Judi Ditinjau Menurut Qanun 13 Tahun 2003

hukum, PPRI No.9 tahun 1981 tersebut dengan sendirinya batal demi hukum, karena bertentangan dengan peraturan yang di atasnya. Atas dasar ini Kepolisian hanya dapat menindak perjudian yang tidak memiliki izin, walaupun judi tersebut bertentangan dengan nilai-nilai seluruh agama yang dianut. Guna menghindari adanya tindakan anarkisme dari kalangan ormas keagamaan terhadap maraknya praktik perjuadian yang ada, maka sudah seharusnya Pemerintah bersama DPR tanggap dan segera membuat perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang “larangan praktik perjudian” yang lebih tegas, khususnya larangan pemberian izin judi di tempat umum atau di kota-kota dan di tempat- tempat pemukiman penduduk, agar negara kita sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dimana masyarakatnya yang religius tetap terjaga imagenya.

2. Judi Ditinjau Menurut Qanun 13 Tahun 2003

Sepanjang sejarah, masyarakat Aceh telah menjadikan agama Islam sebagai pedoman dalam kehidupannya, melalui penghayatan dan pengamalan ajaran Islam dalam rentang sejarah yang cukup panjang sejak abang ke VII M telah melahirkan suasana masyarakat dan budaya Aceh yang islami. Budaya dan adat Aceh yang lahir dari renungan para ulama, kemudian di praktekan, dikembangkan, dan dilestarikannya. Dalam ungkapan bijak disebutkan, “Adat bak potue meurehom, hukom bak syah kuala, Qanun bak putro phang, Reusam bak laksamana”. Ungkapan tersebut merupakan pencerminan bahwa syari’at Islam telah menyatu dan menjadi pedoman hidup bagi masyarakat Aceh melalui peranan para ulama sebagai pewaris para Nabi. Bahwa pemberlakuan syariat Islam di Aceh yang dikenal sebagai Serambi Mekkah terakomodasi dalam undang-undang nomor 44 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh yang dipertegas dengan undang-undang nomor 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi tingkat Daerah Pelaksanaan Syariat Islam telah dirumuskan secara yuridis melalui Peraturan Daerah Qanun Provinsi NAD nomor 5 tahun 2000 tentang Pelaksanaan Syariat Islam. Secara umum syariat Islam di bidang hukum memuat norma hukum yang mengatur kehidupan bermasyarakat atau bernegara dan norma hukum yang mengatur moral atau kepentingan individu yang harus ditaati oleh setiap orang. Ketaatan terhadap norma hukum yang mengatur moral sangat tergantung pada kualitas iman dan taqwa atau hati nurani seseorang, juga disertai adanya sanksi duniawi dan ukhrawi terhadap orang yang melanggarnya. Dalam sistem hukum islam terdapat dua jenis sanksi; yaitu sanksi yang bersifat definitive dari Allah dan Rasul-Nya dan sanksi yang diterapkan manusia melalui kekuasaan eksekutif, legislative dan yudikatif. Kedua jenis sanksi tersebut mendorong masyarakat untuk patuh pada ketentuan hukum. Dalam banyak hal penegakan hukum menuntut para peranan negara. hukum tidak berjalan bila tidak ditegakkan oleh Negara. Di sisi lain Negara akan tidak tertib bila hukum tidak ditegakkan. Maisir perjudian adalah kegiatan danatau perbuatan dalam bentuk permainan yang bersifat taruhan antara dua pihak atau lebih dimana pihak yang menang mendapatkan bayaran. Bahwa pada hakikatnya maisir perjudian adalah bertentangan dengan agama, kesusilaan dan moral pancasila, serta membahayakan bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Namun melihat kenyataan dewasa ini, perjudian dengan segala macam bentuknya masih banyak dilakukan dalam masyarakat, sedangkan ketentuan dalam UU nomor 7 tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian masih memungkinkan legislasi perjudian oleh pemerintah dengan alasan tertentu dan di tempat tertentu dan tentunya dapat menjerumuskan orang Islam dalam kemaksiatan tersebut. Qanun tentang larangan maisirperjudian ini dimaksudkan sebagai upaya premitif, preventif dan pada tingkat Optimum remedium sebagai usaha refresif melalui penjatuhan ‘uqubat ta’zir yang dapat berupa ‘uqubat cambuk dan ‘uqubat denda gharamah’. Untuk efektivitas pelaksanaan qanun ini disamping adanya lembaga penyidikan penuntutan juga dilakukan pengawasan yang meliputi upaya pembinaan si pelaku jarimah maisir oleh pejabat wilayatul hisbah. Disamping itu juga masyarakat diberikan peranan untuk mencegah terjadinya jarimah maisir dalam rangka memenuhi kewajiban sebagai seorang muslim untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar. Peran serta masyarakat tidak dalam bentuk main hakim sendiri. Bentuk ancaman ‘uqubat cambuk bagi si pelaku jarimah maisir dimaksudkan sebagai upaya memberikan kesadaran bagi si pelaku sekaligus menjadi peringatan bagi calon pelanggar lainnya untuk tidak melakukan maisir. Disamping itu, ‘uqubat cambuk akan lebih efektif dengan member rasa malu dan tidak menimbukan resiko bagi keluarganya . jenis ‘uqubat cambuk juga berdampak pada biaya yang harus ditanggung pemerintah menjadi lebih murah dibandingkan dengan jenis ‘uqubat lainnya seperti yang dikenal dalam KUHP sekarang. Perbandingan Antara Hukum Positif KUHP Dan Qanun 13 Tahun 2003 Terhadap Tindak Pidana Judi 1. Perbandingan Sanksi Antara dua jenis hukum yang berlaku, yaitu KUHP di Indonesia dan Qanun yang berlaku di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada dasarnya sama- sama menentang atas tindak pidana judi. Namun jika dilihat dari sanksi yang diterapkan oleh kedua hukum tersebut, ada perbedaan yang cukup mencolok. Dimulai dari hukum positif terlebih dahulu, bisa dilihat dari Pasal 303 KUHP jo. Pasal 2 UU No. 7 Tahun 1974 yang menyebutkan: 1 Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barangsiapa tanpa mendapat ijin : a. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai mata pencaharian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu. b. Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata cara. c. Menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencaharian. 2 Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencahariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian itu. Ancaman hukuman yang diatur dalam Pasal 303 KUHP dan UU Nomor 7 tahun 1974 adalah berupa hukuman kurungan penjara dan denda sejumlah uang, sebagaimana juga diancamkan pada tindak pidana lain selain judi.

1. Unsur-Unsur Penerapan Sanksi Pidana Menurut Hukum Positif

Dokumen yang terkait

Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

2 99 187

Tindak Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana Pengembang Perumahan Dan Kawasan Permukiman Dalam Penyediaan Prasarana, Sarana Dan Utilitas Umum Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman

4 93 182

Mekanisme Penyidikan Tindak Pidana Penipuan Melalui Internet Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 SKRIPSI

5 69 99

Analisis Yuridis Mengenai Dualisme Kewenangan Mengadili Tindak Pidana Korupsi Antara Pengadilan Negeri Dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

0 65 109

Tinjauan Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pemilu dan Proses Penyelesaian Perkaranya dalam Persfektif Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD

0 31 103

Perkembangan Pidana Penjara Dari KUHP Ke Konsep KUHP Baru

2 39 88

PERBEDAAN TINDAK PIDANA HOMOSEKSUAL DALAM PERUMUSAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) DAN QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM JINAYAT

0 3 1

Tindak Pidana Judi Menurut Hukum Positif (Kuhp) Dan Qanun Nomor 13 Tahun 2003

0 3 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tindak Pidana Judi Menurut Hukum Positif (Kuhp) Dan Qanun Nomor 13 Tahun 2003

0 0 18

STUDI KOMPARASI PERTANGGUNGJAWABAN PENYERTAAN TINDAK PIDANA (DELNEMING) MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF (KUHP) DAN HUKUM PIDANA ISLAM (FIKIH JINAYAH) - STAIN Kudus Repository

0 0 13