Elektromiorafi EMG Pemeriksaan Elektrofisiologi

sepanjang perjalanan saraf atau blok konduksi di sepanjang carpal tunnel. weiss 2004.

II.1.8.3.3. Elektromiorafi EMG

Pemeriksaan EMG harus dilakukan untuk mengetahui adanya kerusakan aksonal potensial fibrilasi atau positive sharp waves, danatau reinervasi. Pemeriksaan hendaknya meliouti otot APB. Jika dijumpai aktivitas spontan pada otot ini, otot-otot lain harus diperiksa untuk memastikan diagnosis, Weiss 2004 Aktivitas spontan sebagai akibat denervasi dapat terlihat pada pemeriksaan otot APB.Temuan ini biasanya terlihat pada tahap lanjut. Durrant dkk, 2002 Pemeriksaan elektrodiagnotik pada mononeuropati nervus medianus mencakup : Poernomo dkk, 2003 1. Kecepatan hantar saraf :  Pemeriksaan motoris nervus medianus dan ulnaris untuk menyingkirkan adanya polineuropati  Pemeriksaan sensoris nervus medianus dan ulnaris. Untuk diagnosis CTS, dilakukan pemeriksaan antidromik jari IV, membandingkan latensi distal antara nervus ulnaris dan medianus. Normal selisih latensi n.ulnaris- medianus :  0.4 ms 2. EMG jarum Pemeriksaan pada otot-otot distal APB dan beberapa otot proksimal. Otot- otot proksimal yang mudah diperiksa adalah m. pronator teres, fleksor polisis longus, fleksor karpi radialis da fleksor digitorum sublimis. tabel 8 Protokol Pemeriksaan ENMG pada neuropati medianus Pemeriksaan motoris rutin Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 1. Pemeriksaan motoris n.medianus, elektrode aktif pada m.APB, elektrode stimulasi pada pergelangan tangan, siku dan aksila 2. Pemeriksaan motoris n.ulnaris, elektrode aktif pada m.ADM, elektrode stimulasi pada pergelangan tangan, bawah siku dan atas siku 3. F-respon pada n.medianus dan n.ulnaris 4. Pemeriksaan sensorik n.medianus, elektrode aktif pada jari II, elektrode stimulasi pada pergelangan tangan dianjurkan bilateral 5. Pemeriksaan sensorik n.ulnaris elektrode aktif pada jari V, elektrode stimulasi pada pergelangan tangan 6. Perbandingan latensi n.medianus-ulnaris palm-wrist menggunakan jarak yang sama Pemeriksaan EMG jarum 1. Otot yang diinervasi n.medianus, dista ldari terowongan karpal m.APB 2. Paling tidak dua otot yang diinervasi n.medianus proksimal dari terowongan karpal, termasuk m. pronator teres, dan salah satu dari fleksor polisis longus, fleksor karpi radialis dan fleksor digitorum sublimis. Jika m.APB abnormal 3. Periksa paling tidak dua otot non-medianus, trunkus bawahC8-T1 misal FDI,EIP untuk menyingkirkan pleksopati brakial bawah, polineurpati atau radikulopati C8-T1 Jika otot proksimal medianus abnormal 4. Periksa paling tidak satu otot non-medianus C6-C7 dana C7-C8 misal triseps, esktensor digitorum kpomunis,EIP untuk menyingkirkan pleksopati brakial lebih proksimal atau radikulopati servikal APB= abduktor polisis brevis; Adm= abduktor digiti minimi; FDI = first dorsal interossei; EIP = ekstensor indisis proprius Tabel 8. Protokol pemeriksaan ENMG pada neuropati medianus Dikutip dari : Poernomo,H., Basuki,M.,Widjaja D. 2003. Petunjuk praktis elektrodiagnostik.Bagian ilmu penyakit saraf Fakultas Kedokteran Universitas Airalngga. Airlangga University Press. Surabaya. Kriteria diagnostik CTS berdasarkan hasil pemeriksaan elektrofisiologi terlihat pada tabel 9. Tabel 9. Sistem grading CTS berdasarkan hasil pemeriksaan neurofisiologis Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Dikutip dari : Hui,A.C.F., Wong,A., Griffith,J. 2005. Carpal tunnel syndrome. Practical neurology Blackwell Publishing Ltd. Klasifikasi berdasarkan American Association of Electrodiagnostic Medicine AAEM yaitu : ringan jika DL sensoris memanjang dengan penurunan amplitudo sensoris; sedang DL sensoris dan DL motoris memanjang; berat DL sensoris dan DL motoris memanjang, disertai berkurang atau hilangnya SNAP atau CMAP; dan sangat berat hilangnya respon sensoris dan motoris dengan ada atau tidaknya respon lumbrikal. Grade 1 dan 2 termasuk CTS ringan, grade 3 dan 4 termasuk CTS sedang dan grade 5 dan 6 termasuk CTS berat. Bulut dkk, 2011

II.1.9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan CTS dapat diklasifikasikan menjadi bedah dan non- bedah. Metode non-bedah efektif pada pasien dengan CTS ringan-sedang, dan diindikasikan pada pasien tanpa kelemahan otot dan atrofi, tidak ada denervasi pada pemeriksaan EMG jarum, dan abnormalitas ringan pada pemeriksaan KHS. Berbagai metode non-bedah mencakup : penggunaan bidai pergelangan tangan, terapi ultrasonik, terapi laser, steroid oral, obat anti inflamasi non steroid OAINS, vitamin B6 oral, injeksi lokal kortikosteroid dan sebagainya. Aroori dkk, 2008; Brault dkk, 2007; Preston dkk, 2002; Viera 2003. Efektivitas injeksi kortikosteroid dibandingkan intervensi lain untuk terapi CTS masih dalam penelitian. Suatu studi RCT membandingkan 40 mg metilprednisolon dengan 10 mg lidokain dengan 10 mg lidokain saja yang diinjeksikan 4 cm proksimal dari pergelangan tangan. Setelah 1 bulan, individu yang mendapat injeksi kortikosteroid menunjukkan perbaikan signifikan namun setelah 3 bulan tidak terdapat perbedaan secara statistik pada keparahan klinis antara kedua grup. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara