Penyakit Penting Lainnya pada Tanaman Kakao Kitin dan Bakteri Kitinolitik

Gambar 3. Spora Colletotrichum sp. perbesaran 10 x 100. Jamur Colletotrichum menghasilkan konidia dalam jumlah banyak. Konidia terbentuk pada permukaan bercak pada daun terinfeksi, dan konidia tersebut mudah lepas bila ditiup angin atau bila kena percikan air hujan. Konidia sangat ringan dan dapat menyebar terbawa angin sampai ratusan kilometer sehingga penyakit tersebar luas dalam waktu yang singkat Soepana, 1995. Konidia mungkin juga disebarkan oleh serangga Semangun, 2000.

2.2 Penyakit Penting Lainnya pada Tanaman Kakao

Penyakit VSD Vascular Streak Diseases disebabkan oleh Oncobasidium theobromae , yang dapat menyerang di pembibitan sampai tanaman dewasa. Gejala tanaman terserang, daun-daun menguning lebih awal dari waktu yang sebenarnya dengan bercak berwarna hijau, dan gugur sehingga terdapat ranting tanpa daun ompong. Bila permukaan bekas menempelnya daun diiris tipis, akan terlihat gejala bintik tiga kecoklatan. Permukaan kulit ranting kasar dan belang, bila diiris memanjang tampak jaringan pembuluh kayu yang rusak berupa garis-garis kecil berwarna kecoklatan. Penyakit busuk buah disebabkan oleh jamur Phytopthora palmivora yang dapat menyerang buah muda sampai masak. Buah yang terserang nampak bercak bercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari pangkal, tengah atau ujung buah. Penyakit kanker batang Trunk Cancer disebabkan oleh jamur yang sama dengan penyebab penyakit busuk buah yaitu Phytopthora palmivora. Gejala kanker diawali dengan adanya bagian Universitas Sumatera Utara batangcabang menggembung berwarna lebih gelap kehitam-hitaman dan permukaan kulit retak. Penyakit jamur akar Root fungus disebabkan oleh jamur akar putih Rigidoporus lignosus , jamur akar merah Ganoderma philippii dan jamur akar coklat Phellinus noxius . Penyakit ini menular melalui kontak, umumnya terjadi pada pertanaman baru bekas hutan. Pembukaan lahan yang tidak sempurna, karena banyak tunggul dan sisa-sisa akar sakit dari tanaman sebelumnya tertinggal di dalam tanah akan menjadi sumber penyakit.

2.3 Kitin dan Bakteri Kitinolitik

Kitin merupakan homopolimer dari 1,4- β- N asetil-D-glukosamin. Senyawa ini merupakan salah satu senyawa yang paling melimpah di alam dengan produksi tahunan diperkirakan sebesar 10 10 -10 11 ton. Karena produksi kitin di alam sangat tinggi, maka proses daur ulang merupakan hal yang sangat penting. Degradasi kitin ini terutama dilakukan oleh mikroorganisme, karena kitin merupakan sumber karbon dan nitrogen untuk pertumbuhan mikroorganisme. Distribusi kitin sangat luas karena merupakan komponen struktural berbagai jenis organisme. Kitin dapat dijumpai pada prokariot, protista, dan sangat melimpah pada kapang Gooday, 1990. Mikroorganisme yang memproduksi kitinase telah dilaporkan sebagai agen biokontrol untuk berbagai jenis jamur penyakit tanaman Chernin et al ., 1995, antara lain Bacillus cereus UW85, yang telah terbukti menjadi agen biokontrol yang dapat mengendalikan Phytophthora pada penyakit damping off dan akar busuk pada tanaman kedelai. B. cereus strain 65 memproduksi kitobiodase juga ditemukan efektif terhadap R. solani dalam kapas Chien, 2004. Kitin pada jamur berbentuk mikrofibril yang memiliki panjang yang berbeda tergantung pada spesies dan lokasi selnya. Mikrofibril merupakan struktur utama dari sel jamur yang terdiri atas jalinan rantai polisakarida yang saling bersilangan membentuk anyaman. Kandungan kitin pada jamur bervariasi dari 4-9 berat kering sel Rajarathanam et al ., 1998. Universitas Sumatera Utara Bakteri kitinolitik sering kali menghasilkan berbagai gen kitinase, berdasarkan cara kerja hidrolisis kitinase dikelompokkan menjadi tiga tipe utama Pudjihartati, 2006, yaitu: i endokitinase yang memotong secara acak polimer kitin secara internal sehingga menghasilkan oligomer pendek, ii eksokitinase 1,4- β-ketobiosidase, yang memotong unit trimer ketobiosa pada ujung terminal polimer kitin, dan iii N-asetilglukosamidase, yang memotong unit monomer pada ujung terminal polimer kitin. Menurut Oku 1994, peranan kitinase dalam pertahanan tanaman terhadap serangan patogen terjadi melalui dua cara, yaitu: i menghambat pertumbuhan cendawan dengan secara langsung menghidrolisis dinding miselia cendawan dan ii melalui pengelupasan elisitor endogen oleh aktivitas kitinase yang kemudian memicu reaksi ketahanan sistemik systemic acquired resistance pada inang.

2.4 Potensi Bakteri Kitinolitik sebagai Pengendali Hayati