Peran Kompetensi Pedagogik Guru PAI dalam mengajar

2. Peran Kompetensi Pedagogik Guru PAI dalam mengajar

Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru.

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 28, dikemukakan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk memenuhi tuntutan diatas, salah satunya adalah guru harus memiliki kompetensi pedagogik. Dimana, dengan kompetensi tersebut dia mampu memaknai pembelajaran dan menjadikannya sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ada sembilan tujuan dikeluarkannya UU No. 14 tahun 2005 ini, yang dijelaskan dalam bagian penjelasannya, di

34 Ibid, Hal. 111-113 34 Ibid, Hal. 111-113

Berdasarkan UU tersebut dan kenyataan di lapangan tampak bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan sehingga pada akhirnya berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Peran kompetensi pedagogik Guru PAI dalam mengajar adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar PAI, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan tidak membosankan apalagi pendidikan agama Islam (PAI) kurang mendapat perhatian dalam pemikiran peserta didik, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan PAI yang harus mereka capai yaitu meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

masyarakat, berbangsa dan bernegara 36 . Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam penggunaan

metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Untuk itu, guru harus mampu mengelola proses belajar mengajar yang

35 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Op. Cit, Hal 52

36 E. Mulyasa, Op. Cit, hal 55-57 36 E. Mulyasa, Op. Cit, hal 55-57

kompetensi pedagogik 37 Oleh sebab itu peran kompetensi pedagogik guru dalam proses

pendidikan yang berkualitas tidaklah ringan. Apalagi dalam konteks pendidikan Islam, dimana semua aspek pendidikan Islam terkait dengan nilai-nilai (Value Bound), yang melihat guru bukan hanya pada penguasaan materi tetapi juga pada investasi nilai-nilai moral dan

spiritual 38 . Guru agama dihadapkan pada keragaman pengetahuan, pengamalan dan persepsi keagamaan peserta didik serta lingkungan sekolah sehingga dalam mengajar harus benar-benar mampu mengelola proses belajar mengajar. Secara khusus, tugas guru ada tiga macam. Pertama , sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun, dan penilaian setelah program itu dilaksanakan. Kedua, sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil, seiring dengan tujuan Allah menciptakan manusia. Ketiga, sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan

37 Zeni Haryanto, Menyikapi Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Rangka Menciptakan Guru Profesional , (Http://Zeniharyanto.Blogspot.Com. Diakses pada tanggal 17 Maret 2009)

38 Imam Tholkhah dan Ahmad Barizi, Op. Cit, Hal. 219 38 Imam Tholkhah dan Ahmad Barizi, Op. Cit, Hal. 219

atas program yang dilakukan itu 39 Menurut Imam Ghozali tugas seorang guru adalah: kasih sayang

terhadap peserta didik sebagaimana anaknya sendiri, meneladani Rosulullah tanpa mengharap upah, tidak memberi penghargaan atau predikat sebelum peserta didik kompeten untuk menyandangnya dan jangan memberi ilmu yang samar sebelum tuntas ilmu yang jelas, menyajikan pelajaran sesuai dengan taraf kemampuan mereka, dalam menghadapi peserta didik yang kurang mampu, hendaknya diberi ilmu-

ilmu yang global dan tidak perlu menjelaskan secara detail 40 . Perlu juga dipahami bahwa pendidik dalam pendidikan Islam memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik ini tentunya membedakan pendidik dalam perspektif pendidikan Islam dengan pandangan pendidikan non-Islam lainnya. Al-Abrasy mengemukakan karakteristik pendidik yaitu;

a) Seorang pendidik bersifat zuhud, artinya melaksanakan tugasnya bukan karena materi, melainkan untuk mencari keridhaan Allah.

b) Seorang pendidik harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwanya, terhindar dari dosa, sifat riya' dan dengki, permusuhan, dan sifat-sifat tercela lainnya.

39 Samsul Nizar, Op. Cit, Hal 44 40 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Hal. 97 39 Samsul Nizar, Op. Cit, Hal 44 40 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Hal. 97

d) Seorang pendidik suka memaafkan orang lain, terutama kesalahan peserta didiknya. Lalu ia juga sanggup menahan diri, menahan kemarahan, lapang hati, sabar dan mempunyai harga diri.

e) Seorang pendidik harus mencintai peserta didiknya seperti terhadap anak-anaknya sendiri. Seorang pendidik harus mengetahui karakter/tabiat peserta didiknya.

f) Seorang pendidik mesti menguasai pelajaran yang ia berikan 41 . Dari penjelasan tugas dan karakteristik pendidik di atas, sudah menunjukkan tentang beberapa komponen kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru. Apabila guru sudah memenuhi hal tersebut diatas, maka ia akan berperan penting dalam proses pembelajaran. Adapun ciri-ciri Guru PAI yang memiliki kompetensi pedagogik diantaranya adalah:

1. Memiliki wawasan keilmuan yang luas sehinga materi PAI dapat ditinjau dari berbagai disiplin keilmuan yang lain.

2. Memahami psikologi anak didik sehingga belajar PAI di sekolah bagi anak didik bukan saja belajar tentang yang boleh dan tidak boleh, tetapi mereka belajar adanya pilihan nilai yang sesuai dengan perkembangan mereka

41 Samsul Ulum Dan Triyo Supriyatno, Tarbiyah Qur'aniyyah, (Malang: PT UIN-Malang Press, 2006), Hal.70-71

3. Guru dalam mentransfer nilai tidak hanya diberikan dalam bentuk ceramah, tetapi juga terkadang dalam bentuk membaca puisi, bernyanyi, mendongeng dan bentuk lainnya, sehingga suasana belajar tidak monoton dan terasa menyenangkan.

4. Guru tidak hanya menyampaikan istilah-istilah Arab kepada anak didik atau memiliki kemampuan bahasa Arab, tetapi juga diperlukan kemampuannya dalam bahasa Inggris, sehingga kesan guru sebagai kaum yang dimarginalisasi dan hanya bisa menyampaikan ini halal dan ini haram berkurang.

5. Guru PAI hendaknya mengikuti perkembangan metode pembelajaran mutakhir yaitu menggunakan media teknologi informasi dalam pembelajarannya sehingga pembelajaran yang

efisien dapat dicapai 42 .