commit to user 92
merupakan faktor yang fundamental dalam mengkaji implementasi kebijakan.
Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Menurut Edwards III
Sumber: AG Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, 2006: 91
2. Kerjasama Antar Daerah dalam Era Otonomi Daerah
a. Konsep Dasar dan Perlunya Kerjasama Antar Daerah dalam
Otonomi Daerah
Kerjasama daerah merupakan hubungan yang dibangun diantara beberapa daerahpihak dalam rangka mencapai tujuan yang telah
disepakati bersama. Pamudji 1985:28 menyatakan kerjasama antar daerah merupakan suatu kerangka kerjasama antara dua atau lebih
pemerintahan daerah yang setingkat dalam menangani suatu atau beberapa obyek tertentu demi tercapainya kepentingan masing-masing pihak.
Komunikasi
Struktur BIrokrasi
Sumber Daya Implementasi
Disposisi
commit to user 93
O’ toole 1995 juga mengungkapkan hal yang sama untuk menjelaskan kerjasama antar pemerintah bagian di Amerika yang
mengyebutkan bahwa “Intergovernmental relations is the subject of how our many varied American governments deal with each other; and what
their relative roles, responsibilities, and levels of influence are and should be”. Hubungan antar pemerintah adalah subyek dari bagaimana beberapa
pemerintah Amerika saling berhubunganbersepakat dan apa peran relatif
mereka, tanggung jawab, dan tingkat pengaruh yang diinginkan
Unsur pokok dari konsep yang disebutkan diatas adalah adanya hubungan yang didalamnya ada kesepakatan, pembagian peran dan
tanggungjawab masing-masing serta apa yang harus dilakukan dalam kerangka kerjasama tersebut.
Patterson dalam Warsono, 2009: 15 menyatakan kerjasama antar pemerintahan daerah intergovernmental cooperation sebagai “an
arrangement between two or more government for accomplishing common goals, providing a service or solving a mutual problem”. Pengaturan
antara dua atau lebih pemerintah untuk mencapai tujuan bersama, yang menyediakan layanan atau memecahkan masalah bersama. Dalam definisi
ini tersirat adanya kepentingan bersama antara dua daerah atau lebih untuk memberikan pelayanan bersama-sama atau memecahkan permasalahan
bersama-sama. Adanya kerjasama antar daerah ini pada dasarnya merupakan hasil
dari regionalisasi. Regionalisasi merupakan proses pembentukan wilayah.
commit to user 94
Namun konsep regionaliasi lebih luas dari kerjasama antar daerah. Region dalam konteks supra-nasional misalnya Uni Eropa, ASEAN dan
sebagainya. Dalam konteks trans-nasional misalnya Sijori Singapura- Johor-Riau, IMTGT Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangel.
Sedangkan dalam
konteks sub-nasional
misalnya Solo
Raya, Barlingmascakep Jawa Tengah, Ciayukumajakuning Jawa Barat dan
lain-lain. Warsono, 2009:14 Pelaksanaan kerjasama daerah di Indonesia diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah, yang menyebutkan bahwa kerja sama daerah adalah kesepakatan
antara gubernur dengan gubernur atau gubernur dengan bupatiwali kota atau antara bupatiwali kota dengan bupatiwali kota yang lain, dan atau
gubernur, bupatiwali kota dengan pihak ketiga, yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban.
Kerjasama antar daerah merupakan sebuah kebijakan yang dilaksanakan karena adanya otonomi daerah. Sedangkan otonomi
merupakan konsekuensi dari adanya desentralisasi. Tujuan utama otonomi daerah ini adalah untuk menumbuhkan prakarsa daerah sekaligus
memfasilitasi aspirasi daerah sesuai dengan keanekaragaman kondisi masing-masing daerah.
Isu kerja sama antar daerah bukanlah suatu yang baru, isu ini merupakan konsekuensi logis ketika era otonomi daerah mulai bergulir,
isu ini muncul sebagai bagian dari kewaspadaan pemerintah terhadap
commit to user 95
dampak negatif yang ditimbulkan oleh pemahaman sempit oleh daerah terkait otonomi daerah.Sanctyeka, 2009: 2
Pada kenyatannya kewenangan yang diberikan oleh pemerintahan pusat kepada pemerintahan daerah melalui otonomi daerah ini dipahami
sebagai kebebasan pemerintahan daerah dalam mengelola daerah. Pemahaman yang tidak tepat dan kurang siapnya daerah menyebabkan
berbagai daerah bersemangat mengelola daerah sesuai dengan keinginan sendiri, namun kurang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
Sehingga pelaksanaan desentralisasi menimbulkan banyak permasalahan di daerah. Seperti yang diungkapkan Rauf 2005:168 bahwa otonomi
daerah sangat kondusif bagi terjadinya konflik. Kebebasan yang menyertai otonomi seringkali ditafsirkan sebagai kesempatan untuk mengembangkan
diri dengan mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia menurut kepentingan sendiri yang merupakan sumber konflik yang amat
potensial di masa-masa mendatang. Penyerahan kewenangan kepada daerah ini dipersepsikan secara bervariatif oleh daerah.
Egoisme sektoral atau ego daerah merupakan salah satu permasalahan penting yang harus mendapatkan perhatian. Semangat
egoisme kedaerahan membuat daerah merasa tidak perlu menjalin kerjasama dengan daerah lain. Permasalahan tersebut akan menimbulkan
kesenjangan antara daerah yang potensial dan tidak potensial serta rentan adanya konflik horisontal.
commit to user 96
Gejala-gejala negatif yang demikian dapat mengancam integrasi bangsa sehingga hubungan atau kerjasama antara pemerintahan daerah
yang satu dengan pemerintahan daerah yang lain harus mendapatkan perhatian yang lebih.
Sanctyeka 2009:2 juga menyatakan ada beberapa hal yang dihadapi oleh daerah sebagai suatu wilayah yang otonom:
“Pertama, ketika daerah dibenturkan dengan isu kewenangan wajib yang mereka miliki namun bersifat lintas wilayah administrasi
kepemerintahannya. Kedua, ketika daerah memiliki keinginan untuk mengembangan perekonomian wilayahnya yang bersifat
lintas batas regional. Ketiga, Ketika daerah berkeinginan untuk meningkatkan kualitas sistem pelayanan publik di wilayah
perbatasan dan Keempat, Ketika daerah berupaya meminimalisir dan menyelesaikan konflik horisontal di wilayah perbatasan yang
memiliki potensi tersebut.”
Dalam konteks ini kerjasama antar daerah berkaitan dengan batas
administratif dan batas fungsional sebuah daerah. Setiap daerah memiliki batas administratif yang ditentukan oleh aturan formal peraturan
perundangan namun pada kenyatannya permasalahan sering timbul akibat hubungan fungsional sosial ekonomi yang melewati batas administratif.
Dalam konteks ini kerjasama antar daerah diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan batas administrasi tersebut dengan memanfaatkan potensi
yang dimiliki oleh setiap daerah untuk mencapai tujuan bersama.
Pada umumnya terdapat dua motivasi utama bagi perwujudan suatu kerangka kerja sama antar daerah, yaitu Pamudji, 1985:9:
1 Sebagai usaha untuk mengurangi kemungkinan adanya kemajuan
yang pesat disatu daerah dengan membawa akibat destruktif
commit to user 97
terhadap daerah-daerah sekitarnya, langsung maupun tidak langsung. Titik berat perhatian ditujukan pada usaha untuk mewujudkan
keserasian perkembangan wilayah dari daerah-daerah yang berdekatan
2 Sebagai usaha untuk memecahkan masalah bersama dan atau untuk
mewujudkan tujuan bersama terhadap bidang-bidang tertentu. Titik berat perhatian ditujukan pada usaha untuk mewujudkan tujuan
bersama, terlepas dari kenyataan apakah daerah-daerah itu secara geografis berdekatan atau tidak
b. Bentuk Kerjasama dalam Otonomi Daerah dan Objeknya