45
100. Ketertinggalan ini menjadi pemicu Direktorat untuk lebih meningkatkan kinerjanya dalam upaya mencapai target menengah yang telah ditetapkan.
Tabel 10. Jumlah Dosen di beberapa Negara Asia
No Indikator
Indonesia
1
Jepang
2
Malaysia
3
Vietnam
4
1 Jumlah Dosen Berkualifikasi
di bawah S2 52.787
2 Jumlah Dosen Berkualifikasi S2
119.869 30.253
36.360 3
Jumlah Dosen berkualifikasi S3 24.747
178.669 15.399
9.152 3
Jumlah Dosen 197.380
178.669 45.652
45.512 4
Persentase Dosen Berkualifikasi S3 17
13 100
34 20
1
Data PD-Dikti, 30 Desember 2015
2
Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology Japan MEXT, 2013
3
Indikator Pengajian Tinggi Malaysia, Kementerian Pendidikan Malaysia, 2013
4
Ministry of Education and Training Viet Nam, 2010 Dihitung berdasarkan jumlah dosen berkualifikasi S2 dan S3 saja
Dihitung berdasarkan jumlah dosen, termasuk dosen berkualifikasi di bawah S2
3.1.1.1. Dosen penerima beasiswa S2S3 Luar Negeri
Dengan semakin ketatnya persaingan di era globalisasi dan untuk meningkatkan daya saing bangsa, Pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas dosen berskala internasional.
Untuk itu, sejak tahun 2000 berbagai skema bantuan pendanaan program pengiriman dosen untuk studi lanjut ke luar negeri telah dilakukan, antara lain melalui perguruan tinggi masing-
masing. Namum demikian, proses itu berjalan sangat lamban dan sulit mencapai critical mass dosen yang berpendidikan kualitas internasional.
Mulai tahun 2008, Ditjen Dikti menganggarkan pemberian Beasiswa Pendidikan S2S3 ke luar negeri melalui skema pendanaan APBN untuk para dosen tetap perguruan tinggi
Indonesia, baik negeri maupun swasta. Program ini merupakan pengejawantahan dari pilar peningkatan mutu pembangunan pendidikan Kemdiknas. Program beasiswa tahun 2010
berkembang dengan adanya program Double Degree program kerjasama antara PT luar negeri dengan PT Indonesia untuk menghasilkan lulusan S2. Sejak tahun 2011, Ditjen Dikti
membuka kesempatan kepada para calon dosen dan tenaga kependidikan di lingkup Kemendiknas untuk belajar di perguruan tinggi untuk memperoleh jenjang gelar yang lebih
tinggi. Dari pencapaian yang dihasilkan sejak tahun 2008, Ditjen SDID dahulu Direktorat
46
Diktendik memperoleh pengalaman yang sangat berharga tentang pengelolaan beasiswa dalam jumlah yang sangat besar. Dari kegiatan tersebut, pihak pengelola dari Diktendik
merasakan masih adanya keterbatasan dalam proses pengelolaan dan pemantauannya.
Strategi yang diterapkan dalam pemberian beasiswa luar negeri meliputi metoda dan tahapan pelaksanaan sebagai berikut:
a. Dengan berbagai pertimbangan, teknis penyaluran beasiswa dilakukan dengan kontrak
kerja langsung kepada penerima beasiswa. b.
Bagi lulusan S1 yang berminat menjadi dosen dan belum mempunyai ikatan dengan suatu perguruan tinggi, menanda tangani kontrak dengan Ditjen Dikti yang salah satu butir
perjanjiannya menyebutkan bahwa yang bersangkutan bersedia ditempatkan di perguruan tinggi mana pun di Indonesia yang memerlukan tenaga akademik baru.
Beasiswa ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan dan mutu dosen tetap PTN dan PTS ber-NIDN dengan mengirimkan dosen-dosen tersebut untuk studi pada
perguruan tinggi di luar negeri. Sebagian beasiswa ini juga diperuntukkan bagi calon dosen untuk mengantisipasi kebutuhan dosen pada program studi tertentu yang terindikasi
kekurangan dosen.
Berikut ini rincian pelaksanaan kegiatan beasiswa luar negeri pada tahun 2015: Pencairan beasiswa luar negeri sedang berjalan on going berjumlah S2 = 168 orang
dan S3= 863 orang; Pemberangkatan peserta beasiswa luar negeri angkatan 2015 adalah sebanyak 185
orang, dengan rincian S2 = 11 orang dan S3 = 174 orang.
Beasiswa S2S3 luar negeri ditargetkan untuk diberikan kepada 1.031 orang. Pada pelaksanaannya di tahun 2015 beasiswa diberikan bagi 1.031 orang, dengan rincian
pelaksanaan: BPPLN sedang berjalan ongoing DIPA daerah berjumlah 640 orang, dan BPPLN sedang berjalan ongoing DIPA Pusat berjumlah 391 orang. Sehingga capaian fisik
dari output ini adalah 100.
Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, alokasi program beasiswa S2S3 luar negeri ditunjukkan dalam Tabel 11. Dari tabel tersebut terlihat jelas bahwa titik berat dari
47
BPP-LN berada pada program S3, dimana 71 dari penerima beasiswa adalah untuk program doctor. Hal ini merupakan terobosan baru dari Direktorat dalam upaya
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dari perguruan tinggi Indonesia agar dapat setara dengan perguruan tinggi di tingkat internasional.
Tabel 11. Beasiswa S2S3 Luar Negeri 2011-2015
Jenjang Studi Lanjut
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Total S2
21 354
253 165
93 11
897
S3 327
619 496
291 268
174 2.175
Dalam sejarah penyelenggaraan beasiswa untuk para dosen perguruan tinggi Indonesia sejak kemerdekaan hingga kini, oleh berbagai sponsor dari negara sahabat atau lembaga
internasional, melalui dana hibah technical assistance maupun dana pinjaman loan, belum ada yang menyamai capaian yang diperoleh BPP-LN. Capaian fenomenal dari BPP-
LN adalah berhasil mengirimkan lebih dari 2100 karyasiswa untuk menempuh program S3 di luar negeri dalam kurun waktu 6 enam tahun. Jika dibandingkan dengan pemberi beasiswa
pascasarjana terbesar untuk Indonesia, yaitu beasiswa AAS Australian Award Scholarship dari Pemerintah Australia, ternyata jumlah dosen yang dibiayai oleh AAS untuk studi S3
dalam rentang 45 tahun 1970 hingga 2015 tidak mencapai jumlah 2000 orang. Keadaan ini menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan yang tepat dengan
membiayai sendiri program-program strategis guna meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Dokumentasi kegiatan beasiswa luar negeri diberikan dalam Gambar 8.
48
Gambar 8. Dokumentasi Kegiatan Beasiswa Luar Negeri
Lebih jauh, melalui BPP-LN, para dosen memiliki kebebasan untuk memilih negara tujuan studi S2S3 mereka. Adanya keragaman lulusan dosen dari berbagai negara di suatu
perguruan tinggi akan menguntungkan perguruan tinggi terkait dalam mengembangkan program studi andalan dan penyusunan kurikulumnya. Kondisi ini tidak mungkin terjadi jika
beasiswa yang ada berasal dari suatu negara tertentu. Hingga tahun 2015, karyasiswa BPP- LN tersebar di 32 negara, dengan sebaran di wilayah Amerika Utara 3.8, tersebar di 2
negara; Asia 36.2, tersebar di 10 negara; Eropa 37.6, tersebar di 17 negara; Oceania 22.3, tersebar di 2 negara; dan Timur Tengah 0.1, tersebar di 1 negara.
Meskipun capaian kegiatan sudah mencapai 100, masih terdapat beberapa kendala pada pelaksanaan program ini antara lain:
Kemampuan Bahasa Inggris para kandidat yang masih kurang dari standar persyaratan untuk dapat diterima di perguruan tinggi di luar negeri;
Para kandidat masih banyak yang belum dapat membuat proposal penelitian dengan baik; Terlalu mepetnya waktu penyelenggaraan penyeleksian dengan rencana studi karyasiswa;
Lamanya proses untuk memperoleh dokumen yang diperlukan, seperti: paspor, visa, dan
SP Setneg; Kandidat mengalami kesulitan dalam mendapatkan calon pembimbing yang pas dengan
bidangnya Hal tersebut di atas berdampak pada:
Cukup banyak kandidat banyak yang tidak lolos dalam tahap pemberkasan dan wawancara;
49
Kandidat yang memundurkan keberangkatan untuk studi di luar negeri tidak sesuai rencana awal;
Kandidat mengalami kesulitan dalam memperbaharui LoA Letter of Acceptance dari perguruan tinggi tempat studi.
Rekomendasi yang dapat diberikan mencakup: Mengadakan kursus bahasa asing bagi para dosen dan calon dosen di lingkungan
Kemenristekdikti; Menyelenggarkan program bridging ke beberapa Universitas di Luar Negeri yang sudah
ada MoU dengan Ditjen SDID ; Membentuk unit pelayanan di Ditjen SDID seperti di BPKLN Kemdikbud.
3.1.1.2. Dosen penerima beasiswa S2S3 Dalam Negeri