commit to user 97
terhadap daerah-daerah sekitarnya, langsung maupun tidak langsung. Titik berat perhatian ditujukan pada usaha untuk mewujudkan
keserasian perkembangan wilayah dari daerah-daerah yang berdekatan
2 Sebagai usaha untuk memecahkan masalah bersama dan atau untuk
mewujudkan tujuan bersama terhadap bidang-bidang tertentu. Titik berat perhatian ditujukan pada usaha untuk mewujudkan tujuan
bersama, terlepas dari kenyataan apakah daerah-daerah itu secara geografis berdekatan atau tidak
b. Bentuk Kerjasama dalam Otonomi Daerah dan Objeknya
Pasal 195 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, menyatakan bahwa dengan pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik,
sinergi dan saling menguntungkan daerah-daerah dapat melakukan kerjasama. Kerjasama antar daerah tersebut dapat diwujudkan dalam
bentuk badan kerjasama antar daerah yang diatur dengan keputusan bersama. Dengan demikian kerjasama antar daerah ini merupakan sebuah
peluang yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam pelaksanaan
kebijakan desentralisasi.
Pamudji 1985:21 dan 26 membagi kerjasama antar daerah dalam dua bentuk:
1 Kerjasama Bilateral Suatu kerangka kerjasama yang hanya melibatkan dua pihak.
2 Kerjasama Multilateral
commit to user 98
Suatu kerjasama antar daerah yang dilakukan oleh tiga daerah atau lebih untuk mengatur secara bersama-sama kepentingan daerah-
daerah yang bersangkutan. Henry dalam Warsono, 2009:23-24 menyebutkan bentuk dan
metode kerjasama antar pemerintah daerah meliputi: 1
Intergovernmental Service Contrac Jenis kerjasama ini dilakukan bila suatu daerah membayar daerah lain
untuk melaksanakan jenis pelayanan tertentu seperti penjara, pembuangan sampah, kontrol hewan atau ternak, penaksiran pajak.
2 Joint Service Agreement
Jenis kerjasama yang kedua ini dilakukan untuk menjalankan fungsi perencanaan, anggaran dan pemberian pelayanan tertentu kepada
masyarakat daerah yang terlibat, misalnya dalam pengaturan perpustakaan wilayah, komunikasi antar polisi dan pemadam
kebakaran, kontrol kebakaran, pembuangan sampah. 3
Intergovernmental Service Transfer Jenis kerjasama ketiga merupakan transfer permanen suatu tanggung
jawab dari satu daerah ke daerah lain seperti bidang pekerjaan umum, prasarana dan sarana, kesehatan dan kesejahteraan, pemerintahan dan
keuangan publik. Sedangkan berdasarkan format kelembagaan, menurut Sanctyeka.
2009:7 dibedakan menjadi dua yaitu Intergovernmental Relations IGR dan Intergovernmental Management IGM.
commit to user 99
1 Intergovernmental Relations IGR Wilayah dengan format kelembagaan ini misalnya adalah Kedung
sepur dimana kerjasamanya sebatas koordinasi pembangunan. Format kelembagaan berdasarkan IGR adalah
a. Pola hubungan antara para anggota hanyalah hubungan koordinatif
b. Pola asosiasi lebih bersifat public interest group, karena lembaga ini hanya berfungsi sebagai pelobi kepada pemerintah
pusat. c. Status hukum kelembagaan hanyalah sebagai sebuah forum
tanpa kewenangan dalam pemerintahan tertentu. 2 Intergovernmental Management IGM
Wilayah dengan
format kelembagaan
ini misalnya
adalah Barlingmascakeb, Subosukawonostraten dan Sampan dengan adanya
Regional Manager. Format kelembagaan IGM adalah a.
Pola asosiasi antar pemerintah daerah untuk melakukan pengelolaan suatu bidang pemerintahan tertentu yang sama-
sama mereka butuhkan. b. Assosiasi ini terbentuk karena adanya kebutuhan bersama
pada bidang tertentu dan keyakinan bahwa apabila bidang tersebut dikerjakan bersama-sama akan tercipta efisiensi dan
efektivitas.
commit to user 100
Arus globalisasi yang tidak dapat dibendung membuat pelaksaaan desentraliasipun semakin dinamis. UNDP dalam Muluk, 2007:97
membuat laporan yang menyatakan bahwa globalisasi menawarkan peluang besar bagi kemajuan manusia bila disertai kepemerintahan yang
lebih kuat, jika tidak akan banyak ancaman yang harus dipenuhi yakni penguatan finansial, kesehatan, budaya, pribadi, lingkungan, serta
ketidakamanan politik dan masyarakat. Sehingga pemerintahan daerah memiliki peran yang penting dalam menghadapi dan menciptakan inovasi
untuk menghadapi tantangan globalisasi. Kerjasama antar daerah ini diharapkan mampu menjadi salah satu kekuatan pemerintah daerah dalam
menghadapi tantangan globalisasi. Sedangkan objek kerjasama antar daerah adalah seluruh urusan
pemerintah yang telah menjadi kewenangan daerah otonom. PP No. 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah
menyatakan bahwa objek kerja sama daerah adalah seluruh urusan pemerintah yang telah menjadi kewenangan daerah dan dapat berupa
penyediaan pelayanan publik. Pelayanan publik ini merupakan pelayanan yang diberikan bagi masyarakat oleh pemerintah berupa pelayanan
administrasi, pengembangan sektor unggulan dan penyediaan barang dan jasa seperti rumah sakit, pasar, pengelolaan air bersih, perumahan, tempat
pemakaman umum, perparkiran, persampahan, pariwisata dan lain-lain. Menurut pasal 10 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2004, Pemerintahan
Daerah menyelenggarakan
urusan pemerintahan
yang menjadi
commit to user 101
kewenangannya kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah. Urusan yang menjadi urusan
pemerintahan pusat adalah pertahanan, keamanan, politik luar negeri, moneter dan fiskal, yustisi dan agama. Diluar enam urusan tersebut adalah
urusan yang dapat didesentralisasikan ke daerah, yang dilaksanakan bersama oleh pusat, provinsi, kabupatenkota urusan bersama.
Penyerahan urusan ke daerah ini disertai dengan penyerahan pengelolaan keuangan daerah yang disebut dengan Money Follow
Function. Untuk itulah diperlukan inovasi daerah dalam upaya peningkatan ekonomi daerah berdasarkan potensi lokal yang ada di
masing-masing daerah.
3. Kerjasama Antar Daerah dalam bidang Pariwisata