Tanaman apabila dilakukan penanaman yang baik secara teratur maka dapat membentuk susunan ruang yang efektif dan mengurangi kemonotonan
dalam tapak dengan adanya tekstur serta warna pada lingkungan. Tanaman dibagi
Gambar 34.
Ilustrasi
Final Site Plan pada Design Development.
atas tiga kategori utama yaitu pohon, semak, dan groundcover. Planting plan pada Menteng Park ini sebagian besar didominasi oleh tanaman pepohonan Tanaman
yang digunakan pada umumnya adalah tanaman asli yang beberapa diantaranya merupakan tanaman yang tergolong tanaman langka.
Pada sekitar area parkir terdapat tanaman pinus dan cemara untuk sepanjang daerah yang berbatasan dengan sungai. Pada area yang terdapat
promenade ataupun area dengan aktivitas yang cukup tinggi seperti plaza, entertainment dan juga area arboretum ini terdapat dilakukan penanaman pohon
dengan diameter tajuk yang lebar seperti flamboyan Delonix regia, trembesi Samanea saman, dan sengon Albizzia falcataria. Penyusunan tanaman ini
dilakukan dengan memperhatikan jarak tanam antar pohon sehingga masing- masing mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk pertumbuhan idealnya.
Tanaman dipergunakan untuk membatasi untuk area yang berbahaya seperti daerah curam menuju ke sungai ataupun jalan raya. Semak memperkuat
bentuk desain untuk sirkulasi. Selain itu, tanaman baik pohon maupun semak dapat memberkan view yang cukup menarik untuk pengunjung dan sebagai
peredam polusi udara serta bising. Gambar Planting Plan dapat dilihat pada Lampiran 4.
5.3.5.3. Hardsape- Lighting Plan Instalasi Listrik dan Lampu
Lighting plan ini terdapat denah berupa penempatan titik-titik lokasi lampu yang digunakan, lokasi gardu dan juga panel distribusi taman Lampiran 5.
Pada taman terdapat 2 gardu listrik dan juga 2 panel distribusi. Jaringan distribusi ke setiap lampu dihubungkn secara seri maupun paralel. Lampu ditempatkan pada
sepanjang sirkulasi dan beberapa area aktivitas lainnya yang masih digunakan pada malam hari. Penerangan pada taman ini dimaksudkan agar masyarakat dapat
beraktivitas pada malam hari dan faktor keselamatan serta keamanan pada tapak. Sebaran cahaya pada tapak ini tidak terputus, sehingga hampir seluruh tapak
mendapatkan penerangan. Tinggi tiang lampu sekitar 3.8 meter dengan menggunakan lampu high pressure sodium 70 Watt.
5.3.5.4. Hardscape - Denah dimensi dan material
Pada gambar denah dimensi dan material ini terdapat perubahan- perubahan untuk mendapatkan material yang baik dan juga dapat dengan mudah
diaplikasikan pada tapak. Pada denah dimensi dan material ini terdapat titik lokasi penempatan site furniture dengan ukuran yang sudah diperhitungkan. Site
furniture ini terdiri dari beberapa tipe bangku taman yang digunakan, shade sail, billboard dan wall climbing serta signage. Pada bagian plaza terdapat
pemberitahuan spesifikasi material yang digunakan yaitu paving block uk 105x105 mm, ex-Cisangkan dengan pola melingkar dikombinasikan dengan
banding paving block uk.210x105 mm, Ex-Cisangkan pola melingkar. Pada promenade cafe diberikan petuntuk seperti penggunaan rabat beton finishing batu
templek selagedang dengan koral sikat abu-abu, penggunaan railing dan penempatan sunbrella.
Pada bagian circulation path ataupun jogging track terdapat dimensi jarak yang digunakan, pola yang melengkung pada tapak diberikan petunjuk berapa
derajat untuk pola tersebut. Secara detail pada denah dimensi dan material ini dibagi kedalam 5 parsial. Masing-masing parsial berisikan dimensi setiap elemen
atau material yang digunakan serta luas atau lebarnya ukuran pada tapak dan dilengkapi beberapa ilustrasi elemen taman yang akan digunakan. Pada Lampiran
6 dapat dilihat secara rinci mengenai dimensi dan material yang terdapat pada tapak. Hal ini dapat mempermudah untuk pihak kontraktor dalam mencari jenis
material dan implementasi.
5.3.5.5. Hardscape-Denah drainase dan Irigasi
Pada denah drainase dan irigasi ini terdapat titik lokasi sumber air untuk penyiraman yang berasal dari pembuatan sumur pantek. Penyiraman dihitung
dalam suatu radius yang dapat dicapai baik menggunakan penyiraman manual yaitu selang. Radius untuk area jangkauan penyiraman ini memiliki diameter 15
meter. Terdapat 4 titik lokasi yang akan dibuat sumur pantek untuk mengakomodasi kebutuhan air untuk penyiraman. Pada masing-masing titik keran
dihubungkan secara paralel dari sumber arinya. Drainase merupakan arah aliran air permukaan dari proses penyiraman ataupun hujan yang terserap ke tanah
maupun ke arah pembuangan disekitar tapak. Denah drainase dan irigasi ini dapat dilihat pada Lampiran 7.
5.4.5.6. Ilustrative Landscape Section
Section ini membantu pekerjaan untuk memberikan penjelasan bentuk dari desain yang akan diterapkan pada tapak. Pada Menteng Park ini terdapat 5 section
dengan penggambaran kondisi tapak serta desain yang akan diaplikasikan. Pembuatan section ini mempermudah dalam menjelaskan dan memberikan
penjelasan kepada pihak klien. Ilustrative Section ini mengalami revisi beberapa kali karena disesuaikan dengan keinginan klien dalam desain Menteng Park.
Berikut ini adalah illustrative section yang telah mengalami revisi pada tanggal 15 Maret 2011.
Potongan A
Gambar 35.
Illustrative Landscape Section
.
Sumber : Oemardi_Zain 2011 Potongan B
Potongan E
5.4.5.7. Ilustrasi 3D
Ilustrasi ini berfungsi memperjelas dari desain yang dibuat. Klien akan mengerti bentuk dari desain secara lebih nyata sesuai dengan yang diinginkan.
Ilustrasi ini juga dapat mendukung nilai dari estetika yang ditampilkan. Gambar
ilustrasi 3D ini merupakan syarat yang harus diserahkan pada proses pelaksanaan pekerjaan gambar dalam proyek. Gambar dalam bentuk 3D ini dapat
memunculkan pola dari bentuk desain dari material yang digunakan, warna, komposisi dari penanaman beberapa jenis tanaman. Pada perancangan lanskap
Menteng Park ini gambar-gambar ilustrasi dalam bentuk 3D ini merupakan hal
Potongan C
Gambar 35.
Illustrative Landscape Section
.
Potongan D
Sumber : Oemardi_Zain 2011
wajib yang dibuat berdasarkan item pekerjaan OZ dalam kontrak yang telah
disepakati.
5.3.6. Detil Konstruksi
Setelah hasil akhir desain dipresentasikan pada owner dan disetujui approval design, maka dapat dilanjutkan pada tahapan selanjutnya yaitu gambar
konstruksi secara detail atau gambar konstruksi untuk hardmaterial dan
softmaterial yang digunakan. Detil konstruksi merupakan tahap dimana gambar
desain mengalami proses spesifikasi tertentu. Gambar detil konstruksi pada proyek Menteng Park ini terbagi dalam 2 jenis yaitu detil softscape dan detil
hardscape.
5.3.6.1. Softscape - Detail Construction Planting plan
Detil penanaman tanaman ini digunakan untuk mempermudah pihak kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan penanaman. Detil penanaman yang
dibuat yaitu detil penanaman semak. Perdu, semak dan groundcover memiliki
Gambar 36.
Ilustrasi 3D Menteng Park.
Sumber : Oemardi_Zain 2011
ketinggian serta kerapatan yang berbeda. Jarak tanam berbeda sesuai dengan pertumbuhan diameter maksimal dari masing-masing tanaman. Pada tanaman
Palem Wregu Rhapis excelsa memiliki aturan untuk lubang tanam hingga 400 mm, kondisi awal tanaman tinggi 40 cm, dan jarak tanam yang digunakan.
OZ juga membuat spesifikasi mengenai softscape secara lengkap serta merupakan aturan yang harus dilakukan oleh pihak kontraktor selama masa pemeliharaan
selama beberapa bulan sesuai dengan perjanjian, dan selanjutnya digunakan oleh pihak klien dalam manajemen pemeliharaan tapak tersebut.
5.3.6.2. Hardscape - Detail Construction 1. Promenade Plaza
Promenade plaza ini difungsikan sebagai plaza pada Menteng Park. Pola material untuk perkerasan promenade ini dibentuk hingga menjadi susunan
Sumber : Oemardi_Zain 2011
Gambar 37. Detail Construction Planting plan.
lingkaran sehingga dapat membentuk seperti pola pada air tenang yang terkena tetesan air. Pola ini memperkuat dari konsep dari Menteng Park untuk suatu
tempat yang dapat mengutamakan konservasi lingkungan sekitarnya khususnya sungai. Pada promenade ini terdapat beberapa planter box di bagian tengah.
Material yang digunakan adalah paving block uk 105x105 mm Ex-Cisangkan dengan pemasangan pola melingkar, banding paving block uk. 210x105 mm Ex-
Cisangkan pola melingkar sedangkan planter box menggunakan material pasangan bata finishing teraso putih. Detil mengenai promenade dapat dilihat pada
Lampiran 8.
2. Railing
Railing digunakan pada area yang berbatasan sepanjang sungai. Railing ini berfungsi untuk keamanan pengguna khususnya anak-anak. Railing dengan tinggi
1100 mm ini menggunakan besi CHS dengan diameter 75 mm finishing hot deep galvanized untuk pegangan sedangkan untuk penghalang berupa susunan besi
CHS berdiameter 35 mm secara horizontal dengan jarak sekitar 234 mm. Material railing dapat dilihat pada Lampiran 9 merupakan ukuran dimensi dari penggunaan
railing sepanjang sungai dan juga detil konstruksinya.
3. Promenade Cafe
Promenade adalah suatu area seperti plaza yang terdapat disepanjang pinggir suatu badan air. Promenade pada tapak menunjang untuk kegiatan
pengguna dekat dengan sungai. Promenade pada tapak dibagi menjadi 2 bagian yaitu promenade cafe, promenade. Promenade cafe merupakan fasilitas yang
menunjang kantin pada tapak. Pada promenade cafe terdapat sunbrella untuk mendukung kenyamanan pengguna untuk menikmati view tapak dan menikmati
fasilitas yang disediakan dalam kantin. Promenade cafe ini menggunakan material penutup yaitu kombinasi antara rabat beton finishing batu templek salagedang
100-200 mm, banding menggunakan finishing koral sikat hitan ukuran 10-30 mm dan nat koral sikat abu-abu 3-5 mm. Faktor keamanan diperhatikan dalam
promenade ini sehingga pada bagian tepi yang berbatasan dengan sungai diberikan railing. Komponen penyusun material yang digunakan untuk
promenade ini sudah melalui tahap perhitungan kekuatan dan beban dari pihak konsultan engineer structural terdapat pada Lampiran 10.
4. Jogging track.
Jogging track pada taman ini terdapat mengelilingi dari tapak Menteng Park. Jogging track ini menggunakan material penutup yaitu rabat beton dengan
broom finishing 50 mm berwarna abu-abu, dengan agregat penyusun untuk pondasi sehingga dapat mendukung kegiatan diatasnya adalah 100 mm slab beton
dengan wiremesh, 50 mm pasir yang dipadatkan, plastik cor dan pada bagian paling bawah yaitu 150 mm agregat B. Agregat B ini merupakan susunan dari
batu kali. Material yang digunakan ini merupakan material dangan pemeliharaan yang tidak sulit, ketahanan yang baik, dan juga cukup untuk kualitas visual untuk
mendukung desain tapak. Jogging track ini memiliki lebar 2000 mm, dan panjang sekitar 8000 mm dengan pemisahan berdasarkan adanya tali air. Jogging track ini
tidak hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pengguna untuk olahraga tetapi juga dapat menutupi jalur drainase pada tapak. Detil jogging track ini dapat dilihat
pada Lampiran 11. 5. Circulation Path
Circulation path pada Menteng Park ini adalah pembentuk pola dari konsep desain yang diterapkan pada tapak yaitu bentuk tumpahan air. Circulation
path memperkuat identitas dari konsep yang ada, sehingga pemilihan material yang digunakan berupa material yang cukup menarik dan juga tidak mudah
mengalami kerusakan. Material penutup untuk circulation path terbagi menjadi 2 jenis yaitu conpave dan finishing batu templek salagedang. Konstruksi penyusun
untuk penggunaan penutup circulation path menggunakan conpave tinggi 80 mm dan lebar 100 mm ini adalah sand bedding 40 mm, tanah padat 100 mm, dan pada
bagian yang berbatasan dengan lawn area ini menggunakan beton jepit dengan tinggi 200 mm. Perbedaan antara circulation path dan lawn area ini sekitar 20
mm. Lebar dari circulation path ini adalah 945 mm. Circulation path dengan menggunakan batu templek ini memiliki struktur
penahan berupa mortar 2 mm, rabat beton 80 mm, pasir padat 40 mm, agregat B 100 mm, dan tanah yang dipadatkan. Jarak antara circulation path dengan lawn
area ini berkisar 50 mm dan memiliki lebar 945 mm. Circulation path ini merupakan sirkulasi penghubung dari satu area aktivitas atau fasilitas ke area yang
lainnya. Gambar circulation path dapat dilihat pada Lampiran 12.
6. Reflexiology Path