berasal dari peraturan perundangan-undangan, buku-buku hukum, literatur- literatur, dan media elektronik yang berhubungan dengan skripsi ini.
E. Tinjauan Kepustakaan
Pidana berasal dari kata straf Belanda, yang pada dasarnya dapat dikatakan sebagai suatu penderitaan nestapa yang sengaja Dikenakan
dijatuhkan kepada seseorang yang telah terbukti bersalah melakukan suatu tindak pidana. Moeljatno dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief, istilah hukuman yang
berasal dari kata straf, merupakan suatu istilah yang konvensional. Moeljatno menggunakan istilah yang inkonvensional, yaitu pidana
7
1. Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana berasal dari istilah hukum pidana Belanda yaitu “ Strafbaar feit”. Walaupun istilah ini terdapat dalam WvS Belanda dan KUHP,
tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit itu. Karena itu para ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan isi dari istilah
itu. Tindak pidana dapat dikatakan berupa istilah resmi dalam perundang- undangan pidana kita. Dalam hampir seluruh peraturan perundang-undangan
menggunakan istilah tindak pidana, seperti UU No. 11PNPS1963 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Subversi atau UU Nomor 20 tahun 2001 tentang
Tindak Pidana Korupsi. R. Soesilo menyebutkan bahwa tindak pidana adalah sesuatu perbuatan
yang dilarang atau diwajibkan oleh Undang-Undang yang apabila dilakukan atau
7
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: Alumni, 2005, hlm 1
diabaikan, maka orang yang melakukan atau mengabaikan itu diancam dengan hukuman.
8
a. unsur objektif yang meliputi :
Dalam hal ini tindak pidana juga terdiri dari dua unsur yaitu:
1. Perbuatan manusia yang positif atau negative yang menyebabkan pidana.
2. Akibat perbuatan manusia yang terdiri atas membahayakan kepentingan
hukum yang menurut norma hukum itu perlu agar dapat dihukum. 3.
Keadaan di sekitar perbuatan itu, atau bisa jadi keadaan pada waktu melakukan perbuatan.
b. Unsur subjektif yaitu unsur yang ada dalam diri si pelaku yaitu kesalahan dari
orang yang melanggar aturan-aturan pidana, artinya pelanggaran itu harus dapat dipertanggung jawabkan kepada si pelanggar.
Suatu perbuatan akan menjadi suatu tindak pidana apabila perbuatan tersebut :
a. Melawan hukum
b. Merugikan masyarakat
c. Dilarang oleh aturan pidana
d. Pelakunya diancam dengan hukuman pidana.
9
2. Pengertian Judi
Pengertian tindak pidana judi dalam Pasal 303 ayat 3 KUHP, Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan
mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang
8
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bogor: Politea,1998, hlm. 26.
9
M. Hamdan, Tindak Pidana Suap dan Money Politics, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2005, hlm. 10.
keputusan perlombaan atau permainanlain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan
lainnya.
10
3. Judi dalam perspektif hukum islam
Kata judi dalam bahasa Indonesianya memiliki arti permainan dengan memakai uang sebagai taruhan seperti main dadu dan main kartu.
11
Sedang penjudi adalah orang yang suka berjudi.
12
Kata judi tersebut biasanya dipadankan dengan maysir dalam bahasa Arabnya. Kata maysir berasal dari akar
kata al-yasr yang secara bahasa berarti wajibnya sesuatu bagi pemiliknya. Ia juga bisa berasal dari akar kata al-yusr yang berarti mudah. Akar kata lain
adalah al-yasar yang berarti kekayaaan.
13
Pengertian judi atau maisir dalam Qanun No. 13 Tahun 2003, dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 20, maisir adalah kegiatan danatau perbuatan
yang bersifat taruhan antara dua pihak atau lebih di mana pihak yang menang mendapatkan bayaran.
14
10
Hlm 303 ayat 3 KUHP Buku Kedua
11
Departemen PK, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, hlm. 367.
12
Ibid.
13
Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farh al-Qurthubiy selanjutnya disebut al- Qurthubiy, al-Jami li Ahkam al-Quran, Kairo: Dar al-Syuub, 1372 H, Juz 3, hlm. 53.
1414
Himpunan Undang-Undang, Keputusan Presiden, Peraturan DaerahQanun, Instruksi Gubernur, Edaran Gubernur berkaitan pelaksanaan dan Syari’at Islam, Dinas Syari’at Islam
Provinsi NAD, 2005, hlm. 271.
F. Metode Penelitian