dilakukan dimanapun dengan melalui akses internet.
17
Judi dapat diakses melalui hand phone, notebook, tablet, dan lain sebagainya.
18
C. Dasar Hukum Tindak Pidana Judi
Kategori judi inilah yang kini kian marak di kalangan masyarakat, dan dikenal dengan istilah judi online. Lebih lanjut mengenai judi online, pengaturan
tindak pidananya diatur dalam UU ITE.
1. Menurut Al-Quran
Kata judi dalam bahasa Indonesianya memiliki arti permainan dengan memakai uang sebagai taruhan seperti main dadu dan main kartu. Sedang
penjudi adalah orang yang suka berjudi. Kata judi tersebut biasanya dipadankan dengan maysir dalam bahasa Arabnya. Kata maysir berasal dari akar kata al-yasr
yang secara bahasa berarti wajibnya sesuatu bagi pemiliknya. Ia juga bisa berasal dari akar kata al-yusr yang berarti mudah. Akar kata lain adalah al-
yasar yang berarti kekayaaan. Pelarangan pengerjaan apa saja yang dilarang Allah dan di perintahkan
oleh-Nya untuk dijauhkan disebut dengan istilah Hudud atau Had.
19
17
Sitompul, J. Cyber Space Cyber Crimes Cyber Law. Tinjauan Aspek Hukum Pidana. Jakarta: Ghlia Indonesia, 2012 hlm. 164
18
Ibid
19
Abu Bakr Jabir Al Jazairi. Ensiklopedi Muslim, Cet. Ke-6, Jakarta:Darul Falah, 2003, hlm. 689.
Dalam al- Quran, kata maysir disebutkan sabanyak tiga kali, yaitu dalam surat al-Baqara
ħ 2 ayat 219, surat al-Mâ`ida
ħ 5 ayat 90 dan ayat 91. Ketiga ayat ini menyebutkan beberapa kebiasaan buruk yang berkembang pada masa jahiliyah,
yaitukhamar, al-maysir, al-anshâb berkorban untuk berhala, dan al-
azlâm mengundi nasib dengan menggunakan panah. Penjelasan tersebut dilakukan dengan menggunakan jumlahkhabariyyah dan jumlah insya`iyyah.
Dengan penjelasan tersebut, sekaligus al-Quran sesungguhnya menetapkan hukum bagi perbuatan-perbuatan yang dijelaskan itu. Di dalamsurat al-Baqara
ħ 2 ayat 219 disebutkan sebagai berikut:
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: Yang lebih dari keperluan. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, Sehubungan dengan judi, ayat ini merupakan ayat pertama yang
diturunkan untuk menjelaskan keberadaannya secara hukum dalam pandangan Islam. Setelah ayat ini, menurut al-Qurthubiy, kemudian diturunkan ayat yang
terdapat di dalam surat al-Maidah ayat 91 tentang khamar ayat ini merupakan penjelasan ketiga setelah surat al-Nisa` ayat 43. Terakhir Allah menegaskan
pelarangan judi dan khamar dalam surat al-Maidah ayat 90. Di dalam surat al-Mâ`ida
ħ 5 ayat 90 dan ayat 91 Allah berfirman sebagai berikut:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah
[434]
, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
meminum khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu dari
mengerjakan pekerjaan itu.
Al-Farâhîdiy mengatakan bahwa kata al-maysir merupakan padanan atau sinonim dari kata al-qimâr yang berarti setiap sifat keadaan dan pekerjaan yang
dipertaruhkan atasnya.
20
Mujahid menyebutkan bahwa judi itu adalah taruhan, termasuk semua permainan yang dimainkan oleh anak-anak. Pendapat yang sama juga
dikemukakan oleh Ibn Abbas, Ibn Umar, Said bin Jubayr, dan al-Syabiy. Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa permainan catur adalah salah satu judi orang-orang
Menurut Ibn Abidin, kata taruhan berarti memberikan rungguhan untuk menang. Imam Nawawiy, seperti dikutip oleh Ibn Abidin, mengatakan bahwa
taruhan berasal dari akar kata al-qamar; bulan. Penamaan bulan dengan al- qamar karena cahaya bulan itu akan bertambah terang kalau ia mengalahkan
semakin kecil ditutupi matahari dan akan berkurang kalau dikalahkan atau tertutup oleh matahari. Sehubungan dengan judi atau taruhan, kata al-qimâr itu
memberikan pemahaman bahwa dengan berjudi seseorang bisa jadi memperoleh keuntungan dan bisa jadi mendapatkan kerugian.
Ketika ditanya tentang judi, al-Qasim bin Muhammad, seperti diriwayatkan oleh Ibn Taymiyyah, mengatakan bahwa judi adalah segala sesuatu
yang melalaikan dari mengingat Allah dan shalat. Beliau Ibn Taymiyah juga menyebutkan bahwa ulama Sunniy sepakat mengatakan bahwa permainan al-
nard; permainan tradisional orang Persia yang menggunakan potongan-potongan tulang sebagai dadu adalah haram, walaupun permainan itu tidak menggunakan
taruhan.
20
http:hlmaldanharamitujelas.blogspot.com201102perjudian-dalam-perspektif- islam.html
, diakses tanggal 1 Maret 2015
non Arab. Lebih jauh, Imam al-Syawkaniy menegaskan bahwa semua permainan yang mengandung kemungkinan keuntungan dan kerugian adalah judi.
Muhammad bin Abd al-Wahid al-Siwasiy menjelaskan bahwa perjudian dan yang sejenisnya pada hakikatnya menggantungkan kepemilikan atau hak pada
sesuatu yang menyerempet-nyerempet bahaya dan undian. Dalam penggunaan bahasa, terkadang Syari Allah dan Rasul menggunakan suatu kata dalam
pengertian yang umum dan terkadang menggunakan dalam pengertian yang khusus. Dalam hal ini, lafal judi dipandang para ulama juga mencakup semua
jenis permainan yang memiliki unsur yang sama, seperti permainan catur dan kemiri yang dilakukan anak kecil; sama dengan permainan kelerang sekarang.
21
2. Menurut KUHP
Di samping itu, kata judi itu sendiri juga mencakup makna jual beli gharar yang dilarang Nabi SAW. Oleh karena itu, seperti disebutkan oleh Ibn
Taymiyah, substansi makna taruhan dan judi dalam hal ini adalah menguasai harta orang lain dengan cara menyerempet bahaya, yang terkadang memberikan
keuntungan lebih dan terkadang membawa kerugian.
Judi pada dasarnya dilarang oleh banyak pihak, terutama di Indonesia juga judi termasuk kategori tindak pidana dimana ketentuan larangan terhadapnya
diatur di dalam KUHP Pasal 303 dan 303 bis, juga diatur dalam PP No.9 tahun 1981. Definisi judi merujuk Pasal 303 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana KUHP yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1974 tentang penertiban perjudian. Sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang
21
Ibid
Nomor 7 tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, bahwa semua tindak pidana perjudian adalah kejahatan. Dalam hal ini ditekankan, bahwa semua perjudian
adalah kejahatan apabila tidak mendapatkan izin. Sebelum tahun 1974, ada judi yang berbentuk kejahatan Pasal 303 KUHP dan ada juga judi yang berbentuk
pelanggaran Pasal 542 KUHP. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1974 tentang penertiban
perjudian, dimana sanksi pidana dalam Pasal 303 ayat 1 KUHP diperberat dan mengubah Pasal 542 KUHP menjadi Pasal 303 bis KUHP. Sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 303 dan 303 bis tersebut:
Pasal 303
1 Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda
paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpa mendapat izin: 1.
dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai pen- carian, atau dengan
sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu; 2.
Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam
perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata-cara;
3. menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencarian
2 Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam mejalakan
pencariannya, maka dapat dicabut hak nya untuk menjalankan pencarian itu.
3 Permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya
kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala
pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainanlain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian
juga segala pertaruhan lainnya.
Pasal 303 bis
1 Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda
paling banyak sepuluh juta rupiah: 1.
Barang siapa menggunakan kesempatan main judi, yang diadakan dengan melanggar ketentuan ;Pasal 303; 2. barang siapa ikut serta main judi di
jalan umum atau di pinggir jalan umum atau di tempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali kalau ada izin dari penguasa yang berwenang
yang telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu. 2.
Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak ada pemidanaan yang menjadi tetap karena salah satu dari pelanggaran ini,
dapat dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak lima belas juta rupiah.
Tindak pidana judi dikategorikan dalam kejahatan terhadap kesusilaan, dimana diatur di dalam buku kedua KUHP tentang kejahatan. Berdasarkan Pasal
tersebut diatas, mereka yang dapat dihukum karena tindak pidana judi bukan hanya si pemain judi saja, termasuk juga mereka yang membantu dan turut serta
mendukung permainan judi tersebut atau yang berada di sekitar tempat permainan
judi tersebut. Jadi, juga harus berhati-hati ketika kita berada di suatu tempat dimana sedang berlangsung permainan judi, biarpun tidak turut serta bermain judi
bisa saja kita disangka turut serta membantu dalam permainan judi tersebut. Dalam rumusan Pasal 303 KUHP di atas memuat 5 kejahatan mengenai perjudian
yang terdapat dalam ayat 1, yaitu: a.
Dalam butir 1, memuat dua kejahatan; b.
Butir 2, memuat dua kejahatan; c.
Butir 3, satu macam kejahatan. Sementara dalam ayat 2 memuat tentang dasar pemberatan pidana, dan ayat 3 memuat tentang pengertian judi yang
ada dalam ayat 1. Lima kejahatan yang tersebut di atas mengandung unsur tanpa izin, dalam
unsur tanpa izin inilah melekat unsur melawan hukum kelima kejahatan di atas. I. Kejahatan pertama.
Kejahatan ini dimuat dalam butir pertama, yaitu kejahatan yang melarang tanpa izin dengan sengaja memberikan atau menawarkan kesempatan untuk
bermain judi dan menjadikannya sebagai mata pencaharian. Dari uraian tersebut, maka unsur kejahatan ini adalah :
1. Unsur objektif.
a. Perbuatannya : menawarkan dan memberikan kesempatan;
b. Objek : untuk bermain judi tanpa izin;
c. Dijadikannya sebagai mata pencaharian.
2. Unsur subjektif.
3. Dengan sengaja.
Kejahatan pertama ini, si Pembuat tidak melakukan perjudian. Dalam kejahatan ini tidak termuat larangan untuk bermain judi, tetapi perbuatan yang
dilarang adalah : a.
Menawarkan kesempatan bermain judi; b.
Memberikan kesempatan berjudi. “Menawarkan kesempatan” disini berarti si pembuat melakukan apa saja
untuk mengundang atau mengajak orang-orang untuk bermain judi, dengan menyediakan tempat dan waktu tertentu. Dalam hal ini, belum ada orang yang
melakukan perjudian. Sementara itu “memberikan kesempatan” berarti menyediakan peluang
sebaik-baiknya dengan menyediakan tempat tertentu untuk bermain judi. Dalam hal ini sudah ada orang yang bermain judi. Perbuatan menawarkan dan
memberikan kesempatan haruslah dijadikan sebagai pencaharian, artinya perbuatan itu tidak dilakukan seketika melainkan berlangsung lama, dan dari
perbuatan itu si pembuat mendapatkan uang yang dijadikannya sumber pendapatan untuk kehidupannya.
Selain pencaharian, dalam kejahatan pertama ini, juga harus dibarengi dengan unsur tanpa izin dari instansi yang berwenang. Tanpa adanya izin, berarti
ada unsur melawan hukumnya. II. Kejahatan kedua.
Kejahatan yang kedua yang juga dimuat dalam butir I adalah tanpa izin dengan sengaja turut serta dalam suatu kegiatan usaha permainan judi. Dengan
demikian terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :
1. Unsur Objektif.
a. Perbuatannya : turut serta;
b. Objek : dalam suatu kegiatan usaha permainan judi tanpa izin.
c. Unsur subjektif.
d. Dengan sengaja.
Pada kejahatan perjudian jenis ke 2 ini, perbuatannya adalah turut serta, artinya dia ikut terlibat dalam usaha permainan judi bersama orang lain. Seperti
pada bentuk pertama, dalam bentuk kedua ini juga memuat unsur dengan sengaja, akan tetapi kesengajaan ini lebih kepada unsur perbuatan turut serta dalam
kegiatan usaha permainan judi, artinya bahwa si pembuat menghendaki untuk melakukan perbuatan turut serta dan didasarinya bahwa keturutsertaannya itu
adalah kegiatan permainan judi. III. Kejahatan ketiga.
Kejahatan perjudian bentuk ketiga ini adalah tanpa izin dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain
judi. Unsur-unsurnya adalah : 1.
Unsur objektif. a.
Perbuatan : menawarkan atau memberi kesempatan; b.
Objek : kepada khalayak umum; c.
Untuk bermain judi tanpa izin. 2.
Unsur subjektif. 3.
Dengan sengaja.
Kejahatan perjudian ketiga ini sangat mirip dengan kejahatan perjudian bentuk pertama. Persamaannya adalah unsur perbuatan, yaitu menawarkan atau
memberikan kesempatan untuk bermain judi. Sementara perbedaannya adalah sebagai berikut :
1. Pada bentuk pertama, perbuatan menawarkan atau memberikan
kesempatan tidak disebutkan kepada siapa ditujukan, bisa kepada seseorang atau beberapa orang, sedangkan pada bentuk ketiga perbuatan
tersebut ditujukan kepada khalayak umum, jadi tidak berlaku kejahatan bentuk ketiga ini jika hanya ditujukan pada seseorang atau beberapa orang
saja; 2.
Pada bentuk pertama secara tegas disebutkan bahwa kedua perbuatan itu dijadikan sebaga mata pencaharian, sedangkan pada bentuk ketiga ini tidak
terdapat unsur pencaharian. IV. Kejahatan keempat.
Kejahatan perjudian bentuk keempat dalam Pasal 303 ayat 1 KUHP adalah larangan dengan sengaja turut serta dalam menjalankan kegiatan usaha
perjudian tanpa izin, dimana unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : 1.
Unsur objektif. a.
Perbuatannya : turut serta; b.
Objeknya : dalam kegiatan usaha permainan judi tanpa izin. 2.
Unsur subjektif. 3.
Dengan sengaja.
Bentuk keempat ini juga hampir sama dengan bentuk kedua. Perbedaanya terletak pada unsur turut sertanya. Pada bentuk kedua, unsur turut serta ditujukan
pada kegiatan usaha perjudian sebaga mata pencaharian, sedangkan dalam bentuk keempat ini, unsur turut sertanya ditujukan bukan untuk mata pencaharian.
V. Kejahatan kelima. Pada bentuk kelima ini juga terdapat unsur turut serta, namun turut serta
dalam bentuk kelima ini bukan lagi mengenai turut serta dalam menawarkan atau memberikan kesempatan untuk bermain judi, melainkan turut serta dalam
permainan judi itu sendiri. b. Menggunakan kesempatan main judi yang diadakan dengan melanggar Pasal
303 KUHP. Perjudian yang dimaksud di atas diatur dalam Pasal 303 bis KUHP,
ditambah dengan UU No. 7 Tahun 1974 yang rumusannya sebagai berikut : 1
Diancam dengan pidana penjara maksimum empat tahun atau pidana denda maksimum sepuluh juta rupiah;
Ke-1. Barang siapa yang menggunakan kesempatan terbuka sebagaimana tersebut dalam Pasal 303, untuk bermain judi;
Ke-2. Barangsiapa yang turut serta bermain judi di jalan umum atau di suatu tempat terbuka untuk umum, kecuali jika untuk permainan judi tersebut telah
diberi ijin oleh penguasa yang berwenang. 2
Jika ketika melakukan kejahatan itu belum lewat dua tahun sejak pemidanaan yang dulu yang sudah menjadi tetap karena salah satu kejahatan ini,
ancamannya dapat menjadi pidana penjara maksimum enam tahun, atau denda maksimum lima belas juta rupiah.
Dalam Pasal ini, terdapat dua jenis kejahatan tentang perjudian, jenis kejahatan itu adalah :
a Bentuk I. Pada bentuk pertama terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
1. Perbuatan : bermain judi;
2. Dengan menggunakan kesempatan yang diadakan dengan melanggar Pasal
303 KUHP. kejahatan dalam Pasal 303 bis KUHP, tidak berdiri sendiri, melainkan bergantung pada terwujudnya Pasal 303 KUHP. Tanpa terjadinya
pelanggaran Pasal 303 KUHP, maka pelanggaran Pasal 303 bis KUHP juga tidak ada.
b Bentuk II. Pada bentuk kedua ini unsur-unsurnya sebagai berikut :
a. Perbuatan : ikut serta bermain judi; b. Tempatnya : jalan umum, pinggir jalan, tempat yang dapat dikunjungi umum;
c. Perjudian itu tanpa izin dari penguasa yang berwenang. Dalam PP No. 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian,
perjudian dikategorikan dalam tiga macam, yaitu : a. Perjudian di Kasino.
Perjudian di Kasino terdiri dari Roulette, Black jake, Baccarat, Creps, Keno, Tombola, Super Ping-pong, Lotto Fair, Satan, Paykyu, Slot Machine, Ji Si
Kie, Big Six Wheel, Chuc a Luck, Lempar paserbulu ayam pada sasaran atau papan yang berputar, Pachinko, Poker, Twenty One, Hwa Hwe serta Kiu-kiu.
b. Perjudian di Tempat Keramaian. Lempar Gelang, lempar uang, kim, pancingan, menembak sasaran yang
tidak berputar, lempar bola, adu ayam, adu sapi, adu kerbau, adu kambing, pacuan kuda, pacuan anjing, mayong dan erek-erek.
c. Perjudian yang dikaitkan dengan kebiasaan. Perjudian dalam bentuk ketiga ini termasuk ke dalam perjudian di tempat
keramaian, yang membuatnya berbeda adalah untuk yang ketiga ini didasari oleh faktor kebiasaan.
22
3. Menurut Undang-Undang ITE
Khusus mengenai judi online diatur dalam BAB VII Pasal 27 ayat 2 UU nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai
perbuatan yang dilarang. Bunyi Pasal 27 ayat 2 UU ITE sebagai berikut: “setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan atau
mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian.”
Memperhatikan rumusal Pasal 27 ayat 2 UU ITE maka unsur-unsur Pasal tersebut sebagai berikut:
a. Unsur subjektif adalah setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak.
Unsur dengan sengaja dan tanpa hak merupakan satu kesatuan yang harus dibuktikan oleh penegak hukum. Unsur dengan sengaja dan
22
Soesilo, R. Pelajaran Lengkap Hukum Pidana. Bogor: Politea, 1981, hlm 38
tanpa hak berarti pelaku menghendaki dan mengetahui secara sadar bahwa tindakannya dilakukan tanpa hak. Tanpa hak merupakan unsure
melawan hukum. b.
Unsur objektif yaitu: a
Mendistribusikan b
Mentransmisikan c
Membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian.
Merujuk pada Pasal 27 ayat 2 UU ITE, dimana pelaku yang dapat dijerat berdasarkan Pasal tersebut adalah orang yang mendistribusikan, mentransmisikan
dan orang yang membuat dapat diaksesnya informasi atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian. Melihat rumusan Pasal 27 ayat 2 UU ITE,
dimana Pasal tersebut tidak merumuskan atau mengkualifikasikan yang mana Bandar dan pemain judi, dan sanksi pidana baik bagi bandar atau orang yang turut
serta dan pemain bobotnya sama. Dalam UU ITE dipisahkan rumusan Pasal mengenai perbuatan dan sanksi pidana. Sebagaimana dalam BAB VII Pasal 27
ayat 2 UU ITE dimuat mengenai perbuatan judi online yang dilarang sedangkan sanksi tindak pidana judi online di atur dalam Pasal 45 ayat 1 dan Pasal 52 ayat
4 UU ITE. Pasal 45 ayat 1 UU ITE berbunyi sebagai berikut: “setiap orang yang memenuhi unsure sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
1, ayat 2, ayat 3 atau ayat 4 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 satu miliar
rupiah. Mengenai sanksi pidana perjudian online di dalam Pasal 45 ayat 1 UU ITE bersifat alternative dan kumulatif berupa tindak pidana penjara dan atau
pidana denda.
47
BAB III TINDAK PIDANA JUDIK MENURUT SYARIAT ISLAM DAN QANUN
D. Sejarah Lahirnya Qanun di Nanggroe Aceh Darussalam