Pembahasan Pengalaman Ibu Hamil Yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum Pada Trimester I Di RSUD DR. PIRNGADI Kota Medan Tahun 2011
Muntah terus menerus dalam kehamilan dialami oleh seluruh partisipan. Hal ini disebabkan oleh muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan
dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makan, lendir, dan sedikit cairan empedu dan yang terakhir keluar
darahPrawirohardjo, 2010. Hal. 815 Empat orang partisipan menyatakan mual dan muntah sampai dengan umur
kehamilan lebih dari 3 bulan. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya pada usia
kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya Pauw, et al, 2005 dalam Runiari, 2010. Hal. 8.
Seluruh partisipan menyatakan nafsu makan berkurang dan tidak ada nafsu makan. Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan
ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium Runiari, 2010. Hal. 13
Satu orang partisipan menyatakan muntah sampai dengan mengeluarkan cairan lambung. Dalam muntah yang dikeluarkan terdapat sebagian cairan lambung
serta elektrolit seperti natrium, kalium dan kalsium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga makin berkurang kalium dalam keseimbangan
tubuh serta makin menambah berat terjadinya muntah Manuaba, 2010. Hal. 229. Tiga orang partisipan menyatakan gejala selalu ingin meludah. Hipersalivassi
atau ptialismus berarti pengeluaran air ludah yang berlebihan pada wanita hamil, terutama pada trimester pertama. Keadaan ini disebabkan meningkatnya hormon
estrogen dan human chorionic gonadotrophine, selain ibu hamil sulit menelan ludah karena mual dan muntah Manuaba, 2010. Hal. 234
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Juhana 2009 mengatakan bahwa semua partisipan yang mengalami hiperemesis gavidarum
mempunyai karekteristik mual-muntah yang terus menerus, muntah terjadi sampai usia kehamilan lebih dari 3 bulan, nafsu makan berkrang, sampai keluar cairan
lambung, selalu ingin meludah, lebih parah terjadi pada anak pertama, sakit perut, perut terasa panas, dan tidak menyukai bau suami. Sedangkan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti, bahwa hal-hal yang ibu alami selama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlangsung terus menerus, muntah terjadi
sampai usia kehamilan lebih dari 3 bulan, nafsu makan berkurang, keluar cairan lambung dan selalu ingin meludah.
2. Keadaan yang dapat menyebabkan ibu hiperemesis gravidarum
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa keadaan yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum yang dialami oleh partisipan adalah bawaan hamil, tidak
bisa mencium bau masakan, tidak bisa mencium bau minyak wangi, perubahan posisi.
Seluruh partisipan menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui sebab pasti dari gejala hiperemesis gravidarum yang mereka alami. Hingga saat ini penyakit ini
masih belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, biokimiawi, dan psikologis Prawirohardjo, 2010.hal. 815.
Empat orang partisipan menyatakan ketidakmampuan mereka mencium bau masakan. Hal tersebut dapat menyebabkan wanita merasa mual saat melihat,
mencium atauatau merasakan makanan yang mungkin berpotensi memengaruhi janin dan jika makanan dimakan menyebabkan wanita muntah agar makanan dikeluarkan
Sherman dan Flaxman, 2002; Brown et al, 1997 dalam Tiran 2008, hal. 12.
Empat orang partisipan lainnya menyatakan ketidakmampuan mereka mencium bau minyak wangi. Hal tersebut dapat menyebabkan mereka mual bahkan
muntah. Dampak pada kemampuan mencium dan melihat juga diungkapkan oleh Tiran 2008 sebagai faktor fisiologi yang menyebabkan muntah. Terlalu sensitif
terhadap bau terjadi pada kehamilan, kemungkinan karena peningkatan hormon estrogen. Bau yang menusuk hidung umumnya adalah bau makanan tapi kadang-
kadang juga bau parfum atau bahkan kimia. Tiga orang partisipan menyatakan ia akan muntah apabila mereka berubah
posisi. Hal ini dinyatakan sebagai efek pada aparatus vestibular, seperti terjadi dalam mual atau muntah akibat gerakan, juga memiliki peran, dengan banyak wanita
melaporkan bahwa setiap stimulasi sensori, terutama gerakan, dapat mencetuskan muntah. Rasa ekuilibrium berespon terhadap berbagai gerakan kepada dan
bergantung pada input dari telinga bagian dalam, stimulus visual dan dari reseptor regangan ke otot dan tendon O’ Brient et al, 1997, dalam Tiran 2008. Hal.9 .
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Juhana 2009 mengatakan bahwa faktor penyebab dan faktor pencetus hiperemesis gravidarum
bagi partisipan adalah karena bawaan hamil, adanya penyakit lain, adanya faktor keturunan, karena faktor psikologis, karena kehamilan kembar, intoleransi terhadap
bau, intoleransi terhadap cahaya, perubahan posisi, minum air es dan karena naik kendaraan. Sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti bahwa keadaan
yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum yang dialami oleh partisipan adalah bawaan hamil, tidak bisa mencium bau masakan, tidak bisa mencium bau
minyak wangi, perubahan posisi.
3. Dampak hiperemesis gravidarum
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dampak hiperemesis gravidarum bagi partisipan adalah penurunan berat badan, badan lemas, menjalani rawat inap,
mengganggu aktifitas sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Dua dari lima orang partisipan mengalami penurunan berat badan yang
drastis. Hal ini karena muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun
dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit
berkurang, lidah kering dan mata cekung Runiari, 2010. Hal. 13. Empat dari lima orang partisipan menyatakan bahwa mereka merasakan
badan mereka lemas. Hal tersebut disebabkan oleh cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energy. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga menyebabkan tubuh penderita lemas Prawirihardjo, 2010.
Empat orang partisipan mengatakan menjalani satu kali rawat inap sedang satu orang partisipan mengatakan sampai berkali-kali dirawat. Tujuan
penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, saat ibu dihospitalisasi, adalah merehidrasi ibu, memperbaiki gangguan elektrolit dan hematologis lain, mencegah komplikasi
dan memindahkan ibu ke rumah sakit dengan segera, meskipun banyak wanita memiliki angka yang tinggi untuk masuk kembali ke rumah sakit. Penyebab muntah
yang terjadi secara berlebihan harus diidentifikasi, bukan semata-mata untuk membuat diagnosis banding, tetapi juga untuk mempertimbangkan faktor lain seperti
masalah psikologis, yang dapat menambah keparahan ibu Tiran, 2008. Hal. 27 . Seluruh partisipan menyatakan bahwa mual dan dan muntah telah
mengganggu pekerjaan mereka. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi
keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari Prawirohardjo, 2010.hal. 815
Hiperemesis memberikan dampak buruk pada tiga orang partisipan, yaitu keadaan umum partisipan memburuk ditandai dengan muntah bercampur darah.
Muntah bercampur darah tersebut disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah kapiler pada lambung dan esophagus Manuaba, 2010. Hal.229 .
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Juhana 2009 mengatakan bahwa dampak hiperemesis gravidarum bagi partisipan adalah
penurunan berat badan, trauma, badan lemas sampai dirawat, mengganggu atifitas sehari-hari dan keadaan umum memburuk. Sedangkan hasil penelitian yang telah
dilakukan peneliti bahwa dampak hiperemesis gravidarum bagi partisipan adalah penurunan berat badan, badan lemas, menjalani rawat inap, mengganggu aktifitas
sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk
4. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi hiperemesis gravidarum
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa upaya yang dilakukan untuk mengurangi hiperemesis gravidarum adalah penanganan psikologis, mengkonsumsi
buah-buahan dan makanan yang asam-asam, makan permen jahe dan pengobatan medis.
Masalah psikologis dapat mempredisposisi beberapa wanita untuk mengalami mual dan muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah ada atau
mengurangi kemampuaan untuk mengatasi gejala “normal” Tiran, 2008.hal. 15
Tiga dari lima orang partisipan mengkonsumsi buah-buahan dan makanan yang asam-asam. Mengidam makanan tertentu mungkin merupakan usaha tubuh
untuk menggantikan nutrient yang hilang akibat muntah, dan sering kali melibatkan kebutuhan akan makanan dan buah yang asam atau makanan manis Wijewardene et
al, 1997, dalam Tiran, 2008. Bagi beberapa orang, buah asam mungkin dapat membantu, sementara orang lain mungkin merasa bahwa buah asam tersebut akan
memperburuk kondisi Tiran, 2010.hal.25 Dua dari lima orang partisipan mengkonsumsi permen jahe untuk mengurangi
mual dan muntahnya. Jahe merupakan salah satu cara untuk meredakan mual dan muntah selama kehamilan, setidaknya meminimalisasi gangguan ini. Jahe dapat
membantu para wanita hamil mengatasi derita morning sickness tanpa menimbulkan efek samping yang membahayakan janin di dalam kandungannya Runiari,
2010.hal.28. Untuk mencegah muntah, tiga orang partisipan melakukan upaya dengan
menambah waktu istirahat atau tidur. Istirahat dan tidur sangat penting untuk mengurangi dampak keletihan. Banyak wanita secara spontan melakukan “tidur
siang” meskipun tidak jelas apakah peningkatan merupakan akibat energi fisik yang diperbaharui kembali atau semata-mata memfasilitasi periode istirahat mental yang
tidak disadari O’Brien, et al., 1997, dalam Tiran, 2008.hal.26. Antiemetik, yang awalnya diberikan secara intramuskular dan kemudian
diberikan per oral, terutama diberikan untuk mencegah komplikasi kehilangan cairan lebih lanjut Tiran, 2008.hal.29.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Juhana 2009 mengatakan bahwa upaya yang dilakukan partisipan untuk mengurangi mual dan
muntah yang mereka alami adalah dengan pengobatan psikologis yaitu denga
kembali kepada keluarga, dengan makan sedikit tapi sering, makan makanan manis, menambah waktu istirahat atau tidur, pengoatan medis melalui obat-obatan oral dan
infus, dan pengobatan alternatif seperti minum air rebusan jahe, jalan-jalan dan pemijatan. Sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti bahwa upaya
yang dilakukan partisipan untuk mengurangi hiperemesis gravidarum adalah penanganan psikologis, mengkonsumsi buah-buahan dan makanan yang asam-asam,
makan permen jahe dan pengobatan medis.
5. Kesan ibu setelah mual muntah berkurang
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa semua partisipan setelah hiperemesis gravidarum yang dialami mulai berkurang yaitu empat dari lima orang partisipan
yang menyatakan senang dan lega karena sudah bisa makan. Senang merupakan perasaan puas dan lega tanpa rasa susah dan kecewa. Lega yaitu berasa senang
tentram, tidak gelisah Khawatir kamus besar bahasa Indonesia, 2005. Satu orang partisipan yang merasakan kurang senang karena masih merasa
tidak enak, perut masih nyeri dan lambung masih terasa sakit. Kurang senang merupakan perasaan tidak puas dan tidak lega dengan rasa susah dan kecewa. Kesan
merupakan yang terasa terpikir sesudah melihat mendengar sesuatu peristiwa itu menimbulkan yang sangat dalam pada dirinya kamus besar bahasa Indonesia, 2005.