mampu memaparkannya meskipun itu hanya beberapa lamunan pelaku atau merupakan sesuatu yang belum terjadi.
2. Narator observer, yaitu pengarang berfungsi sebagai pengamat terhadap pemunculan
para pelaku serta hanya tahu dalam batas tertentu prilaku batiniah para pelaku. Dalam novel “Nijushi no Hitomi” karya Sakae Tsuboi ini pengarang termasuk ke dalam
narrator observer, yaitu pengarang yang hanya berfungsi sebagai pengamat saja, karena tidak terlihat langsung dalam cerita novel. Pengarang mengangkat cerita sejarah Jepang ke dalam
bentuk novelnya lalu mengemas cerita tersebut lebih menarik agar lebih mudah dipahami oleh pembaca, tetapi ini cerita di dalam novel tetap sama dengan kisah sejarahnya tanpa ada yang di
ubah sedikitpun.
2.3 Biografi Pengarang
Sakae Tsuboi, pengarang buku ini lahir di Pulau Shodo di Laut Seto pada tahun 1900. Setelah lulus sekolah dasar, dia bekerja sebagai juru tulis di kantor pos dan kantor desa di
pulau itu selama kurang lebih sepuluh tahun. Pada tahun 1925 Ia pindah ke Tokyo dan menikah dengan Shigeji Tsuboi, seorang penyair. Kelak dia berkenalan dengan para novelis perempuan,
diantaranya Yuriko Miyamoto dan Ineko Sata, dan berkat dorongan mereka, dia mulai menulis fiksi.
Sejak masa perang dia telah menghasilkan sejumlah novel. Dia dikenal piawai dalam menulis kisah-kisah yang tokoh utamanya anak-anak, dan dari beberapa karyanya ini dia telah
memenangkan berbagai penghargaan sastra, diantaranya penghargaan Menteri Pendidikan untuk Karya Seni. Novel Nijushi no Hitomi Dua Belas Pasang Mata telah diadaptasi menjadi
film oleh sutradara Keisuke Kinashita. Pada tahun 1967, Sakae Tsuboi menjadi warganegara
Universitas Sumatera Utara
kehormatan Uchinomi, Kagawa, dan pada tahun 1979 untuk menghormati karyanya Prefektur Kagawa menetapkan Sakae Tsuboi Prize untuk anak-anak dari prefektur mereka.
2.4 Studi Pragmatik Sastra
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan pragmatik sastra untuk menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam cerita novel “Nijushi no Hitomi” karya Sakae
Tsuboi, penulis mengambil beberapa cuplikan teks yang ada di dalam novel yang memiliki nilai di dalam novel tersebut.
Pragmatik sastra adalah cabang penelitian ilmu sastra yang mengarah pada aspek kegunaan sastra. Penelitian ini muncul atas dasar ketidakpuasan terhadap penelitian struktural
murni yang mengandung karya sastra hanya sebagai teks itu saja. Siswanto Roekhan dalam Endraswara 2008: 70 mengatakan pragmatik sastra lebih
menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra, karena pembaca sangat berperan dalam menentukan sebuah karya itu
merupakan karya sastra atau tidak dan sebuah keutuhan komunikasi sastrawan-karya sastra- pembaca, maka pada hakikatnya karya yang tidak sampai kepada pembacanya bukanlah karya
sastra. Kajian pragmatik selalu memunculkan persoalan yang berkaitan dengan masalah
pembaca, yaitu apa yang dilakukan pembaca dengan karya sastra, apa yang dilakukan karya sastra dengan pembacanya serta apakah tugas dan batas kemungkinan pembaca sebagai
pemberi makna Teeuw dalam Endraswara, 2008: 71. Hal ini berhubungan dengan manfaat pragmatik sastra terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan
penyebarluasannya sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan melalui peranan pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatik adalah memberikan manfaat terhadap pembaca.
Universitas Sumatera Utara
Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatik diantaranya adalah berbagai tanggapan masyarakat
tertentu terhadap sebuah karya sastra. Pendekatan pragmatik sastra mengandung karya sastra sebagai sarana untuk
menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti tujuan pendidikan, moral, agama dan tujuan pendidikan lainnya. Dengan kata lain pragmatik sastra bertugas sebagai pengungkap
tujuan yang dikemukakan para pengarang untuk mendidik masyarakat pembacanya. Semakin banyak nilai-nilai, ajaran-ajaran dan pesan-pesan yang diberikan kepada pembaca maka
semakin baik dan bernilai tinggi karya sastra tersebut Abrams dalam Jabrohim, 2012: 67.
Universitas Sumatera Utara
BAB I ANALISIS CERITA NOVEL “NIJUSHI NO HITOMI” KARYA SAKAETSUBOI
DILIHAT DARI SEGI PRAGMATIK 1.1 Latar Belakang
Sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia.Sastra dilihat dari kebudayaan dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengukapkan gagasanya
melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya.Dalam konteks kesenian, kesusatraan adalah salah satu bentuk atau cabang kesenian yang menggunakan media bahasa sebagai alat
pengungkapan gagasan dan perasaan seninya. Sastra adalah karya tulisan yang halus belle letters adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa harian dalam berbagai cara dengan bahasa
yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjang tipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil. Adapun manfaat sastra pada dasarnya adalah sebagai alat komunikasi antara sastrawan
dan masyarakat pembacanya.Karya sastra selalu berisi pemikiran, gagasan, kisah-kisah dan amanat yang dikomunikasikan kepada para pembaca.Untuk menangkap ini, pembaca harus bisa
mengapresiasikan.Pengkajian terhadap salah satu genre karya sastra tersebut adalah untuk mengungkapkan nilai estetis dari unsur-unsur pembangun karya sastra, yang meliputi unsur
instrinsik maupun unsur ekstrinsik tersebut. Karya sastra secara objektif dapat didefinisikan sebagai karya seni yang otonom, berdiri
sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca Abrams dalam Jabrohim, 1981: 67.Karya sastra mengungkapkan yang tak terungkapkan, karena karya sastra mampu menghadirkan aneka
macam konotasi yang dalam bahasa sehari-hari jarang kita temukan. Teks-teks yang dipakai dalam sebuah karya sastra tak lain untuk suatu tujuan komunikatif yang praktis dan hanya
Universitas Sumatera Utara