Akibat Hukum PKPU Tugas dan Wewenang Pengurus PKPU Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

BAB III HUBUNGAN PENGURUS DENGAN DEBITUR DALAM PKPU

A. Akibat Hukum PKPU

Selama berlangsungnya PKPU, menurut Pasal 242 ayat 1 Pasal 240 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU debitur tidak dapat dipaksa untuk membayar utang- utangnya. Selain itu, semua tindakan eksekusi yang telah dimulai dalam rangka pelunasan utang harus ditangguhkan. Dapat diartikan keadaan ini berlangsung baik selama PKPU sementara maupun selama PKPU tetap. 63 Ketentuan Pasal 242 ayat 1 dan 2 Pasal 240 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU berlaku juga terhadap eksekusi dan sita yang telah dimulai atas benda yang tidak dibebani, sekalipun eksekusi dan sita tersebut berkenaan dengan tagihan kreditur yang dijamin dengan gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek, hak agunan Dalam Pasal 242 ayat 2 UU Kepailitan dan PKPU menentukan bahwa kecuali telah ditetapkan tanggal yang lebih awal oleh pengadilan berdasrkan permintaan pengurus, semua sita yang telah dipasang gugur berakhir, dan dalam hal debitur disandera, debitur harus dilepaskan segera setelah diucapkannya putusan PKPU tetap, atau setelah putusan pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan hukum tetap, dan atas permintaan pengurus atau hakim pengawas, jika masih diperlukan, pengadilan wajib mengangkat sita yang telah diletakkan atas benda yang termasuk harta debitur. 63 Sutan Remi Syahdeini, Op.Cit., hlm. 357. Universitas Sumatera Utara atas kebendaan lainnya, atau dengan hak yang diistimewakan berkaitan dengan kekayaan tertentu. 64 Selain hal-hal diatas, akibat-akibat hukum PKPU meliputi: 1. Terhadap harta persatuan. PKPU akan membawa akibat hukum terhadap segala harta kekayaan debitur. Untuk itu UU Kepailitan dan PKPU membedakan antara debitur yang telah menikah dengan persatuan harta dan yang menikah tanpa persatuan harta. Apabila debitur telah menikah dalam persatuan harta, harta debitur mencakup semua aktiva dan pasiva persatuan Pasal 241 UU Kepailitan dan PKPU. Dan penjelasan Pasal 241 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan aktiva adalah seluruh kekayaan debitur, sedangkan pasiva adalah seluruh utang debitur. 65 2. Terhadap perkara yang sedang berjalan. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak menghentikan berjalannya perkara-perkara yang sudah mulai diperiksa oleh pengadilan, maupun menghalangi diajukannya perkara baru Pasal 243 ayat 1. Namun, jika perkara tersebut mengenai gugatan pembayaran suatu piutang yang sudah diakui debitur, sedangkan penggugat tidak mempunyai kepentingan untuk memperoleh suatu putusan untuk melaksanakan hak terhadap pihak ketiga, setelah dicatatnya pengakuan tersebut. Hakim dapat menangguhkan putusan sampai berakhirnya PKPU. Dalam hal ini debitur tidak dapat menjadi 64 Ibid., hlm. 358. 65 Sunarmi, Op.cit., hal. 213. Universitas Sumatera Utara penggugat ataupun tergugat dalam perkara mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut harta kekayaannya tanpa persetujuan pengurus. 66 3. Kreditur pemegang jaminan dan biaya pemeliharaan. PKPU tidak berlaku terhadap: 67 a. Tagihan yang dijamin dengan gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek atau hak atas kebendaan lainnya. b. Tagihan biaya pemeliharaan, pengawasan atau pendidikan yang sudah harus dibayar dan hakim pengawas harus menentukan jumlah tagihan yang sudah ada dan belum dibayar sebelum PKPU yang bukan merupakan tagihan dengan hak untuk diisteimewakan; dan c. Tagihan yang diistimewakan terhadap benda tertentu milik debitur maupun terhadap seluruh harta debitur yang tidak tercakup pada ayat 1 huruf b Pasal 242 UU Kepailitan dan PKPU. Dalam PKPU pelaksanaan hak kreditur pemegang jaminan dan kreditur yang diistimewakan ditangguhkan selama berlangsungnya PKPU Pasal 246 UU Kepailitan dan PKPU. 4. Terhadap pembayaran utang. Pembayaran semua utang, selain yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 244 UU Kepailitan dan PKPU yang sudah ada sebelum diberikannya PKPU, selama berlangsungnya PKPU tidak boleh dilakukan, kecuali pembayaran utang tersebut dilakukan kepada semua kreditur menurut perimbangan piutang masing-masing, tanpa mengurangi berlakunya juga ketentuan Pasal 245 ayat 3 66 Ibid., hlm 214. 67 Ibid., Universitas Sumatera Utara UU Kepailitan dan PKPU. 68 5. Perjumpaan utang. Pembayaran yang dilakukan kepada debitur, setelah diucapkannya putusan PKPU Sementara yang belum diumumkan untuk memenuhi perikatan yang terbit sebelum putusan PKPU Sementara, membebaskan pihak yang telah melakukan pembayaran terhadap debitur, kecuali dapat dibuktikan bahwa pihak tersebut telah mengetahui adanya putusan PKPU Sementara. Pembayaran yang dilakukan setelah pengumuman, hanya membebaskan orang yang melakukan pembayaran tersebut, apabila ia dapat membuktikan bahwa meskipun telah dilakukan pengumuman menurut Undang-undang, akan tetapi ia tidak mungkin dapat mengetahui pengumuman yang dimaksud ditempat kediamannya, dengan tidak mengurangi hak pengurus PKPU untuk dapat membuktikan sebaliknya Pasal 253 UU Kepailitan dan PKPU. Perjumpaan utang dapat dilakukan bila baik utang maupun piutangnya telah dilahirkan sebelum dimulainya PKPU tersebut. Piutang terhadap debitur tersebut akan dihitung menurut ketentuan Pasal 274 dan Pasal 275 UU Kepailitan dan PKPU. Orang yang mengambil alih dari pihak ketiga atas utang kepada debitur atau piutang terhadap debitur dari pihak ketiga sebelum PKPU, tidak dapat melakukan perjumpaan utang apabila dalam pengambialihan utang –piutang tersebut tidak beritikad baik. Piutang atau utang yang diambil alih 68 Syamsudin Sinaga. Op.Cit., hlm. 270. Universitas Sumatera Utara setelah dimulainya PKPU tidak dapat diperjumpakan Pasal 248 UU Kepailitan dan PKPU. 69 6. Perjanjian timbal balik. Bila pada saat putusan PKPU diucapkan terdapat perjanjian timbal balik yang belum atau baru sebagian dipenuhi, maka pihak yang mengadakan perjanjian dengan debitur dapa meminta kepada pengurus untuk memberikan kepaastian tentang kelanjutan pelaksanaan dari perjanjian tersebut dalam jangka waktu yang disepakati oleh pengurus dan pihak tersebut. Bila tidak tercapai kesepakatan mengenai jangka waktu,maka hakim pengawas yang menetapkan jangka waktu tersebut. Bila dalam jangka waktu tersebut, pengurus tidak memberikan jawaban atau tidak bersedia melaksanakan perjanjian tersebut, perjanjian berakhir dan pihak tersebut dapat menuntut ganti rugi sebagai kreditur konkuren. Bila pengurus menyatakan kesanggupannya, maka pengurus memberikan jaminan atas kesanggupannya untuk melaksanakan perjanjian tersebut. Ketentuan ini tidak berlaku terhadap perjanjian yang mewajibkan debitur melakukan sendiri perbuatan yang diperjanjikan Pasal 249 UU Kepailitan dan PKPU 70 7. Perjanjian penyerahan benda. Apabila telah diperjanjikan penyerahan benda yang biasa diperdagangkan dengan suatu jangka waktu dan sebelum penyerahan dilakukan telah diucapkan putusan PKPU Sementara, maka akibatnya perjanjian menjadi hapus, dan dalam hal pihak lawan dirugikan karena penghapusan tersebut, ia boleh 69 Sunarmi, Op.cit., hal. 215. 70 Rahayu Hartini, Op.Cit., hlm. 239-240. Universitas Sumatera Utara mengajukan diri sebagai kreditur konkuren untuk mendapat ganti rugi. Dalam hal harta kekayaan perusahaan yang dirugikan karena penghapusan tersebut, maka pihak lawan wajib membayar kerugian tersebut Pasal 250 UU Kepailitan dan PKPU. 8. Perjanjian sewa menyewa. Dalam hal debitur telah menyewa suatu benda, maka debitur dengan persetujuan pengurus, dapat menghentikan perjanjian sewa menyewa dengan syarat pemberitahuan penghentian dilakukan sebelum berakhirnya perjanjian sesuai dengan adat kebiasaan setempat. Jika dilakukannya penghentian maka harus diindahkan jangka waktu menurut perjanjian itu atau menurut kelaziman, dengan ketentuan bahwa jangka waktu 90 sebilan puluh hari adalah cukup. Bila telah dibayar uang sewa dimuka sebagai uang muka, maka sewa tidak dapat dihentikan lebih awal sebelum berakhirnya jangka waktu sewa yang telah dibayar uang tersebut. Sejak hari putusan PKPU Sementara diucapkan maka uang sewa merupakan utang harta debitur Pasal 251 UU Kepailitan dan PKPU. 9. Pemutusan Hubungan Kerja. Segera setelah diucapkannya putusan PKPU Sementara maka debitur berhak untuk memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya, dengan mengindahkan ketentuan Pasal 240 dan jangka waktu menurut persetujuan atau ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan pengertian pemutusan hubungan kerja tersebut dapat diputuskan dengan pemberitahuan paling singkat 45 empat puluh lima hari sebelumnya. Sejak dimulainya PKPU Sementara Universitas Sumatera Utara maka gaji dan biaya lain yang timbul dalam hubungan kerja tersebut menjadi utang harta debitur Pasal 252 UU Kepailitan dan PKPU. PKPU tidak berlaku bagi keuntungan sesama debitur dan penanggung Pasal 254 UU Kepailitan dan PKPU. 71 Pengurus dalam PKPU harus mengetahui tingkatan para kreditur dalam PKPU, yaitu mana yang memiliki hak untuk didahulukan dan mana yang digolongkan sebagai kreditur konkuren yaitu kreditur yang tidak memegang hak agunan dan yang tidak mempunyai hak yang istimewa, dan yang tagihannya telah diakui atau yang diakui secara bersyarat. 72

B. Kedudukan Pengurus dalam PKPU

Dokumen yang terkait

Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Harta Warisan Ditinjau Dari Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

24 183 81

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan

2 59 2

KEDUDUKAN HUKUM NASABAH PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG DINYATAKAN PAILIT DITINJAU DARI UNNANG-UNDANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) NOMOR 37 TAHUN 2004.

0 2 10

Perlindungan Hukum Terhadap Kurator Dalam Melaksanakan Tugas Mengamankan Harta Pailit Dalam Praktik Berdasarkan Kajian Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

1 3 18

31 UU NO 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

0 0 62

Hak Suara Kreditor Separatis Dalam Proses Pengajuan Upaya Perdamaian Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

0 0 3

Hak Suara Kreditor Separatis Dalam Proses Pengajuan Upaya Perdamaian Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

0 0 32

BAB II PENGANGKATAN PENGURUS DALAM PKPU A. Prosedur Permohonan PKPU - Tugas dan Wewenang Pengurus PKPU Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tugas dan Wewenang Pengurus PKPU Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

0 0 19

JURNAL ILMIAH RENVOI DALAM KEPAILITAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

0 0 16