Perkembangan Suku Bunga Bank Indonesia

107 Gambar 4.4 Perkembangan Deposito Mudharabah Di Indonesia Periode Desember 2009 – September 2013 Sumber: Bank Indonesiadata diolah. Deposito mudhrabah pada tahun 2009 rp 17.530 milyar, setiap tahunnya deposito mudharabah mengalami peningkatan yang cukup baik. Dapat dilihat pada grafik diatas, nilai tertinggi deposito mudharabah pada tahun 2013 sebesar Rp 31.062 milyar ini menunjukkan betapa banyaknya daya masyarakat menyimpan dananya melalui deposito mudharabah. Karena deposito mudharabah pada tahun-tahun ini diminati masyarakat, sebab hasil yang didapat akan secara adil dan sesuai kesepakatan akan dibagi rata. 0.0000 5.0000 10.0000 15.0000 20.0000 25.0000 30.0000 35.0000 2009 2010 2011 2012 2013.09 M il y a r Periode Deposit o M udharabah 108 Mayarakat akan lebih mengetahui seberapa besarnya resiko atau keuntungannya mendepositokan melalui akad mudharabah.

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder runtun waktu time series yang berbentuk bulanan mulai tahun 2009-2013. Penelitian mengenai Pembiayaan Murabahah disini menggunakan data pada ProfitabilitasROA Perbankan Syariah, Suku Bunga Bank Indonesia, Deposito Mudharabah. Keseluruhan data yang digunakan sebagai bahan penelitian diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya model yang digunakan sebagai alat analisis adalah Ordinary Least Square OLS. OLS bertujuan mengetahui hubungan antara suatu variabel dependen dan variabel independen, apabila terdapat beberapa variabel independen. Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6 untuk mempercepat perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel- variabel yang akan diteliti. Tahap awal dalam penyajian penelitian ini akan dilakukan beberapa pengujian untuk lebih menguatkan asumsi-asumsi melalui beberapa pengujian dengan menggunakan pengujian asumsi klasik dan uji statistik. Uji statistic menggunakan : uji t, uji F, Adjusted R Square sedangkan uji asumsi klasik 109 berupa : uji Normalitas, Uji Heterokestisitas, Uji Autokorelasi, Uji Stasioner, dan Uji Multikolinearitas.

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya faktor gangguan, µt menggunakan Jarque-Bera test. Menurut Winarno pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan Jarque- Bera test. Winarno,2009:10. Uji Jarque-Bera ini dengan melihat nilai probability nya. Jika nilai probability lebih besar dari nilai derajat kesalahan α=0.05, maka penelitian ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari nilai derajat kesalahan α=0.05, maka dalam penelitian ini ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data tidak terdistribusi normal. Setelah data diolah dengan menggunakan aplikasi eviews 6 maka terlihat hasil sebagai berikut: 110 Tabel 4.1 Uji Normalitas Jarque-Bera Sumber : Lampiran 3 Berdasarkan tabel 4.1 menggambarkan bahwa penelitian ini sudah terdistribusi normal. Terlihat dari nilai probability sebesar 0.850148 yang lebih besar dari derajat kesalahan 5 yaitu 0.05 signifikan yang menyatakan H diterima, sehingga dikatakan data terdistribusi normal dan bisa dilanjutkan ke pengujian selanjutnya. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan korelasi yang signifikan diantara dua atau lebih variabel independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinearitas dilakukan dengan manggunakan uji korelasi parsial antar variabel 2 4 6 8 10 12 -0.2 -0.1 -0.0 0.1 Series: Residuals Sample 2009M11 2013M09 Observations 47 Mean 1.98e-15 Median -0.009448 Maximum 0.160760 Minimum -0.176497 Std. Dev. 0.074903 Skewness -0.130308 Kurtosis 2.687144 Jarque-Bera 0.324690 Probability 0.850148 111 independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi r antar variabel independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas atau tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinearitas, dimana model regresi yang baik adalah tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dengan variabel dependen. Hasil pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi r dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 4.2 Hasil Uji Correlation Matrix ROA Suku Bunga LN DM ROA 1.000000 -0.408199 0.602720 Suku Bunga -0.408199 1.000000 -0.527003 LN DM 0.602720 -0.527003 1.000000 Sumber : Lampiran 3 Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat hasil analisis uji multikolinearitas dengan Correlation Matrix menunjukkan bahwa korelasi antar variabel independen antara ROA dan Suku Bunga maupun sebaliknya sebesar -0.408199, antara ROA dengan LN DM maupun sebaliknya sebesar 0.602720. 112 Terlihat dari tabel 4.2 diatas nilai korelasi variabel independen yaitu ROA, Suku Bunga dan LN DM tertinggi hanya mencapai 0.602720 yaitu antara ROA dengan Suku Bunga maupun sebaliknya. Karena nilai 0.602720 0.8 sehingga diputuskan tidak terdapat multikolinearitas. Hasil ini menginformasikan model Ordinary Least Square OLS yang dilakukan dapat dikatakan terbebas dari gejala multikolinearitas. c. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika Variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastistias dannjika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan Heteroskedastisitas. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas pada penelitian ini adalah dengan melakukan Uji White.